Duatujuh

8.9K 720 11
                                    

"Astaga istriku ini benar-benar harus diberi ajaran agar hatinya tak mudah mempercayai apa yang dilihat oleh matanya sendiri" ucap Sasuke sambil melepaskan pakaiannya sendiri dengan cepat hingga menyisahkan boxer hitamnnya.

Sakura melebarkan matanya sambil meneguk ludahnya melihat suaminya yang kini tengah membuka pakaiannya. Ini gila mereka sedang ada masalah kenapa malah melakukan hal ini. Sakura segera menggeleng, "apa yang kau lakukan pada tubuhku?"

"Memberimu hukuman karena menuduhku yang tidak-tidak"

"A-aku tidak hiks menuduhmu"

Sasuke melepaskan pakaian wanita itu lalu menatap lembut istrinya yang terlihat panik. Ia mencium bibir Sakura singkat, "berhenti menangis sayang"

"Hiks kau selingkuh dan bukannya menjelaskan semuanya tapi kau melakukan hal ini padaku. Kau gila"

"Aku tidak selingkuh. Wanita tadi itu Karin, kekasih kakakku"

"Kau bohong" Sasuke menarik napasnya panjang lalu mengambil ponselnya yang berada di atas meja kecil samping ranjang. Sakura benar-benar menguras kesabarannya. Ia baru saja akan melakukan sesuatu tapi terhenti karena harus mengambil ponselnya untuk diberikan pada Sakura.

Ia menunjukan chat dari wanita tadi yang memintanya menemani membeli hadiah untuk Itachi. Karena beberapa hari lagi kakaknya akan berulang tahun. Wanita itu bingung harus menyuruh siapa untuk menemaninya membeli hadiah karena ia tak terlalu mengenal seluk beluk kota tokyo. Ia baru beberapa bulan tinggal di negera ini. Selama ini wanita itu tinggal di london.

"Tapi kau membohongiku. Kau mengatakan bahwa ada masalah yang harus diselesaikan"

"Ya itu masalahnya"

"Lalu kenapa lama sekali?"

Sasuke mengacak rambutnya frustasi. Bisa-bisa niatnya akan tertunda jika istrinya terus bertanya.

"Kau tahu kaki ku hampir patah menemaninya mencari hadiah itu. Sampai sekarang pun dia belum menemukannya, tapi aku tak lagi menemaninya karena melihatmu yang salah paham. Dia juga yang menyuruhku untuk pulang dan menjelaskan semuanya karena tak enak padamu"

Sakura terdiam mendengarkan penjelasan suaminya. Memang benar apa yang dikatakan Sasuke seperti yang berada di dalam isi chat. Bahkan terakhir wanita itu meminta maaf lewat chat dan menyuruh Sasuke untuk memperlihatkan padanya. Ia pun kembali bernapas lega, namun dalan hati merasa kesal pada Sasuke yang tidak mengatakan bahwa masalah itu adalah menemai calon kakak iparnya mencari hadiah. Kalau Sasuke bilang kan ia tak akan salah paham seperti ini dan air matanya tak akan rugi dikeluarkan.

"Kau paham sekarang?" Tanya Sasuke lembut.

Sakura melipat kedua tangannya di dada. Namun baru sadar jika sekarang ia hanya menggunakan dalaman saja membuat wajahnya panik setengah mati. Dasar memang Sasuke mengambil kesempatan saat dirinya lengah.

"Hmm i-iya" Sasuke maju lalu melumat bibir wanitanya beberapa saat. "Jadi sekarang berhenti menangis. Aku tak suka melihat kau dan Sarada menangis"

"Hmm" gumam Sakura tak jelas sambil menarik selimut sampai menutupi dadanya. Namun tak sampai beberapa detik selimut itu ditarik oleh Sasuke. Membuatnya mengernyit tak suka.

"Apa lagi?" Bukannya menjawab pertanyaan bernada kesal dari istrinya. Sasuke memilih merebahkan tubuh Sakura.

"Tentu saja melanjutkan sesuatu yang tertunda" tangan Sasuke mulai melakukan aksinya.

"Tapi aku--"

"Datang bulanmu sudah selesai. Kenapa kau tak mengatakannya padaku" protes Sasuke pada istrinya setelah mengecek sesuatu. Kalau Sakura mengatakannya dari awal  pasti mereka sudah melakukannya.

"Hee memangnya harus?"

"Tentu saja harus Cherry. Aku menunggu dengan sabar agar bisa melakukan ini denganmu"

Sakura yang baru sadar bahwa suaminya menunggu saat-saat ini dari malam pertamanya pun menggangguk, "ya sudah lanjutkan saja apa yang tertunda di malam pertama"

Sasuke menyeringai kecil, lalu mulai mencium bibir Sakura dengan buru-buru seolah tak ada hari esok. Sakura pun tak tinggal diam. Dan mengikuti permaian tersebut, lebih baik seperti itu bukan? Daripada berdiam diri. Lagipula ia juga menikmatinya.

Mereka melanjutkan kegiatan tersebut sampai menimbulkan suara-suara yang mampu membuat telinga seseorang memerah jika mendengarnya. Ini adalah saat yang ditunggu keduanya. Dan mungkin saja ini akan berakhir sangat lama, entahlah.

.

.

.

Kelopak mata tersebut terbuka saat sinar matahari menerpa wajahnya. Sakura berusaha menggerakkan tubuhnya untuk bangkit, namun pelukan dari tangan kokoh pria di hadapannya membuatnya tak bisa bergerak. Ditambah dengan kegiatan mereka semalam yang baru berhenti jam 3 pagi membuatnya benar-benar kehilangan tenaga. Sasuke tak memberi jeda dalam kegiatan mereka hingga berhenti saat mereka berdua benar-benar lelah. Sebenarnya hanya ia yang lelah sekali tapi suaminya masih terlihat semangat namun karena tak tega melihat wajah lelah istrinya akhirnya kegiatan mereka berakhir.

Wanita pink itu memperhatikan dalam diam wajah Sasuke yang terlihat polos saat tidur persis seperti Sarada. Ia diam-diam tersenyum melihatnya. Ditambah dengan mengingat kegiatan semalam membuat wajahnya memerah. Setelah beberapa tahun mereka tak melakukan hal itu akhirnya mereka kembali melakukan lagi. Dengan niat membuatkan adik untuk Sarada. Itu kata Sasuke.

"Puas menatap wajah tampanku?" Suara serak itu membuat Sakura segera memalingkan wajahnya ketika tahu bahwa Sasuke menyadari bahwa sedari tadi ia menatap wajah suaminya.

"Percaya diri sekali" gumam Sakura lalu berusaha melepaskan pelukan Sasuke.

Namun pria itu bukannya melepaskan pelukannya ia malah semakin mengeratkan pelukannya hingga membuat tubuh hangat mereka yang tak terlapisi apapun menempel.

Sakura dapat merasakan sesuatu keras dibawa sana menekan perutnya. "Masih terlalu pagi Sasuke-kun"

Sasuke tahu apa yang diucapkan istrinya, tentang yang telah mengeras hanya karena bersentuhan langsung dengan tubuh polos istrinya pun bergumam. "Bukan aku Cherry. Dia yang terpancing sendiri"

"Ck mesum sekali"

Sasuke menempelkan wajahnya di pipi Sakura, "tapi semalam kau menikmatinya kan?" Tanya Sasuke dengan seringainya. Pria itu semakin menyebalkan saja.

"Hmm ya ya mau bagaimana lagi. Aku memang, ya begitulah"

"Katakan dengan jelas" protes suaminya. Apa susahnya berkata dengan jelas dan lengkap.

"Wahahaha" tawa wanita itu pecah melihat raut wajah Sasuke yang kesal. Dengan cepat ia melepaskan pelukan Sasuke dan beranjak dari tempat itu sebelum Sasuke membalas dendam kepadanya karena sengaja menggodanya.

Sasuke menyeringai kejam, "oh sayang kau salah memilih permainan" lalu berlari mengejar Sakura yang masuk ke dalam kamar mandi.

Wanita itu lagi-lagi salah memilih tempat, seharusnya ia keluar dari kamar ini jika ingin lolos. Namun dia seperti menyerahkan diri di kandang singa dengan masuk ke dalam kamar mandi.

Apa kan dugaan Sasuke, pintu itu tak terkunci. Ia mendapati Sakura yang tengah berendam dalam bak mandi.

"Mari lanjutkan kegiatan semalam" gumam Sasuke sambil menutup pintu kamar mandi tak lupa menguncinya. Ia benar-benar akan memberikan istrinya hukuman kecil karena sengaja mengerjainya.

.

.

.

Bersambung...

(REVISI 24-03-21)

Fusion of Destiny (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang