Enam

20.7K 1.3K 76
                                    

Sasuke menatap tumpukan dokumen yang berada di meja kerjanya. Belum ada niat untuk memeriksa dokumen itu padahal beberapa dalam tumpukan itu sangat penting dan harus segera diperiksa.

Pikirannya sangat kacau antara percaya atau tidak. Sebagian dirinya bahagia tapi sebagiannya lagi merasa seperti tak percaya, kecewa dan marah. Kalau ia tak melakukan itu pasti sampai detik ini ia tidak akan mengetahui kebenarannya.

Kemarin ketika Sakura keluar dari ruangan ia berbicara dengan Sarada dan perasaannya merasa hangat ketika di dekat gadis itu. Ia juga merasa jika ada yang Sakura sembunyikan darinya. Maka tanpa sepengetahuan Sarada ia mengambil beberapa helai rambut gadis itu yang rontok dan tertinggal di bantal rumah sakit.

Setelah menunggu Sakura balik ia segera berpamitan. Tak langsung pulang pria itu bersinggah di ruang laboratorium untuk melakukan tes DNA. Dan hasilnya baru dikirim tadi di perusahannya. Ia tak percaya 98 persen demi apapun ia sangat bahagia. Pantas saja ia sangat nyaman dengan gadis kecil itu.

"Yamato" panggil Sasuke ketika sekretaris nya masuk ke dalam ruangan setelah terlebih dahulu mengetuk pintu ruangannya.

"Ya Sasuke-sama" jawab Yamato yang baru saja menaruh beberapa dokumen lagi di atas meja kerja bossnya.

"Kau periksa dokumen-dokumen ini aku akan keluar"

"Baik Sasuke-sama" Yamato mengangguk patut.

Sasuke langsung saja beranjak dari kursi kebesarannya dan berjalan keluar ruangannya. Ia sudah tahu apa tujuannya hari ini dan sebelum menemui putri kecilnya ia akan bersinggah terlebih dahulu di toko cake untuk membelikan gadis kecil itu cake.

.

.

.

Sakura memperhatikan putrinya yang sedang asik memakan tomat sambil duduk di karpet tebal yang berada di depan tv sedang ia duduk di sofa.

Ia sebenarnya tak akan mengizinkan Sarada memakan lebih dari tiga tomat dalam satu hari tapi karena gadis itu baru saja pulang maka ia mengizinkan tapi hanya 6 buah saja tidak lebih.

Kemarin sore Sarada sudah bisa pulang. Tapi tetap saja ia harus banya istirahat di rumah. Makanya hari ini Sakura tak masuk kerja karena ingin menjaga putrinya sampai sembuh, kira-kira sampai minggu depan.

"Wahh enaknya" ujar gadis kecil itu. Wajah Sarada sudah cemot akibat memakan tomat dengan lahap padahal Sakura baru saja memandikannya.

Mereka berdua terdiam ketika mendengar suara bell. Sakura menatapnya putrinya sejenak sambil tersenyum.

"Sayang kau tunggu disini sebentar yah.." Sarada hanya mengangguk dan kembali melanjutkan memakan tomat-tomat segarnya.

Sakura membuka pintu apartemennya dengan tersenyum senang. Tapi senyumnya luntur ketika melihat siapa yang ada di balik pintu tersebut. Antara percaya atau tidak. Bagaimana mungkin pria itu bisa mengetahui tempat tinggalnya.

"Ada urusan apa kau kesini Sasuke?" tanya Sakura sinis, sebenarnya ia ingin menambahkan surfix kun tapi tak jadi ketika mengingat perdebatan mereka kemarin di rumah sakit.

"Aku ingin menemui Sarada"

"Untuk apa kau ingin menemui anakku?" Sakura menatap pria itu dengan pandangan tak suka. Seolah-olah Sasuke adalah musuh besarnya.

"Anakku juga Sakura"

"Kau.."

"Tak perlu membohongiku Sakura, aku sudah mengetahui tentang Sarada"

Sakura melebarkan matanya mendengar penuturan dari mulut Sasuke. Ini yang ia takutkan, Sasuke mengetahui keberadaan Sarada.

"Kau tak boleh menemuinya"

Fusion of Destiny (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang