Delapanbelas

13.3K 917 52
                                    

"Ahh pehlan Sasuhh" Sakura munutup matanya kuat-kuat ketika rasa sakit itu menyerangnya.

Sasuke tak mendengar ucapan calon istrinya tersebut, ia hanya menatap Sakura sejenak sambil mendekati wajahnya dan memberikan kecupan singkat di bibir wanitanya lalu kembali melanjutkan kegiatannya.

"Ya tuhhan jangan disitu Sasu"

"Lalu dimana Cherry? Memang seharusnya disini" ujar Sasuke sedikit kesal.

"Tapi pelan-pelan Sasuke-kun. Sakitt" cicit wanita pink itu dengan mata berkaca-kaca, tapi itu tak mampu meluluhkan hati si pantat ayam Sasuke.

KRREEKK....

"Ahhhh Tuhan sakit sekali" teriakan Sakura menggema di ruang tamu apartemennya.

Sasuke yang sudah selesai dengan kegiatannya menatap wajah Sakura dengan lega. Walaupun wanita itu kesakitan tapi kakinya sudah bisa digerakkan lagi.

Sedikit kesal dengan Sakura yang tak hati-hati. Tadi setelah mengantar Sarada ke rumah orang tuanya, Sakura menelfon dan menyuruhnya untuk kembali ke apartemen. Karena kakinya terkilir di lantai yang baru saja dipelnya. Lihat, yang mengepel lantai Sakura dan malah dia yang terkilir akibat pekerjaannya sendiri. Benar-benar wanita ceroboh.

Setelah sampai di apartemen tak menunggu lama ia langsung saja memberikan pertolongan pertama. Ya selama perjalanan ke apartemen ia mencari di internet penanganan pertama kaki yang terkilir. Tertulis disitu ia harus mengompres terlebih dahulu. Dan Sasuke menambahkan sedikit apa yang ada di otaknya, ia menggerakkan kaki Sakura secara perlahan hingga membuat Sakura mengeluh kesakitan, sampai akhir dimana ia menggerakkan secara tiba-tiba dan menimbulkan suara membuat Sakura histeris. Ia tahu itu sakit, tapi tak akan lama paling hanya selama kaki digerakkan setelah itu akan membaik dan kaki wanita itu bisa digerakkan lagi dengan leluasa. Ia pernah merasakannya dulu ketika kakinya terkilir saat latihan basket semasa sekolah menengah atas.

"Masih sakit?" tanya Sasuke lembut. Tatapan matanya khawatir.

Sakura mengerutkan alisnya sambil mengangguk, kemudian tersenyum kecil ketika dirasa kakinya tidak terlalu berdenyut seperti awal ia terkilir, "tapi sekarang lebih baik"

Sasuke ikut tersenyum kemudian mendekat pada wanita itu. Ia mengecup lama jidat lebar Sakura. "Kau membuatku khawatir. Lain kali kau harus hati-hati. Bagaimana kalau kau terkilir saat aku sedang berada di luar kota, siapa yang akan mengobatimu"

"Aku tak apa-apa Sasuke-kun. Lihat karena mu kakiku tak sesakit tadi, dan mungkin saja beberapa jam lagi aku bisa beraktivitas seperti biasa"

"Tidak Cherry, kau harus istirahat penuh ingat pernikahan kita tinggal beberapa hari lagi. Kau harus menjaga kesehatanmu"

Sakura tersenyum sambil mengangguk. Hatinya menghangat ketika Sasuke mengkhawatirkannya, ia senang atas sikap pria itu.

Untung saja kemarin ia sudah memilih gaun dengan Sasuke. Dan segala persiapan pernikahan mereka sudah berjalan hampir seratus persen tinggal beberapa hal kecil saja yang harus diurus, tak memakan banyak waktu. Jadi ia sekarang tak perlu repot-repot lagi memikirkan pernikahannya di saat kakinya sedang dalam keadaan tidak baik. Karena hampir semuanya sudah selesai.

"Aku akan menginap beberapa hari disini untuk menjagamu, dan kata ibu, dia ingin cucunya menginap beberapa hari di masion utama. Aku mengizinkannya ditambah kau sedang tidak baik jadi tak apa" ucap Sasuke sambil menyeringai pada wanita pink yang menatapnya dengan tatapan ngeri. Ia tahu pasti pria itu memang sengaja karena ingin melancarkan misinya untuk pembuatan adik Sarada.

Sasuke tersenyum geli melihat wajah Sakura yang menegang, "jika kau berpikir tentang adik Sarada kau salah Cherry. Aku akan melakukannya setelah kita menikah. Dan kau tahu aku tak akan berhenti sampai aku puas karena aku menunggu saat itu cukup lama sayang" bisik Sasuke dengan nada sensual, hingga membuat bulu kuduk Sakura bergelidik ngeri. Akhir kata, pria itu menciumnya di pelipis lalu menjilat cupingnya.

"A-apa yang kau bicarakan Sasuke-kun. Menjauh dariku" wajah Sakura sudah memerah padam. Ia segera mendorong wajah Sasuke agar menjauh darinya.

Pria itu tertawa kecil melihat Sakura gelagapan sendiri. Ia pun memilih maju dan mengecup bibir wanita itu beberapa kali sampai dirinya puas. Membuat Sakura mendengus kesal dan menggulum kedua bibirnya ke dalam mulut agar Sasuke tak dapat mengecup bibirnya lagi.

"Berhenti bersikap mesum atau aku akan menggunduli kepalamu"

"Nyonya Uchiha ini kejam sekali ternyata, aku sampai takut dengan ancamannya" sebenarnya itu lebih terdengar seperti ucapan bernada ejekan daripada takut, lihat saja wajah menyebalkan Sasuke yang mampu membuat Sakura geram sendiri.

Memutar bola matanya bosan Sakura lebih memilih menyandarkan tubuhnya di sofa sambil menyalakan tv. Lebih baik menonton acara gosip daripada meladeni pria mesum tersebut. Bisa naik pitam dirinya lama-lama.

Namun bukan Uchiha Sasuke namanya jika tak mempunyai cara untuk mengganggu calon istrinya tersebut. Segera saja ia merebahkan tubuhnya di sofa, menjadikan paha Sakura sebagai bantal. Menatap Sakura yang sedang serius, sepertinya wanita itu benar-benar mengabaikannya.

"Cherry"

"Hmm?"

"Kau tak merindukanku?"

Dengar pertanyaan macam apa itu, mereka bahkan selalu bersama. Untuk apa ia harus merindukan pria itu, Sasuke benar-benar berniat mengganggunya.

"Tidak" jawabnya singkat.

"Kenapa?"

"Kita bertemu setiap hari"

"Seharusnya kau merindukanku, aku selalu merindukanmu setiap saat"

"Sasuke-kun" membalas tatapan Sasuke dengan kesal, "ayolah jangan menggangguku, ini masih terlalu pagi untuk mencari gara-gara denganku"

"Aku tak mencari gara-gara"

"Tapi membuat gara-gara" sambung Sakura. Selanjutnya ia memilih mengelus rambut pantat ayam Sasuke dengan lembut, siapa tahu dengan cara itu Sasuke bisa diam dan tak rewel karena sikap manja dan err mesumnya.

"Padahal hari ini aku akan membersihkan apartemenku" keluhnya. Matanya menelusuri apartemen yang belum sepenuhnya dibereskan. Kalau saja tadi ia berhati-hati pasti tak akan seperti ini. Entahlah, ia akan yakin sebentar lagi kakinya akan baik-baik saja. Mengingat itu hanya terkilir.

Beberapa saat digunakannya untuk menonton tv. Sasuke sudah tak lagi mengganggunya, sedikit bingung sampai ia melirik ke bawah dan mendapati pria tersebut telah memejamkan matanya. Deru napasnya teratur, sempat bertanya. Apakah Sasuke sudah sepenuhnya tertidur, secepat itukah dia tertidur? Bukannya baru beberapa menit yang lalu dia, ah sudahlahh.

Gerakan pelan, Sakura memindahkan kepala Sasuke di bantal sofa, pahanya mulai terasa kesemutan karena posisi kakinya yang tak dirubah.

Seakan tahu jika Sakura memindahkan kepalanya, mata Sasuke seketika terbuka. Menampilkan onyx pekat yang mampu memikat wanita-wanita dalam sekejap, termaksud dirinya sendiri.

"Ku pikir kau sudah tertidur" gumam Sakura.

"Tentu saja. Dan aku terbangun saat merasakan bantal empukku menghilang" Sasuke beranjak dari tidurnya. Sekali gerakan, ia mampu membuat Sakura berada di bawah kungkungannya. Sontak Sakura terkejut dibuatnya.

"Kau membuatku kaget"

"Siapa yang menyuruhmu memindahkan kepalaku?" Lihat gelagat aneh pria itu.

"Ti-tidak ada. Menyinggir dari tubuhku"

"Beri aku satu ciuman dan kau akan bebas"

"Tidak mau"

"Ayolah Sayang, kenapa kau perhitungan sekali pada calon suamimu ini?"

Sakura lagi-lagi harus dibuat bersabar dengan sikap kekanakan Sasuke, setahunya pria itu dulu tak semanja ini. Dia bahkan cenderung dingin, meski tetap mesum.

Tak ingin lagi memperpanjang masalah, Sakura segera mengecup singkat bibir Sasuke.

"Kenapa kau manja sekali hmm?"

"Entahlah, tapi itu hanya jika denganmu sayang" gumam Sasuke sambil mencuri satu ciuman di bibir wanita pink itu membuat Sakura memutar bola matanya bosan.

.

.

.

Bersambung.....

(REVISI 17-01-21)

Fusion of Destiny (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang