Tujuhbelas

13.4K 938 44
                                    

Tawa renyah dari sudut caffe tersebut membuat beberapa mata memandang mereka dengan sedikit penasaran. Hal apa yang membuat sampai tiga kepala berbeda warna itu terlihat asik dengan dunia mereka sendiri.

"Hahaha kau serius Hinata?" tanya Sakura diiringi tawanya.

Hinata mengangguk sambil tersenyum malu. Ia lalu menatap Ino yang masih tertawa renyah.

"Dasar Naruto bodoh. Hahah aku pikir dia tak akan merasa gugup" ujar Ino. Sakura ikut mengangguk membenarkan ujaran Ino barusan.

Saat ini mereka bertiga sedang berada di caffe sambil bercerita tentang hal-hal lucu yang mereka alami, mulai dari Sai yang merajuk pada Ino karena celana dalamnya berwarna pink dibakar, lalu Sasuke yang merengek pada Sakura karena wanita itu lebih memilih tidur dengan Sarada, sampai Naruto yang gugup di malam pertamanya bersama Hinata. Sakura dan Ino sampai dibuat bingung, bagaimana bisa seorang Uzumaki Naruto pria bar-bar merasa gugup. Malah Hinata berkata sebaliknya bahwa ia yang jadi agresif malam itu. Tapi jangan salah, setelah malam pertama Pria jabrik itu menjadi sangat agresif dan super mesum.

Dan soal kedua anak mereka, Sakura dan Hinata. Tentu saja para wanita itu meninggalkan anak mereka kepada para Pria. Karena ini hari libur jadi tak apa, sekalian menyuruh mereka membersihkan rumah. Itu ucapan Ino karena belum mempunyai anak. Ia sedang hamil dan suami pucatnya menjadi sasaran. Pria itu sedang membersihkan rumah mereka.

Sedang ketiga manusia itu asik bersantai di caffe sekalian mengadakan reuni karena rasanya sudah lama tak berkumpul seperti ini.

Sakura menoleh pada Ino yang masih tertawa, ia baru teringat sesuatu yang akan ditanyanya. "Ino"

Ino menghentikan tawanya lalu menatap bingung pada sahabat pinknya, "kenapa?"

"Berapa umur kandunganmu?"

Wanita barbie itu mengernyitkan alisnya sejenak, lalu memutar bola matanya bosan. Demi apa, ia pikir Sakura akan menanyakan hal serius ternyata hanya tentang kandungannya. Tunggu, jadi Sakura tak ingat umur kandungannya. Sahabat macam apa Sakura ini, pikirnya.

"8 bulan Sakura. Dan kau bodoh atau apa minggu lalu aku sudah memberitahumu"

"Benarkah?" tanya Sakura sambil meringis, "hehehe aku lupa"

"Umur kandunganmu sudah 8 bulan Ino-chan?" kedua pasang mata itu menatap pada Hinata yang tiba-tiba bertanya. Dengan serentak keduanya pun mengangguk. Membuat Hinata tertawa kecil melihat tingkah kedua sahabatnya.

Kedua pasang mata itu turun pada tangan Hinata yang sedang mengelus perutnya membuat Sakura dan Ino terkejut sambil berteriak serentak.

"KAU SEDANG HAMIL?" tolong ingatkan pada Hinata untuk melempar kedua sahabatnya di kandang singa. Lihatlah akibat teriakan mereka membuat seisi caffe menatap Hinata, seolah-olah wanita itu adalah penjahat yang baru saja diketahui identitasnya.

"Ya tuhan. Kalian membuat seisi caffe menatapku" cicit Hinata sambil menunduk malu. Wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus kesukaan suaminya.

"Kau. Berapa bulan Hinata?" tanya Sakura kaget, ia tak memperdulikan seisi caffe. Karena menurutnya lebih penting sahabatnya.

"Baru berjalan 4 bulan"

Mulut Ino terbuka lebar persis seperti ikang cupang. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Dasar Naruto itu, dia tak memikirkan Boruto yang baru akan berumur 4 tahun. Seharusnya ditahan jangan buang dalam. Begini kan jadinya" Ino mulai mengoceh dengan mulut vulgarnya, membuat Hinata yang tadinya malu semakin malu karena mulut sahabat pirangnya itu.

"Ti-tidak kok Ino-chan. Aku memang ingin mempunyai anak lagi"

Sakura dibuat cengo dengan ucapan Hinata beda dengan Ino yang hanya mengangguk tanda mengerti.

"Ohh bagus kalau begitu. Jadi kita bisa membeli pernak-pernik bayi bersama-sama" gumam Ino mengangguk-anggukan kepalanya.

Mereka terdiam sejenak, sampai kepala Ino dan Hinata menoleh pada Sakura. Sakura mengernyitkan alisnya bingung. Detik berikutnya ia terbelalak karena seringai dua sahabatnya itu.

"Nah sekarang waktunya kau membuat adik untuk Sarada" ucap Ino tiba-tiba.

"Heey apa-apaan kalian, aku belum menikah"

"Tak apa Sakura-chan. Minggu depan kan kalian akan menikah jadi persiapannya dari sekarang saja. Bagaimana itu Ino-chan?"

Sakura mengutuk mulut vulgar Ino yang tak terkendali. Lihat sekarang Hinata sampai terikut-ikut perkataannya.

"Ahh kau benar sekali Hinata"

"Ti-dak aku belum--"

"Mama.." teriakan dari dua anak kecil yang sedang memanggil ibu mereka itu membuat ucapan Sakura terpotong. Mereka bertiga menoleh dan mendapati Sarada dan Boruto yang sedang berlari mendekat. Di belakang dua anak kecil itu ada tiga pria, dua yang sedang mengawasi anak mereka dan satu lagi sedang menatap istrinya.

Sakura menangkap putrinya yang melompat lalu menggendongnya, begitu pula dengan Hinata. Sedang Ino menatap mereka sambil tersenyum senang. Tak sabar menunggu kelahiran anaknya.

Wanita blonde itu kemudian menatap pada tiga pria yang sudah duduk di samping wanita mereka masing-masing. "Kalian bertiga membuat janji juga?"

"Tidak, kita bertemu di depan caffe" jawab Sai lalu memberi kecupan singkat di jidat istrinya.

"Kalian sudah makan?" tanya Naruto basa-basi. Para wanita mengangguk sebagai jawaban.

"Mama kapan adik bolt keluar?" kini suara kecil keluar dari mulut putra Naruto itu. Ia menempelkan telinganya di perut Hinata. Membuat semua pasang mata menatap gemas padanya.

"Masih lama sayang. Lihat perut bibi Ino, sudah tak lama lagi akan keluar bayi" jawab Hinata sambil mengelus kepala putranya itu.

"Kenapa lama mama. Bolt inginnya sekarang" Boruto mulai merengek di pelukan ibunya, membuat Naruto mengambil alih putranya, membawanya ke dalam gendongannya.

Tiba-tiba suara Sarada yang kembali terdengar, gadis itu pun ikut menempelkan telinganya di perut ibunya, "apa dalam perut mama ada adik juga?"

"Haaa" Sakura dibuat cengo oleh pertanyaan polos putrinya.

"Ti..."

"Kenapa. Sarada ingin adik ?" potong Sasuke cepat.

Mata gadis itu berbinar-binar sambil menganggil antusias, "Iya pa Sarada ingin adik"

"Nah lihat itu Sakura keponakanku menginginkan adik. Kenapa kau tak memberikannya?" ujar Ino berusaha menggoda sahabat pinknya yang sudah merona hebat.

"Secepatnya akan papa berikan untukmu sayang" gumam Sasuke sambil mengelus kepala putrinya.

Sai dan Naruto menatap tak percaya pada pria itu. Mereka berdua kemudian menyeringai, "kau memang bajingan beruntung Teme"

"Benar. Belum menikah saja sudah langsung bermain ranjang" tambah Sai.

"Ck berisik"

"Hey mulut kalian ada anak kecil disini" Ino menatap tajam pada tiga pria itu.

Sakura menutup mulutnya rapat-rapat sambil menahan kekesalannya, awas saja setelah ini ia akan memberi pria Uchiha itu pelajaran karena berkata sesuatu yang membuatnya mati kutu di depan sahabatnya itu.

"Sakura-chan kau harus siapkan tenaga ekstramu untuk melayani Sasuke-kun. Kau tahu Naruto-kun melakukannya padaku sampai subuh hanya karena ingin mendapatkan anak lagi" bisik Hinata pelan pada sahabat pinknya.

Sakura tertegun karena ucapan Hinata, ia menelan ludahnya dengan susah payah. Tamatlah riwayatnya.

.

.

.

Bersambung.....

(REVISI 17-01-21)

Fusion of Destiny (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang