Tigaempat

7.6K 639 17
                                    

Kata-kata yang keluar dari mulut Sakura, sama seperti beberapa tahun lalu saat dia mengatakan bahwa dirinya hamil. Namun kali ini perasaanya berbeda, jika dulu ia begitu gelisah, takut, dan putus asa. Sekarang ia merasa bahagia, haru, kagum dan lainnya bernama perasaan bahagia. Tak bisa diungkap dengan kata-kata. Lidahnya terasa keluh seketika. Tanpa sadar, tubuhnya yang tadi terasa tak bertenaga sekarang ia bisa beranjak sendiri dari tempat tidur. Menarik istrinya ke dalam pelukan hangat, tak ada kata lain yang bisa diucapnya selain.

"Terima kasih sayang" gumamnya lirih. Menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Sakura. Seraya terus menggumamkan kata-kata tersebut.

Sakura membalas pelukan Sasuke tak kalah erat, tangannya mulai mengelus punggung tegap pria itu dengan gerakan pelan. Beberapa saat mereka dalam keadaan seperti itu, sampai Sasuke melepaskan pelukannya. Menatap mata emerald yang berkaca-kaca di hadapannya itu. Ia menangkup kedua pipi Sakura lalu mencium bibirnya.

"Terima kasih" Sakura tak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum lebar. Deretan gigi-gigi rapinya terlihat, ia mengangguk pelan.

"Kau harus menjaga kesehatanmu Cherry"

"Iya Sasuke-kun, walau begitu aku juga harus mengurusmu karena yang merasakan mengidam, mual dan sebagainya itu kau bukan aku. Em namanya couvade syndrome kau mengalami hal itu"

Mimik terkejut nampak terlihat di wajah tampan pria tersebut. Ia lalu mengernyit heran, "jadi maksudmu aku seperti ini karena kau hamil"

Sakura tersenyum lebar sambil mengangguk. Enak sekali berbicara dengan Sasuke yang otaknya begitu genius, tanpa harus menjelaskan panjang kali lebar pria itu sudah paham, "tepat sekali. Dokter Shizune mengatakan hal tersebut padaku, memang aneh sih. Tapi begitulah"

Sasuke terdiam beberapa saat sambil mengangguk. Ingatan beberapa tahun menghinggap di kepalanya. Ketika apa yang diucapkan Sakura berkesinambungan dengan kejadian beberapa tahun. "Jika dengar dari ucapanmu, berarti beberapa tahun lalu aku juga mengalami hal seperti ini"

"Maksudmu?"

"couvade syndrome aku mengalaminya dulu saat beberapa hari kau mengatakan bahwa kau hamil. Tapi ku pikir itu hanya demam biasa karena dampak dari kau yang menghilang begitu saja tanpa jejak, maka ku biarkan saja sampai keadaanku membaik"

"Benarkah? Pantas saja aku tak merasakan demam ataupun mual, hanya mengidam saja"

Sasuke mengelus rambut pink wanita itu lalu menarik kepalanya agar menyandar di dada bidangnya, "kau mengidam apa dulu?"

"Hmm terdengar aneh sih tapi entah mengapa aku meminta itu pada kakakku"

"Apa itu?" Tanya Sasuke penasaran.

"Pizza pedas dilumuri es krim. Kau tau itu sangat enak, aku bahkan menghabiskan 3 paket pizza yang sudah dilumuri es krim. Kata Sasori-nii pegawai kedai pizza kebingungan sendiri dengan pesanannya. Tapi mau tak mau mereka harus membuatnya, aku bahkan mendatangi langsung kedai tersebut karena Sasori-nii tak kunjung datang" ucap Sakura sambil sesekali tertawa geli mengingat kejadin tersebut.

Sasuke yang diam-diam memperhatikan Sakura tertawa pun tersenyum hangat. Mendengar cerita dari wanita itu, sepertinya begitu menyenangkan. Andai dulu dia yang berada di samping Sakura saat wanita itu membutuhkan apapun. Pasti bahagia rasanya.

"Cherry maaf" Sakura menghilangkan senyumannya ketika Sasuke bergumam lirih, ia segera mendongak menatap wajah pria itu.

"U-untuk apa Sasuke-kun? Kau tidak bersalah"

Menggeleng cepat, "aku bersalah, seharusnya dulu aku berada di sisimu saat kau membutuhkan apapun"

Sakura segera beranjak lalu menangkup wajah Sasuke, "kau tak boleh seperti itu Sasu. Kita sudah berjanji untuk tidak saling mengungkit masa lalu"

Fusion of Destiny (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang