Tigalima

7.2K 627 36
                                    

Tatapan mata sekelam malam itu menatap lembut kepala pink yang terlihat asik berbincang dengan kedua sahabatnya Ino dan Hinata. Kandungan istrinya telah berjalan dua bulan, dan selama ini Sakura belum juga meminta hal aneh-aneh padanya membuatnya sedikit kebingungan akan hal tersebut. Tapi ia segera menepiskan pemikiran itu karena menurutnya jika memang Sakura tak mengidam bisa masuk akal saja, karena awalnya ia yang sudah merasakannya.

Ngomong-ngomong soal mual-mual akibat hormon ibu hamil yang dialaminya sudah berakhir, beberapa hari setelah kandungan istrinya berjalan satu bulan. Dan mulai saat itu ia kembali menjalani aktivitasnya sebagai CEO di perusahaan Uchiha Group.

Saat ini mereka sedang berada di kediaman Shimura, berkumpul bersama untuk mengisi waktu libur yang sedikit membosankan, itu kata Sakura. Padahal menurut Sasuke tak ada yang namanya bosan jika ia sedang bersama Sakura. Pria itu bisa melakukan sesuatu dengan istri pinknya. Walau sedang hamil, mereka tetap melakukannya namun dengan hati-hati. Oke kita singgirkan pembahasan tersebut.

Nampak Sakura tengah heboh sendiri membahas kehamilan bersama kedua sahabatnya. Memang kandungannya masih terbilang muda, tapi ia begitu antusias seperti Hinata, yang kandungannya sudah berjalan 7 bulan.

"Wahh aku penasaran dengan anak ke duamu Hinata. Apakah sama sepertimu atau Naruto" ucapan itu keluar dari mulut Sakura. Ino mengangguk sebagai tanda ia juga penasaran.

"Ku harap akan sepertimu, kalau seperti Naruto dia yang beruntung kedua anaknya memiliki wajah sepertinya"

"Aku terserah saja Ino-chan, yang penting anakku sehat-sehat" gumam Hinata sambil mengelus perut buncitnya.

Lalu tatapan keduanya jatuh pada Sakura yang kembali diam, "kau bagaimana jidat?"

"Apa?" Tanyanya bingung.

"Anakmu? Kau ingin wajahnya seperti dirimu atau Sasuke"

Sakura mengangkat bahunya ,"entahlah"

"Tapi menurutku lebih bagus sepertimu. Bayangkan saja bayi laki-laki berambut pink, sangat menggemaskan Saku. Aku jadi tak sabar menantinya" Ino berucap dengan antusias membuat Sakura tersenyum geli seraya membayangkan apa yang diucap Ino barusan.

"Ku pikir itu tidak buruk"

"Yaa" Ino maupun Hinata mengangguk setuju.

Mereka lalu memilih mencicipi berbagai cemilan yang tersedia di atas meja. Dan kembali tenggelam dalam pembicarann. Berbeda dengan para pria yang sibuk dengan anak mereka. Terutama Sai, walau sudah sering menggendong putranya, pria pucat itu masih terlihat kesusahan. Apalagi sekarang dia terlihat sibuk meniman Inojin yang mulai rewel. Hal itu membuat Naruto mengejeknya karena belum lihai dalam mengurus anak, beda dengan Sasuke hanya mendengus melihatnya.

Dan seperti dugaan kedua pria itu, detik berikutnya Inojin mulai menangis, hingga membuat ibunya yang tengah bersantai ria harus beranjak guna mengambil alih putranya.

"Sayang mungkin dia haus" ucap Sai seraya memberikan Inojin ke pelukan istrinya.

Ino nampak tenang menerima bayi kecil itu, berbeda dengan Sai yang masih panik. "Ya sudah aku akan menyusuinya dulu" ujarnya lalu melangkah pergi dari ruangan tersebut untuk mencari tempat menyusui putranya. Tak mungkin di hadapan Naruto dan Sasuke, ia masih waras untuk melakukan hal tersebut.

.

.

.

"Sasuke-kun" Pria itu menoleh pada istrinya seraya menghentikan kegiatan memakan tomatnya. Mereka berdua sekarang tengah berada di ruang keluarga, sedang Sarada sudah tertidur karena seharian bermain dengan Boruto, jadinya sampai rumah gadis itu ketiduran. Padahal ini masih belum larut.

Fusion of Destiny (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang