Duasembilan

9.7K 690 105
                                    

Mata hijau teduh itu menatap dengan lembut bayi kecil yang baru beberapa jam keluar dari tempat nyamannya selama sembilan bulan lebih. Warna matanya secerah langit persis seperti ibunya lalu rambut pirangnya membuat semua orang tahu bahwa bayi laki-laki itu benar putra dari Ino Yamanaka. Ia tersenyum lebar pasti senang rasanya menjadi Ino yang mempunyai anak persis seperti wajahnya beda dengannya yang hampir 100 persen wajah putrinya mengikuti wajah ayahnya. Tapi ia tak mempermasalahkan hal itu karena apapun dan bagaimana pun Sarada adalah putri kesayangannya.

Ino yang memperhatikan senyum sahabat pinknya ikut tersenyum. Walau wajahnya terlihat lelah tapi raut bahagia tak lepas darinya. Lama ia menunggu kehadiran buah hatinya dan kini telah hadir.

"Bayi bibi Ino sangat imut" suara lucu Sarada membuat suasana ruang VVIP kembali hidup karena sedari tadi mereka memperhatikan dalam diam bayi yang berada di samping ibunya tersebut.

"Iya dong Sayang. Dulu kau juga seimut ini" ujar Ino sambil tersenyum senang.

Sakura ikut membenarkan ucapan Ino. Ya putrinya dulu sangat menggemaskan dengan pipi yang begitu berisi. Beratnya hampir lima kilogram dan yang lebih menakjubkan lagi Sakura melahirkan Sarada dengan normal. Ino dan kakaknya pun tercengang melihat anak Sakura yang begitu berisi.

"Terus kapan mama kasih Sarada adik seperti Inojin" pertanyaan polos dari mulut Sarada membuat Sakura tersenyum kikuk beda dengan Ino dan Sai yang malah menertawainya. Sasuke? Jangan tanya pria itu sedang menyeringai sambil memikirkan rencananya selanjutnya.

"Proses sayang" jawab Sasuke tanpa ada rasa malu.

Sakura memalingkan wajahnya sambil tertawa sumbang. Benar-benar mulut Uchiha yang satu itu tak bisa di kontrol.

"Ohh jadi kalian dalam masa proses?" Tanya Sai tak lupa senyum palsunya.

"Ck diam kau Sai" Sakura memberikan tatapan sinisnya pada suami sahabatnya itu sedang Ino hanya tertawa melihat Sakura yang terlihat menahan malu.

.

.

.

"Jangan nakal yaa Sayang" Sakura mengelus kepala putrinya dengan lembut. Lalu kembali menatap Tsunade dan Jiraya yang berdiri di depan pintu apartemen mereka.

Sarada akan menginap beberapa hari di rumah mereka atas permintaan mereka karena sudah lama tak bertemu dan sangat merindukan gadis kecil itu. Awalnya Sakura tak rela, namun saat Sarada memohon ingin dengan nenek dan kakeknya pun mau tak mau ia harus menurutinya sedang Sasuke iya-iya saja.

"Cucuku tak pernah nakal Sakura" gumam Jiraya sambil membawa Sarada ke gendongannya. Sakura tersenyum lembut melihat itu, ia sangat bersyukur karena begitu banyak orang yang menyayangi Sarada. Apalagi Tsunade dan Jiraya. Mereka menganggap Sarada seperti cucuk sendiri dan selalu menuruti keinginan putrinya membuatnya kadang tak enak hati. Tapi mereka selalu meyakinkannya bahwa mereka melakukan itu karena benar-benar menyayangi Sarada.

Sasuke yang sedari tadi diam pun kini bersuara, "jangan merepotkan kakek dan nenekmu yaa"

Jiraya terkekeh geli mendengarnya, "jangan khawatir Sasuke Sarada tak pernah merepotkan kami. Dan kau tahu ini akan menjadi waktu yang bagus untuk kalian" pria paruh baya itu tak lupa mengedipkan sebelah matanya pada Sasuke memberikannya kode. Sasuke membalasnya dengan senyum misterius.

Sakura dan Tsunade hanya bisa mendengus melihat kelakuan suami mereka yang mesum. Ck benar-benar, batin mereka.

"Ya sudah kalau begitu kami pergi dulu"

Setelah berpamitan mereka melangkah pergi meninggalkan apartemen itu. Sakura dengan perasaan sedikit tak rela padahal putrinya hanya akan menginap tiga hari saja tapi ia bersikap seolah Sarada akan menginap di rumah neneknya selama satu bulan saja.

Fusion of Destiny (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang