🍂Twenty-seven🍂

766 64 28
                                    

📚HAPPY READING📚
Sorry kalau ada typo :)

Play lagu di atas ketika Zaffina nyanyi, biar berasa aja gituh. Jarang-jarangkan cewek sableng yang satu itu nyanyi. Wkwkwk...

Btw Haechan bias gue loh.
Reades berkata *apaan sih, gak nanya juga.

Pleas vote dan komen jika kalian mau gue lanjut besok!

🍂🍂🍂

Pelajaran seni budaya berjalan dengan tenang, damai, dan tentram. Berbanding terbalik dengan hati Zaffina. Mungkin raga gadis itu berada di sana, tapi tidak untuk pikirannya.

Gadis yang biasanya tertidur di kelas dan selalu membuat guru naik pitam ketika mengajar, saat ini sedang diam bertopang dagu menatap lurus ke depan. Gadis itu tengah bergelut dengan pemikiran sendiri. Ia masih memikirkan bunga mawar hitam dan note berbahasa inggris yang sudah Zaffina artikan ke Mbah google.

Di layar ponselnya tertera arti dari sederet kalimat itu.

"Tanpa kamu sadari, aku selalu memperhatikan kamu dari kejauhan. apakah kamu siap untuk bermain denganku?"

Saat diartikan Zaffina meringis sendiri. Jadi selama ini dia selalu memperhatikan setiap gerak-geriknya? Untuk apa? Dan apa untungnya? Perasaan Zaffina tidak pernah membuat keributan dengan siapapun. Jadi tidak masuk akal jika ia mempunyai musuh.

"Ini orang kurang kerjaan banget sih, mendingan jadi pembantu di rumah gue biar Kak Daren gak repot pas ke luar kota. Kalau emang mau main ayok, dia gak tau aja kalau gue juara satu main petak umpet sekecamatan," batin Zaffina.

Di tempat yang sama, ada guru seni budaya yang dikenal dengan nama Bu Sri tapi anak-anak yang iseng sering menjulukinya Bu Srikaya karena dia emang holkay diantara guru-guru yang lain. Bu Srikaya sedang menjelaskan panjang kali lebar mengenai materi seni musik. Melihat muridnya yang melamun saat dia menerangkan tentunya membuat emosi Bu Srikaya langsung naik.

"Zaffina!" teriak Bu Srikaya.

Zaffina langsung terkesiap karena suara melengking guru itu ditambah ada seseorang yang mengetuk kepalanya dengan pulpen. Zaffina sudah bisa menebak kalau itu adalah Arlan. Gadis itu meringis sambil menatap Arlan yang wajahnya tak berekspresi.

"Zaffina, katakan kembali apa yang saya jelaskan tadi!" perintah Bu Srikaya.

Mendengar itu Zaffina melirik Deden, Gea, Hiruka, dan Eggy untuk membantunya tapi mereka malah mengendikkan bahu.

"Lah mereka yang dari tadi dengerin aja gak tau apalagi gue."

Zaffina menggaruk belakang kepala sambil berpikir ucapan apa yang tepat untuk menjawab. Namun pada akhirnya ia menggeleng, tanda otaknya buntu mencari alasan.

Bu Srikaya mendengus kesal. "Yasudah, karena kali ini saya sedang malas memberi hukuman, saya tidak akan menghukum kamu."

Zaffina menghembuskan nafas lega sesaat. Sudah cukup hukuman dari Bu Ferli ketika dia olahraga, tidak untuk kali ini.

"Sebagai gantinya kamu harus menpraktekan bernyanyi dengan cara berduet," lanjut guru itu.

Tadinya Zaffina bersyukur tapi sekarang malah berdecak kesal. Bukankah tadi Bu Srikaya malas memberi hukuman? Kalau begitu sama saja itu adalah hukuman menurut Zaffina. Zaffina tidak terlalu pandai bernyanyi, jadi jangan salahkan dirinya kalau pendengaran murid-murid X IPA 10 selepas ini harus pergi ke THT. Salahkan saja Bu Srikaya yang menyuruh ia bernyanyi.

Crazy Girl And Good Boy (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang