🍂Sixteen🍂

1.1K 84 93
                                    

📚Happy Reading 📚
Sorry kalau ada typo.

🍂🍂🍂

Pusing. Satu kata yang dirasakan Zaffina saat ini. Gadis itu menatap jengkel kertas yang berisi soal Matematika. Sudah beberapa menit Zaffina habiskan hanya untuk mencari jawaban satu soal dan sekarang masih tersisa 19 soal lagi yang harus dia isi.

Karena bosan bergelut dengan soal-soal, tanpa sadar tangan Zaffina mencorat coret kertas itu hingga membentuk gambar anime. Dari kecil Zaffina memang suka menggambar kartun dan anime-anime jepang. Maka tidak heran gambar yang dia hasilkan bagus dan rapih. Yahh.. Setidaknya gadis itu memiliki satu kelebihan.

Lagi-lagi Zaffina menghembuskan nafas dengan kasar. Kepalanya ia sandarkan pada punggung kursi. Lalu matanya beralih melirik jam dinding kamar yang kini menunjuk ke angka 23.05.

Zaffina menguap lebar. Dia ingin tidur sedangkan PR Matematikanya saja hanya satu yang sudah diisi. Hukuman Pak Neon yang tidak tanggung-tanggung itu membuat gadis yang jarang mengerjakan PR ini terpaksa mengerjakan. Biasanya kalau ada PR Zaffina akan mencontek pada Gea atau yang lainnya walaupun mustahil mendapat nilai sempurna setidaknya gadis itu tidak dihukum.

Kali ini Zaffina bingung. Pasalnya Gea, Hiruka, Deden, dan Eggy tidak membalas chatnya. Ditelepon tidak diangkat. Padahal dia ingin meminta jawaban mereka.

Begini nih yang Zaffina tidak suka dari keempat temannya disaat tidak butuh muncul seperti jalangkung yang datang tidak diundang dan pulang tidak diantar, lalu ketika dibutuhkan hilang ditelan bumi.

Sebenarnya Zaffina bisa saja nyontek pagi-pagi karena pelajaran MTK dimulai jam pertama. Tapi mengingat kebiasaan buruknya yang sering bangun siang membuat gadis itu tidak yakin.

Tiba-tiba nama seseorang melintas dipikiran Zaffina saat ini. Orang yang selalu mendapat peringkat pertama di kelas. Orang yang mempunyai IQ diatas rata-rata. Orang yang Zaffina benci sejak kecil.

Arlan...

Ya.. Zaffinakan masih tinggal di rumah orang jenius jadi untuk apa pusing-pusing memikirkan jawaban, sudah dipastikan nilainya terjamin jika mencontek pada Arlan. Tanpa sadar bibir yang sedari tadi mengumpat karena pusing kini melengkung membentuk senyuman.

Tanpa menunggu lagi Zaffina beranjak dari meja belajar. Kakinya dia langkahkan kearah kamar tetangga. Iya kamar Arlan. Beruntung kamar Arlan tidak di kunci, jadi Zaffina bisa dengan leluasa masuk ke dalam kamar. Sebelum ke dalam kepala Zaffina celingak-celinguk memastikan suasana di sekitarnya aman atau tidak.

"Aman." gumam Zaffina pelan. Dengan perlahan tapi pasti Zaffina memutar gagang pintu.

Clekk..

"Sttt.. Jangan berisik!" ucap Zaffina pada pintu yang berdecit sambil menempatkan telunjuknya di depan bibirnya. Terlihat bodoh memang.

Kamar Arlan terlihat sangat gelap. Hanya ada cahaya remang-remang dari lampu tidur yang berada di atas nakas.

Dengan pelan-pelan Zaffina menyelinap masuk seperti maling.

Mata Zaffina mulai menyisir setiap sudut ruangan. Untuk pertama kalinya Zaffina masuk ke kamar cowok selain kamar Kak Daren tentunya. Kalau tidak terpaksa mungkin Zaffina juga enggan masuk ruangan ini. Bisa-bisa orang lain berpikir liar tentang dirinya yang masuk kamar cowok malam-malam begini.

"Wow. Bener nih kamar Arlan? Apa gue salah masuk kamar kak Zura? Ehh.. Enggak udah bener kok ini kamar si Arlan." Zaffina cukup takjub dengan kamar itu. Pasalnya kamar itu terlihat sangat rapih untuk ukuran kamar cowok. Yang Zaffina tahu kamar cowok itu berantakan seperti kamar Kakaknya Daren, jangankan Daren kamar Zaffina saja berantakan mengalahkan kapal pecah.

Crazy Girl And Good Boy (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang