🍂Forty-five🍂

416 39 26
                                    

Istirahat kali ini sepertinya Zaffina tidak bisa merasakan nikmatnya batagor Mang Jajang mengingat pemberitahuan dari grup Osis yang menyuruh anggota drama untuk berkumpul di aula. Sebelum itu ia teringat payung Aster yang kemarin belum sempat dikembalikan.
Baru ingin keluar, tiba-tiba suara Deden menahan dirinya.

"Widihh.. Putri salju segera beraksi dengan payungnya." Deden bersiul menggoda Zaffina. Menyesal Zaffina menceritakannya pada cowok itu.

"Bacot lo Den!"

"Nyelow aja sih, wkwk.." balas Deden.

"Zaff yang gue denger putri salju itu bangun setelah dicium sama pangerannya. Berarti lo nanti dicium sama Arlan dong? Menang banyak tuh," Deden semakin gencar menggodanya. Karena kesal payung yang ada digenggaman tiba-tiba melayang pada Deden.

"Tapi bener juga sih, dulu gue juga sering nonton kartun disney ada adegan ciumannya," Gea ikut membenarkan.

Zaffina mendengus, "Gak ada adegan ciuman-ciuman, kita masih SMA. Lagian putri salju bukan keracunan dia cuman keselek apel."

"Lah bisa gitu?" tanya Eggy.

Zaffina menaikan kedua bahunya lalu melenggang keluar menuju kelas Aster sebelum berbelok ke aula untuk latihan drama yang pastinya membuat pusing. Lebih baik melihat wajah tampan pacarnya.

Belum sampai pada tempat tujuan, dari kejauhan Zaffina melihat Viona berjalan dengan tergesa-gesa. Zaffina masih memiliki kecurigaan yang kuat pada gadis itu setelah ia tahu tulisannya sama dengan tulisan dari sang peneror. Sifat karakter Dora yang kepo mulai muncul dalam diri Zaffina. Akhirnya ia memutuskan untuk membuntuti Viona, masalah payung ia bisa kembalikan pulang sekolah atau kapan saja.

Sebisa mungkin Zaffina berusaha tidak mengeluarkan suara decitan sepatu yang beradu dengan lantai. Tubuhnya yang mengendap-endap seperti maling menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di sana. Semua mata menatap aneh sedangkan yang ditatap tidak menyadari atau memang tak peduli.

Kini Zaffina mengerti kemana arah tujuan Viona saat memasuki area belakang sekolah yang sepi. Zaffina berhenti sambil bersembunyi dibalik semak-semak. Kernyitan di kening bersama satu pertanyaan muncul dalam diri Zaffina. Untuk apa Viona ke sini?

Viona terlihat seperti sedang menunggu seseorang sambil sesekali menatap layar Hpnya. Hingga beberapa menit berlalu Zaffina mulai bosan karena tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan lain. Belum lagi posisinya yang berada di antara semak-semak membuat Zaffina tidak bisa tenang karena terus menggaruk kulit yang gatal.

Zaffina tadinya ingin berbalik arah namun kedatangan seseorang berhoodie hitam mampu mengurungkan niatnya dan kembali meperhatikan kedua manusia yang sedang berseteru itu. Sialnya, Zaffina hanya bisa mendengar samar-samar apa yang sedang mereka bicarakan. Tapi bisa Zaffina lihat Viona menampakkan ekspresi marah yang kentara.

"Sebenarnya apa rencana lo?"

Zaffina mulai bisa mendengar nada suara Viona yang naik beberapa oktaf.

"Gue emang suka sama Arlan tapi gue gak setega itu melukai orang lain!" lanjut Viona yang terjeda.

"Melukai orang lain? Apa itu gue?" gumam Zaffina lalu kembali membuka lebar-lebar pendengarannya.

Sosok berhoodie hitam itu tertawa sumbang. "Munafik. Gue tau lo orang yang egois!"

Mata Zaffina menyipit melihat siapakah gerangan sosok dibalik hoodie hitam itu. Dari postur tubuh Zaffina yakin dia adalah laki-laki. Anehnya ia merasa tidak asing dengan nada bicara cowok itu. Ketika sedang asik memikirkan sosok dibalik hoodie itu tiba-tiba ada sesuatu yang bergerak di bagian sepatunya. Setelah memastikan ke bawah, Zaffina seketika melotot juga melompat-lompat ketakutan.

Crazy Girl And Good Boy (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang