🍂Forty-seven🍂

456 42 57
                                    

Sorry ya kalau ada typo 🙏

🍂🍂🍂

Setelah makan malam selesai beberapa menit yang lalu entah mengapa kedua mata Zaffina ingin sekali tertutup padahal masih pukul delapan malam. Mungkin saja hari ini terlalu melelahkan sebab otak Zaffina yang malas berpikir dari lahir dipaksa menghapal naskah untuk drama teater nanti. Waktu istirahat dan pulang sekolah yang harusnya rebahan di rumah pun tersita.

Baru beberapa menit memejamkan mata serta menutup tubuhnya dengan selimut tiba-tiba ada suara ketukan pintu yang mengusik dirinya. Zaffina sedang malas berjalan beberapa langkah untuk membukakan pintu, yang ia inginkan hanya tidur.

Tetapi semakin ia diam ketukan pintu itu tidak kunjung berhenti. Walau sudah menutup telinga dengan bantal tetap saja bunyi itu masih terdengar.

Zaffina berdecak, lantas berteriak dengan tubuh masih menempel dengan guling. "Masuk aja Kak. Ganggu tidur gue aja."

Pintu itu terbuka perlahan. Derap kaki seseorang mendekati tempat tidur Zaffina, lantas tanpa permisi ia menyibakkan selimut yang menggulung seluruh tubuh gadis itu.

"Kak gue mau tidur—" masih dengan mata terpejam Zaffina meracau.

"Ini gue Arlan,"

Seketika mata Zaffina membulat kemudian berdiri dengan sigap. Bagaikan meminum kopi rasa kantuk itu hilang begitu saja.

"Keluar lo dari kamar gue!"

Arlan memutar bola matanya. "Kata lo masuk aja. "

"Ihh.. kan itu gue kira Kak Daren. Cepetan keluar dulu!" Zaffina mendorong tubuh Arlan sampai melewati pintu. Bagaimana pun tidak baik jika Arlan berada berduaan bersamanya di kamar.

"Jadi mau ngapain?" sergah Zaffina.

"Ngajak belajar." kata Arlan dengan wajah lempengnya.

Zaffina mengusap wajah gusar. "Sehari lo gak belajar emang bakal bodoh?"

"Bukan gue yang belajar tapi lo!"

Zaffina berkacak pinggang. "Begini ya Arlan, gue jelasin. Gue seharian hafalin naskah dan sekarang otak gue yang imut ini disuruh belajar. Ohh NO!"

Sekarang giliran Arlan yang ikut berkacak pinggang di depan Zaffina. "Begini ya Zaffina, cewek yang bodohnya mengalahkan Patrick star. Sebentar lagi ulangan akhir semester lo mau nilai rapot di bawah KKM semua, kan gue pernah janji untuk ngajarin lo?"

Zaffina berpikir sebentar. "Yaudah bentar gue ambil bukunya dulu."

Arlan mengulas senyum puas saat Zaffina sudah kembali dengan beberapa buku mata pelajaran. Sebenarnya belajar adalah alasan klise agar ia bisa bertemu dengan gadis itu. Entah kenapa ia sangat ingin melihat wajah Zaffina malam ini.

Mereka memasuki ruang tamu namun sebelum itu ia bertemu Ello, Jovan, serta Daren yang sedang bermain PS di ruang keluarga. Akhir-akhir ini Ello serta Jovan memang sering ke rumah bahkan sampai pernah menginap, dari situlah Zaffina mulai dekat dengan kedua teman kakaknya.  Mereka yang tadinya sibuk pada permainan kini beralih menatap Zaffina dan Arlan bergantian.

"Pacar lo ya?" tanya Jovan.

"Bukan. Ngarang aja lo Bang," sahut Zaffina cepat setelah menoleh Arlan sekilas.

"Ohh.."

"Belajar yang rajin ya Dek!" seru Daren.

"Lo juga bukannya belajar gak malu apa sama adek kelas." kata Ello.

"Ini nih ciri-ciri orang tidak sadar diri. Yang ngajakin main PS kan elu bangsul."

"Hehee.. Iya ugha."

Crazy Girl And Good Boy (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang