🍂Thirty🍂

894 73 31
                                    

📚Happy Reading📚
Sorry kalau ada typo :)

"Dingin selepas hujan di malam hari yang sunyi menjawab semua, bersamaan dengan hati yang dingin kini menghangat ketika bersama mu. Terimakasih pada malam. Karenanya, kini aku tau jawaban atas semua pertanyaan itu. Karena kamu mampu membuat diriku jatuh cinta."
~Arlan Kanza Fransa~

🍂🍂🍂

Arlan menghela napas berat, ia tak dapat menemukan keberadaan gadis itu, padahal ia sudah mencari di ruang OSIS, perpustakaan, rooftop bahkan seluruh gedung kelas mulai dari kelas sepuluh hingga kelas dua belas. SMA Trisatya begitu luas, karena itu Arlan sangat kelelahan.

Tenggorokan Arlan terasa kering akibat terus memanggil nama Zaffina sepanjang ia melangkah.

"Zaff lo kemana sih?" batin Arlan frustrasi dengan keadaan yang sangat menyebalkan ini. Ia merasa dejavu dengan ini semua. Seolah masa lalu kembali terulang pada saat Zaffina menghilang karena dia terlalu malas meladeni gadis itu.

Dia sudah berjanji pada Tuhan, Kak Daren, dan dirinya sendiri untuk menjaga Zaffina. Tapi Arlan merasa ia gagal memenuhi janji itu.

"Zaff, berhenti sembunyi. Lo memang pemenangnya."

Dari semua ruangan telah Arlan jelajahi sampailah Arlan di lorong menuju toilet lantai bawah. Dengan ragu, ia melangkah ke sana. Setidaknya Arlan harus memastikan, siapa tahu Zaffina di sana.

Dapat Arlan dengar suara isakan tangis saat ia semakin dekat dengan pintu toilet. Arlan menghentikan langkah, ada sedikit keraguan jika itu adalah Zaffina. Desas-desusnya, di toilet perempuan memang sangat sering muncul penampakan hantu bernama Siti. Lampu yang berkedap-kedip di depan pintu toilet menambah kesan horor.

"Zaffina?" teriak Arlan sambil mengetuk pintu toilet.

"Hikss.. Tolong gue!" jeritan suara parau di balik sana membuat Arlan sedikit lega. Suara yang sangat ia kenal itu pasti berasal dari Zaffina. Ya Arlan sangat yakin itu gadis yang ia cari.

Gagang pintu toilet Arlan putar terus menerus, namun pintu tetap tidak terbuka. Arlan heran sebenarnya siapa yang sudah mengunci Zaffina di toilet seperti ini. Jika ia tau orangnya, Arlan akan memukulinya habis-habisan.

Tidak ada cara lain selain mendobrak pintu itu.

"Zaff, lo bisa denger gue. Sekarang gue minta lo jangan deket pintu, gue akan dobrak pintu ini?!"

Tidak ada balasan dari sana, Arlan semakin cemas. Segera Arlan dobrak pintu itu dengan sekuat tenaga.

Brakk.. Brakk..

Dobrakan pertama tidak berhasil. Arlan melangkah mundur dua langkah lalu mencoba lagi.

Brakk..

Pintu akhirnya terbuka, Arlan menerobos masuk ke dalam toilet yang gelap itu. Matanya mendelik melihat Zaffina yang duduk menenggelamkan kepala pada lutut sambil bersandar ke tembok dengan pelipis yang mengeluarkan cairan merah.

Arlan berjongkok, mengangkat kepala Zaffina lalu menyingkirkan helaian rambut kusut yang menghalangi wajah basah gadis itu.

"Arlan itu lo? Hikss," kata Zaffina dengan bahu yang masih gemetar dan isakan yang keras.

Arlan tersenyum hangat. "Iya ini gue."

Arlan menatap Zaffina lekat, terus memperhatikan sambil mengelus air mata di pipi gadis itu. Dari sorot mata Zaffina ia bisa tahu seberapa besar rasa takut gadis itu saat ini.

Crazy Girl And Good Boy (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang