🍂Thirty-two🍂

670 59 24
                                    

📚Happy Reading📚
Sorry Kalau ada typo :)
Vote dulu biar gak amnesia.

"Lo sendiri yang dulu mendekat, kenapa menjauh?"
~Arlan Kanza Fransa~

🍂🍂🍂

Zaffina membaringkan kepalanya di meja dengan bantalan satu tangan kiri. Ia terlalu malas untuk ke kantin mengingat tatapan mata yang dilayangkan orang-orang kepada dirinya terakhir kali terasa sangat mengerikan.

Arlan nampak tidak beranjak dari kursinya. Seperti biasa sedang bergelut dengan buku. Gadis itu hanya bisa menghela nafas berat, Sungguh pemandangan yang membosankan baginya.

"Lan tadi diapain di ruang BK?" pertanyaan yang dari tadi disimpan kini terucap juga.

Setelah mereka berdua meninggalkan rooftop, Arlan memang sempat dipanggil oleh guru BK. Apalagi masalahnya selain video tentang kejadian semalam yang sempat menggegerkan semua murid SMA Trisatya. Karena itu juga Zaffina dibuat gelisah, hingga tidak bisa fokus memperkatikan penjelasan guru. Memang kapan gadis itu fokus merhatiin guru?

Arlan melirik Zaffina sekilas, "Cuman disuruh bersihin perpustakaan pulang sekolah," jawabnya cuek.

"Ahh.. Ini pasti karena kejadian di vidio itu, apa Kak Aster juga dihukum?" Zaffina mendekatkan diri pada Arlan, dengan menarik kursi sampai berdempetan dengan kursi cowok itu. Ia semakin tertarik dengan pembicaraan ini.

"Hmm.. Mungkin,"

"Kok mungkin sih, dia dihukum apa?"

"Bersihin kolam renang,"

Zaffina mengangguk tanda mengerti. "Gue boleh bantu lo?"

Arlan menaruh buku di meja, selera bacanya langsung menurun saat gadis itu terus melontarkan pertanyaan kepadanya. Arlan beralih menatap Zaffina.

"Kenapa?"

Kening Zaffina berkerut, "Kenapa gimana maksud lo?"

"Kenapa lo ga bantuin pacar lo?"

"Emm.. Mungkin gue kesel sama dia dan merasa bersalah karena lo begitukan gara-gara gue."

Zaffina memang marah pada Aster yang berada di club malam itu tanpa sepengetahuan dirinya, entah apa yang Aster lakukan di sana. Bermain dengan cewek seksi? Atau mabuk? Mengenai itu harusnya Zaffina khawatir dan sedih, tapi sepertinya ia tidak merasakan apapun. Yang ia rasakan hanya rasa marah karena dibohongi.

Diam sejenak, tapi kemudian Zaffina mulai bersuara lagi. "Lo gak bilangin ke guru BK, soal gue kekunci di kamar mandi kan?"

"Hmm.."

Zaffina mengelus dada bersyukur, sebab sebelum itu ia juga sempat memperingati Arlan supaya tidak memberi tahu siapa-siapa prihal kejadian semalam yang menimpanya. Bukan apa-apa, ia hanya tidak ingin memperbesar masalah.

Zaffina juga tidak mau orang-orang di sekitarnya menjadi khawatir, apalagi akhir-akhir ini ia sering mendapatkan teror dari orang tak dikenal.

Hening menyapa keduanya, bersama itu juga Zaffina mulai tersadar jarak kursi miliknya dengan Arlan terlalu dekat, dengan cepat ia menarik kursinya menjauh.

Citttt...

Mata Zaffina membulat saat Arlan menarik kursinya kembali, apalagi dengan kedua tangan Arlan berada di sebelah kiri dan kanan layaknya mengungkung Zaffina dari dalam.

"Lo sendiri yang dulu mendekat, kenapa menjauh?"

Pipi Zaffina terasa memanas, ada apa dengan suhu di ruangan ini kenapa panas sekali. Kipas, AC, kulkas, es batu, Zaffina butuh sesuatu untuk mendinginkan otaknya! Beruntung tidak ada murid lain yang masih berada di kelas.

Crazy Girl And Good Boy (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang