🍂Forty-eight🍂

651 48 37
                                    

Sorry ya kalau ada typo (●´з')♡

Zaffina menutup pintu kamarnya. Menuruni anak tangga satu per satu dengan punggung melengkung. Sekolah dan sekolah lagi. Ditambah hari ini ia harus kembali latihan. Waktu begitu lambat jika bukan hari libur sedangkan hari libur berlalu begitu cepat.

Zaffina melingkarkan headphone di leher. Sudah lama ia tidak menyentuh barang pemberian Aster itu.

Pertama kali yang Zaffina lihat ketika tiba di ruang keluarga adalah pemandangan yang sungguh luar biasa merusak mata. Sampah cemilan serta remahan ciki berserakan dimana-mana. Puluhan kaleng minuman menumpuk di atas meja juga dua manusia yang tertidur di karpet saling memeluk satu sama lain.

Zaffina bergidik ngeri ke arah mereka berdua. Siapa lagi kalau bukan Ello dan Jovan. Rumahnya berubah seperti tempat penampungan gembel. Ia prihatin pada Daren yang mempunyai teman tidak tahu diri seperti mereka.

Zaffina kemudian berjalan hati-hati agar tidak menginjak sampah yang berserakan. Melirik pelan ke arah dapur yang menampilkan Daren dengan clemeknya juga teflon yang digoyang-goyangkan di atas kompor ala chef. Dia memandang kagum pada kakak laki-lakinya itu lalu memandang jijik saat kembali melirik pada Ello dan Jovan yang masih tidur dengan saling berpelukan.

Dihh mereka gay atau gimana?

Untuk kali ini Zaffina bersyukur Tuhan mentakdirkan Daren sebagai kakaknya. Bayangkan saja bagaimana frustasinya ia jika Ello atau Jovan yang jadi Kakaknya. Dijamin rumah ini tidak akan berdiri lama.

Seolah ada cahaya lampu di atas kepalanya, Zaffina tersenyum evil. Gadis itu mengeluarkan spidol hitam dari dalam tasnya lalu berjalan mendekat pada tempat Ello dan Jovan tidur.

Sambil menahan tawa tangan Zaffina bergerak pelan membentuk coretan di pipi kedua manusia yang sedang tertidur itu.

"Dek cepetan makan, udah siap tuh." Daren muncul masih dengan clemek yang menempel di depan badan.

Zaffina berbelok menatap Daren sambil menempatkan telunjuknya di depan bibir. "Sttt.. Diem Kak,"

Seolah mengerti kelakuan jahil adiknya, Daren hanya tersenyum setelah itu kembali ke dapur. Sama sekali tidak berniat mencegah, malah cowok itu berterima kasih kalau adiknya mewakili kekesalan yang tertumpuk selama ini pada kedua temannya itu. Bagaimana tidak kesal, jika mereka datang menghabisi makanan di kulkas dan mengacak-acak rumahnya. Pastinya yang akan membereskan kekacauan itu adalah Daren sendiri.

"Tada!"

Zaffina berdiri sambil bersidekap dengan wajah pongah. Sangat puas dengan maha karya yang baru saja ia ciptakan di wajah tampan Ello dan Jovan. Tinggal menunggu mereka bangun dan berteriak Zaffina memilih pergi ke meja makan.

"Gimana?" tanya Daren yang sudah duduk rapi di salah satu kursi yang melingkari meja makan.

Zaffina mengeluarkan jempolnya dengan cengiran lebar. Seolah firasatnya bagus Zaffina mengangkat tiga jarinya seperti menghitung mundur.

Tiga..

Dua..

Satu..

KYAAA..
JAUH-JAUH LO BANGS*T!

OHH.. TIDAK DEDEK SUDAH TIDAK SUCI LAGI!

Kedua cowok itu terpental kaget seraya mengelus tubuh masing-masing setelah akhirnya malah menertawakan apa yang Ello lihat di wajah Jovan dan apa yang Jovan lihat di wajah Ello.

BHAAKSS.. MUKA LO KOK KAYAK MONYET KECEBUR EMPANG!

HAHAA.. LO TUH MIRIP BERUK!

Ello dan Jovan tertawa. Masih tidak sadar dengan kondisi wajah mereka sendiri. Begitu juga Daren dan Zaffina yang memegangi perutnya sakit karena terlalu banyak tertawa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Crazy Girl And Good Boy (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang