"Sayang ada yang kamu inginkan?" Tanya Althaf untuk kesekian kalinya
Annisa menggeleng pelan sembari mengelus kepala Althaf yang berada dipangkuannya dengan mata yang tertuju pada TV
"Bener? Biasanya kalau lagi hamil itu pasti ada ngidamnya. Zaima waktu itu gitu"
"Dede bayi please kasih tahu mama kamu pengen sesuatu gitu. Papa pengen banget direpotin kamu" gumam Althaf pelan berharap Annisa tak mendengarnya
Namun karena kepekaan pendengaran Annisa lebih tajam, ia mendengar itu semua. Ibu hamil itu mengerti maksud suaminya. Waktu ia memberitahu kehamilannya Althaf dengan semangat membawa ke dokter kandungan
"Sayang kira-kira anak kita nanti jenis kelaminnya apa ya?" Tanya Althaf antusias saat menunggu antrian
Annisa yang fokus memperhatikan El bermain spontan mengubah posisi duduknya menghadap Althaf
"Mas jenis kelamin itu bisa terlihat saat usia kandungan Nisa 4 bulanan. Kalo sekarang belum bisa"
Wajah antusias Althaf seketika berubah menjadi murung, tak enak hati melihat itu Annisa mencoba memberi pengertian pada sang suami
"Yang penting dedeknya sehat. Papa harus senang dan siap mama repotin nanti"
"Repotin? Papa gk masalah justru papa selalu menunggu itu tiba. Dedek yang sehat ya didalam sana. Papa menunggu mu" balas Althaf kembali bahagia sembari mengelus perut Annisa yang masih rata
"Sayang bagaimana saat kamu mengandung El duly? Apa dia rewel? Maafkan mas yang tidak ada disaat kamu-
Annisa dengan cepat memotong pembicaraan Althaf menutup bibir pria itu dengan telapak tangannya
"El mengerti keadaan Nisa mas"
"Kita sudah sepakat untuk tidak membahas masalah itu lagi kan mas. Kita akan memiliki anak lagi dan hidup kita terus berjalan ke depan bukan kebelakang. Jadikan itu pembelajaran buat kehidupan kita kedepannya ya mas" lanjut Annisa memandang wajah sendu Althaf
Althaf tersenyum, membawa Annisa kepelukannya
"Terima kasih sayang"
Annisa mengerti keinginan suaminya, kesalahan dimasa lalu yang ingin pria ini tebus lah yang membuat Althaf bersikap demikian
"Mas kapan bekerja lagi dikantor? Sudah sebulan sejak Nisa hamil mas selalu dirumah"
"Nisa gak suka mas dirumah?" Bukannya menjawab Althaf justru memberi pertanyaan dengan nada tak suka
"Gak gak seperti itu mas. Tapi mas punya tanggung jawab besar diperusahaan kan. Mas gak boleh-
"Kamu dan calon anak kita adalah tanggung jawab terbesar mas" potong Althaf
"Mas melakukan ini karena mas ingin melihat perkembangan kehamilan kamu setiap detiknya. Bukan setiap harinya" lanjut Althaf sebelum meninggalkan Annisa dengan penekanan diakhir kalimat
Wanita hamil itu hanya mampu mengelus dada melihat tingkah sang suami yang menurutnya sangat berlebihan semenjak ia hamil tentunya
Annisa kembali menatap layar televisi, El putra sulungnya itu kini sedang sekolah. Annisa mau tak mau menuruti keinginan Althaf agar El bersekolah di yayasan pendidikan milik keluarga Rustanto
Dan selama El sekolah juga Althaf lah yang selalu mengantar dan menjemput putranya itu. Sesibuk apa pun pria itu
Annisa disatu sisi senang namun disisi lain, pekerjaan Althaf justru terganggu. Pernah seketika Annisa bertanya demikian namun jawaban pria itu diluar dugaannya
KAMU SEDANG MEMBACA
IKATAN HALAL ✔️
SpiritualBerawal dari ketidakpercayaan ku terhadap dia maka berakhirlah kisah cinta sekian tahun lamanya. "Aku mau ngomong penting dengan mu" ujarnya "jangan sampe terjadi" batin ku "mau ngomong apa mas?" jawab ku was-was "aku ingin kita putus" jawabnya deng...