EPILOG

5.9K 207 13
                                    

Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa kini tiga bulan sudah Althaf dan Annisa menjalani hidup sebagai pasangan suami istri yang sebenarnya, seutuhnya dan sesungguhnya

Tidak ada raut tak suka, raut kebencian hingga amarah yang menguasai keduanya. Aura kebahagiaan selalu terlihat nyata diwajah keduanya

Pengantin baru tidak terlepas dari kebersamaan yang manis-manis, Althaf melakukan itu bahkan ia cuti selama sebulan dengan seorang Althaf adalah dia ingin membayar kebersamaannya dengan Annisa yang dulunya tidak ada keharmonisan sama sekali dan tentunya dengan El putra semata wayangnya dan Annisa

Seperti 2 bulan sebelumnya, Althaf selalu pulang untuk makan siang bersama Annisa memakan masakan sang istri yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya

"Assalamualaikum" Althaf berjalan memasuki rumah suara sepatu mahalnya menggema seisi ruangan

Kerut di kening Althaf menandakan situasi saat ini, tidak ada yang menjawab salamnya bahkan menyambutnya, biasanya Annisa langsung menyambutnya bahkan saat mobilnya belum memasuki pekarangan rumah

Dengan perasaan khawatir, Althaf berjalan menuju dapur. Sunyi seperti tidak ada pergerakan sama sekali sejak pagi

"Ca kamu dimana sayang?" Ucap Althaf dengan suara kerasnya

Tidak ada sahutan, jika pun Annisa keluar rumah wanita itu selalu mengabarinya. Sekeliling lantai satu ia susuri tidak ada tanda-tanda keberadaan Annisa. Tanpa pikir panjang lagi Althaf langsung berlari menuju lantai dua tepatnya kamar mereka

Sesampainya dikamar pun tanda keberadaan Annisa tidak ada, namun sesaat ia membuka pintu kamar mandi. Seketika jantung Althaf seolah ingin keluar dari tempatnya

"Astaghfirullah"

"Hehe sorry mas" ujar Annisa dengan cengiran tak berdosa setelah muncul tiba-tiba dihadapan Althaf

Perasaan yang tadinya penuh akan kekhawatiran kini penuh akan kelegaan, Althaf dengan cepat merengkuh tubuh Annisa menjadikan kepala Annisa sebagai tumpuan untuk dagunya yang dipenuhi bulu-bulu halus

Annisa dengan suka rela membalas pelukan Althaf dengan tak kalah eratnya, seolah keduanya tak ingin terpisah lagi

"Jangan seperti tadi, mas takut kamu pergi Ca" lirih Althaf memikirkan yang tidak-tidak

"Gak akan mas. Nisa disini selamanya" balas Annisa menunjuk dada bidang Althaf

Althaf tersenyum dalam diam, dengan gerakan pelan pria itu melerai pelukan kemudian menatap dalam sang istri

"Kenapa Ica gak sambut mas dibawah tadi?" Rajuk Althaf mengerucutkan bibir tebalnya

Annisa terkekeh geli, kekehan itu justru mematik senyuman diwajah Althaf

"Mas berharap seumur hidup mas melihat tawa mu Ca"

"Mas. Hei. Mas" pekikan Annisa membawa kembali Althaf pada kenyataan

"Mas melamun sambil senyum-senyum sendiri. Nisa jadi takut" ucap Annisa dengan ekspresi takut yang menggemaskan

"Ica gak jawab pertanyaan mas tadi" ujar Althaf mengalihkan pembicaraan

Ibu beranak satu itu lantas menepuk jidatnya pelan sembari terkekeh kecil

"Nisa lupa. Hmm jawabnya bisa nanti gak habis makan siang atau nunggu El pulang gitu?" Tawar Annisa mematik rasa curiga dibenak Althaf, namun pria itu memilih untuk mengalah

"Ya sudah, habis makan siang aja kan El juga gk lama lagi pulang" putus Althaf sembari melihat jam tangan mewahnya

Dimeja makan yang memuat 6 orang itu, kini tersaji beberapa makanan yang mematik kerut di kening Althaf

IKATAN HALAL ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang