Seminggu sudah perang dingin antara Althaf dan Annisa terjadi, komunikasi yang seharusnya terjalin baik justru tidak ada
Althaf pun memutuskan kembali bekerja, meninggalkan Annisa. Keduanya seolah tidak berniat menyelesaikan masalah ralat lebih tepatnya Althaf pria itu banyak menghindar saat Annisa ingin berbicara
"Lo gak pulang Thaf?" Tanya Rama
"Nanti" jawaban Althaf setiap ditanya demikian
"Thaf lo minta gue datang, tapi bicara aja lo gak. Kalau tahu mending gue pulang dari tadi" tutur Rama pelan diakhir kalimat setelah sebelumnya hanya keheningan yang terjadi
"Kalau gitu pulang lah. Ella dan anak lo butuh lo" usir Althaf
"Annisa dan El juga butuh lo. Ditambah dia sedang hamil sekarang" telak Rama membuat Althaf seperti dihujami berjuta-juta pisau yang dengan tepat mengenai jantungnya
"Dia bisa sendiri tanpa gue"
"Lo ingin menyesal lagi seperti dulu"
Althaf memandang Rama sebentar kemudian menghela nafas kasar
"Gue gue cuma takut Annisa akan teringat dan dan dia pergi. Masa lalu itu begitu membekas Annisa dia harus kehilangan Almeera dan hampir kehilangan nyawanya. Karena wanita itu Ram. Gue gak mau, gue sudah bahagia selama beberapa bulan ini sama dia. Dan karena berita itu gue dan dia harus seperti ini lagi" jelas Althaf membuat Rama tak habis pikir dengan pikiran Althaf
"Thaf istri lo melakukan itu untuk masa depan kalian. Dia datang bukan untuk membuka luka lama tapi menutup semuanya. Semua sudah selesai Thaf, Annisa menyelesaikannya dia gak ingin Nayra pergi dengan ketidak tenangan. Lo bersyukur punya Annisa. Dia paling tersakiti tapi dia rela datang. Lo salah bersikap begini. Annisa butuh lo Thaf"
Dering ponsel Rama membuat Althaf mengurungkan niatnya untuk menyela ucapan Rama
"Ponsel lo mana?" Tanya Rama gusar
"Ada. Kenapa?"
"Annisa. Astaghfirullah Thaf. Kerumah sakit sekarang" Rama berlari menuju pintu namun tidak dengan Althaf, pria itu justru menatap Rama bingung
"Kenapa?"
"Annisa masuk rumah sakit bodoh" teriak Rama
Rumah sakit
Annisa
Althaf berlarian menuju lift dengan perasaan campur aduk, rasa takut kehilangan, marah dan kecewa menguasai dirinya saat ini
"Tidak tidak. Annisa akan baik-baik aja" gusar Althaf menunggu kubus besi itu terbuka
Berharap semua akan baik-baik saja. Annisanya dan calon buah hati nya. Dia tidak ingin kehilangan lagi. Tidak ada yang boleh pergi darinya pikirnya egois seolah melupakan takdir Allah
"Gue antar lo. Lo harus tenang dan berdoa Thaf" Althaf tidak menjawab ucapan Rama namun tetap melakukan saran Rama
Sesampainya dirumah sakit, Althaf berlarian menuju UGD tempat sang istrinya saat ini berada. Didepan ruang UGD Althaf melihat keluarganya ada disana. Mertua dan kakak iparnya pun ada disana
"Apa yang lo lakukan? Lo -
"Zaid diam. Annisa butuh doa kita" tegur Amanda sesaat melihat sang putra ingin menghajar Althaf
Zaid pun mundur ketempatnya semula namun dengan terus menatap tajam Althaf
"Apa yang terjadi ma?"tanya Althaf
"Annisa pingsan didapur, saat mama dan papa datang" tutur Amanda dengan air mata yang terus mengalir, takut akan kehilangan sang putri tercinta
Althaf mengepalkan tangannya, merasa bersalah jika saja dia pulang atau jika saja dia tidak egois maka Annisa tidak akan seperti ini. Namun berandai-andai bukanlah hal yang baik. Sama saja dia menentang takdir Allah
KAMU SEDANG MEMBACA
IKATAN HALAL ✔️
SpiritualitéBerawal dari ketidakpercayaan ku terhadap dia maka berakhirlah kisah cinta sekian tahun lamanya. "Aku mau ngomong penting dengan mu" ujarnya "jangan sampe terjadi" batin ku "mau ngomong apa mas?" jawab ku was-was "aku ingin kita putus" jawabnya deng...