04. UUP

77.5K 6.2K 164
                                    

"Berhenti sebentar, ya. Beli bunga dulu."

Farhan bergerak melepas seat belt-nya dan sedikit melirik dua perempuan yang duduk di kursi penumpang.

Tempat pemakaman umum adalah tujuan mereka saat ini. Atas permintaan Syera kemarin, Farhan mengantarkan calon istrinya mengunjungi makam Laila. Ditemani dengan Sasa yang membuat Farhan harus duduk sendiri layaknya sopir.

Awalnya, Farhan ingin meminta Syera untuk duduk di sampingnya, tetapi adiknya melarangnya dengan suara yang begitu nyaring di telinga. Itu juga alasan mengapa Sasa ikut dengan Syera dan Farhan. Ia tak akan membiarkan abang serta calon kakak iparnya berduaan.

Memasuki sebuah toko bunga berdinding kayu di area pemakaman, Sasa melontarkan pertanyaan yang membuat Farhan menahan tawa. Sebenarnya bukan kali pertama ia bertanya seperti itu, tapi sedari di dalam mobil tadi sudah menjadi bahan perbincangan Sasa dengan calon istrinya.

"Mbak Rara ... kalau udah resmi jadi istri Bang Farhan, ajarin ngerawat wajah, ya."

Entah apa yang membuat Sasa begitu ngotot untuk diajarkan merawat wajah oleh Syera. Mungkin, sangking nyamannya ia dengan Syera, hingga ia teramat ingin mengetahui banyak hal tentang dunia wanita, termasuk memiliki wajah putih bersih seperti Syera. Panggilan itu, juga terlontar begitu saja di bibir Sasa dari sejak pertama bertemu Syera.

Farhan yang telah memegang keranjang berisi bunga segar yang telah siap ditaburkan di atas makam, bersender di tiang kayu penyangga bangunan kayu itu. Menatap calon istrinya yang terlihat canggung ketika akan merespon segala hal perkataan Sasa.

Tatapan wanita penjaga bunga berusia 40-an itu seolah menelanjangi Syera. Terlihat ia begitu penasaran dengan wanita ber-khimar biru muda yang tak lain adalah Syera. "Mbak, calon istrinya Habib, ya?" tanya wanita itu, sembari memberikan bucket bunga Lily pada Syera.

Syera menunduk, tak menjawab pertanyaan itu. Lebih memilih mengeluarkan dompet di dalam tasnya. Tangannya bergerak memberikan selembar uang seratus ribu kepada penjaga toko itu. Namun, pergerakannya dicegah oleh Farhan. "Simpan uang itu untuk keperluan kita kedepannya," katanya, membuat Syera menahan senyum di dalam tunduknya.

"Wah .... Benar calon istri Habib, ya?!" sahut penjaga toko histeris sembari melompat-lompat kecil.

Farhan memberikan dua lembar uang seratus ribu kepada penjaga toko dan mengajak calon istri serta adiknya segera pergi. Kalau tidak, penjaga toko itu akan semakin banyak bertanya.

"Bang! Wartawan!" pekik Sasa, menunjuk segerombol orang yang berlari ke arah mereka membawa kamera.

"Tenang lah dan jangan banyak mengatakan apapun. Jaga Kak Syera," ujar Farhan. Mengembuskan napas sembari merutuki dirinya karena memarkirkan mobilnya sediki jauh dari area pemakaman.

"Apa benar kabar pernikahan Habib?"

"Lalu, siapa yang akan menjadi pengantin wanitanya? Apa wanita di sebelah adik Anda?"

"Kapan pernikahan itu akan berlangsung, Habib?"

"Apa kau tidak salah? Akan menikahi wanita yang tinggi badannya saja hampir sama dengan adik Anda."

Farhan tak pernah tahu trik wartawan itu. Bagaimana bisa mereka mengetahui jika ia tengah berada di tempat pemakaman dan dari mana mereka mendapat informasi tersebut? Sungguh pintar sekali mereka.

Umi untuk PutrakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang