Pria yang berstatus menjadi pengantin baru itu duduk manis di tepi ranjang, menatap lekat sang istri yang sedari tadi mempersiapkan diri di depan meja rias. Ia tak tahu apa yang sang istri lakukan. Kecantikannya membuatnya bertanya-tanya, kenapa harus memoles wajah? Kan istrinya bak bidadari turun dari khayangan.
Tak ada yang salah kan? Jika Farhan memuji kekasih halalnya? Bahkan, ia tak akan mendapat dosa jika melakukan hal lebih.
Kebahagiannya tak bisa dipungkiri, menikahi sosok muda yang mampu membuatnya terbelenggu dalam lubang asmara. Sampai, tak tahu harus menyalurkan syukurnya dengan cara bagaimana lagi. Allah terlalu sayang padanya, hingga memberikannya wanita seperti Syera. Wanita yang entah mengapa menjadi candu dihatinya.
Terlalu lama melamun. Angan-angannya terusik oleh suara lembut sang istri. Membuat Farhan tersenyum akan penuturan Syera. Ia masih tak berkutik, memilih menatap sang istri dari cermin besar di hadapan Syera yang membuatnya turut meilhat aktivitas istrinya.
Istrinya tengah gugup. Lucu sekali, dengan memainkan khimar yang menutupi pahanya seolah memberi kode bahwa ia memang tengah gugup.
"Kenapa tanya seperti itu?" tanya Farhan balik. Ia sedikit menemukan jawaban atas alasan Syera yang tak kunjung dari meja riasnya.
"Em .... Kamu terus melihatku," balasnya, memberanikan diri mati-matian untuk mengeluarkan suara ditengah keheningan diantara keduanya, "kupikir ada yang salah. Boleh beri tahu apa yang salah? Aku tidak mau menjadi pusat perhatian nantinya," lanjutnya gugup.
Tindakan Farhan yang bertanya panjang lebar kepada sang mertua setelah pinangannya diterima, membuat Farhan sedikit mengetahui apa yang disuka serta tidak disukai Syera. Termasuk risih ketika menjadi pusat perhatian. Semua itu timbul kala Syera sempat menjadi primadona kampus yang selalu didekati banyak pria.
Farhan beranjak dari duduknya, meletakkan peci di atas tempat tidur dan mendekati sang istri. "Iya, ada yang salah dari penampilanmu," balas Farhan. Merendahkan badannya dan meletakkan dagunya di bahu kiri Syera. Beralih menatap kegiatan dirinya dan Syera di dalam cermin.
"A-apa?" tanya Syera cepat.
Sebuah tindakan intim yang baru pertama kali Syera rasakan. Tangan besar Farhan yang melingkar di pinggangnya menambah laju detak jantungnya bertambah, desiran yang belum pernah Syera rasakan menyentuh hatinya begitu saja.
Inget, Sye! Ini suamimu! batin Syera, berusaha untuk bersikap biasa saja.
"Jangan terlalu berada di depan cermin. Nanti cerminnya bisa retak karena iri dengan paras ayu-mu. Aku menyukai wajah naturalmu, Humaira .... Begini sudah cukup," tutur Farhan. Mengeratkan pelukannya serta memejamkan mata kala tengah menemukan tempat sandaran yang teramat nyaman.
Aroma segar khas bayi menyeruak di indra penciumnya, ditambah dengan parfum yang menyatu dengan aroma bayi itu. Farhan menyukai. Kadang, Farhan merutuki wajah Syera yang berparas hampir sempurna. Apalagi, ia tahu bahwa Syera merupakan wanita idaman banyak pria.
Syera menahan mati-matian senyumnya. Memainkan jari-jarinya yang bertautan membuat gerakan aneh. Jantungnya seolah tengah berolahraga. Hatinya seperti dipenuhi burung merpati yang mengepak hingga nabastala. Syera bahagia?
"Bahkan aku yakin. Bidadari surga akan iri melihatmu," imbuhnya.Syera menegakkan tubuhnya. Membiasakan diri untuk berinteraksi dengan pria yang telah menjadi suaminya. Farhan pun membuka matanya dan membiarkan dagu serta bahu sang istri LDR---berjauhan maksudnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Umi untuk Putraku
RomancePART LENGKAP Farhan Ghazali tidak menyangka akan jatuh cinta pada wanita yang baru menginjak usia 21 tahun di umurnya yang sudah berkepala tiga. Ia yang bertemu dengan wanita itu secara tak sengaja membuatnya tak bisa menampik bahwa ia memang jatuh...