13. UUP

66.3K 5.5K 106
                                    

Kata orang, tinggal bersama mertua bukan lah hal yang enak. Sebenarnya sama saja, ketika mertua sadar bahwa menantunya telah menjadi pilihan anaknya, berarti itu lah yang terbaik untuknya juga. Tidak ada istilah enak atau tidak, sebab mertua adalah orang tua bagi menantunya juga.

Kuncinya hanya perlu sayangi, ajak lah sesering mungkin berkomunikasi serta mengunjungi. Hal itu akan membuat seorang mertua merasa istimewakan oleh menantunya. Pada dasarnya, semua orang memang baik. Sifatnya lah yang kapan-kapan bisa berubah-ubah.

Berdua dengan mertua dan bercengkerama akrab adalah momen yang paling ditunggu-tunggu. Penantiannya terhadap sang suami yang tengah mendatangi pesantren sebelum pergi ke luar kota, membuat Syera berdua dengan Aminah dan bercengkerama lebih dekat. Meskipun bukan kali pertama dilakukannya, tapi rasanya masih sama. Gugup.

Tak pernah ada dibayangan, merebahkan badan dengan posisi seperti itu. Menjadikan paha sang mertua sebagai bantalan serta mendapatkan elusan lembut di pucuk khimarnya.

"Kamu tahu, Nak?--"

"Enggak, Umi," potong Syera.

Aminah tertawa kecil, menyentil pelan hidung jambu sang menantu gemas lalu berujar, "Pantes, ya. Suamimu betah banget kalo berduaan sama kamu, hm ... ternyata tingkah kamu kayak gini."

Syera tersenyum kikuk, sembari menahan rasa panas yang menjalar di pipinya. Ada sedikit rasa canggung diposisi seperti ini, karena biasanya hanya kepada orang tua dan suaminya saja lah ia akan melakukan ini. Namun, kali ini sang mertua memintanya untuk melakukan hal itu juga.

"Umi ulang, ya. Tapi jangan dipotong," kekeh Aminah.

"Maaf, Umi," sesal Syera.

"Nggak apa-apa. Jangan gugup, sih. Umi nggak gigit kok," kata Aminah seolah tahu perasaan Syera.

Syera bisa menangkap kebahagian yang terpancar di wajah Aminah, karena Syera memang menatap wajah Aminah dengan lekat sedari tadi saat mertuanya banyak menceritakan tentang masa kecil Farhan.

"Kamu itu cinta pertamanya Farhan," ungkap Aminah menatap Syera tulus.

Syera membesarkan bola mata tak percaya, ditatapnya lekat manik sang mertua dan mencari kedustaan disana. Namun, nihil. Aminah berkata jujur.

"Tidak, Umi. Cinta pertama Mas Farhan kan Umi Aminah," gurau Syera menutupi rasa penasarannya.

Aminah mengangguk sembari menahan rasa gemasnya terhadap menantu perempuannya. "Iya, tapi kamu adalah wanita pertama yang berhasil membuat Farhan menyalurkan rasa cintanya terhadap wanita yang belum jadi mahramnya saat itu," jelas Aminah.

"Mbak Laila--"

"Farhan menikah dengan Laila atas dasar perjodohan," sahut Aminah memotong.

Syera mengerjab-ngerjabkan matanya. Mengeluarkan ekspresi cengo menyalurkan rasa tak percayanya.

"Orang tua Laila itu teman dekat abi, mereka meminta tolong agar menjodohkan Farhan dengan Laila, entah apa alasannya."

Syera menatap Aminah dengan serius, tak mau melewatkan sepatah kata pun ucapan yang keluar dari mulut sang mertua.

"Abi sempat menolak, tapi suamimu mengiakan. Sampai pernikahan itu terjadi ... Farhan membawa Laila ke rumah yang baru selesai dibangunnya."

Umi untuk PutrakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang