"Mas tau tidak kalau Hizam itu ngeselin."
Wanita itu berkata seraya mengembungkan pipi setengah kesal. Jari kirinya asik memainkan cincin emas putih suaminya yang terukir jelas nama 'Syera' di dalamnya sebagai simbol pernikahan mereka yang melingkar di jari manis tangan kanan Farhan.
"Mas tidak tau, Yang," balas Farhan seraya terus mengusap surai sang istri yang tidak tertutupi khimar. Bahkan, rerumputan hitam itu tak lagi rapi.
Syera menatap wajah sang suami yang lebih tinggi darinya dengan sengit. Tak ada habisnya sikap menjengkelkan suaminya itu. Tangan kanannya yang melingkar di pinggang lebar Farhan mencubit perut pria itu kencang, reflek menimbulkan keterkejutan dari Farhan. "Kamu kan belum ngasih tau alasannya, Sayang. Main cubit-cubit aja. Kalau six pack-ku hilang gimana," kata Farhan sembari mengusap perutnya yang terasa panas dari luas kaosnya.
Mendengar itu, Syera semakin dibuat sebal. Ia menarik kepalanya yang bersandar di dada Farhan dan melepaskan rangkulannya lalu menggulingkan badannya ke samping kanan, menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal. "Biarin aja. Biar hilang, Syera mau bikin perut Mas buncit, biar nggak ada cewek di luar sana yang suka sama Mas," gerundel Syera masih bisa di dengar Farhan.
Farhan mengernyit. Sungguh ia hanya becanda, tetapi respon sang istri tak seperti biasanya. "Perut Mas kan yang bisa liat kamu aja, Yang. Kenapa sih kamu? PMS?" tanya Farhan, mencoba menyibak selimut putih yang menutupi tubuh mungil sang istri.
"Sini cerita. Hizam ngeselin gimana, hemm ...." Pria itu memegang kedua bahu Syera lembut, membantunya duduk dan menatap raut kesal di wajah sang istri yang terlihat jelas. Pemandangan pertama kali yang Farhan lihat.
"Mas ...." Kini wanita itu merengek. Membuat Farhan semakin heran sendiri. Apa yang membuat faktor wanita PMS berubah-rubah sikapnya?
Perempuan teramat menyusahkan dengan segala kode tak tak jelas yang kadang membuat pening para pria. Sebenarnya, apa sih susahnya berbicara? Mengatakan sejujurnya tentang keinginan mereka sehingga tak memperumit pria.
"Iya, Sayang," balas Farhan lembut. Tak mau membuat istrinya semakin kesal.
Syera menatap suaminya sebal. Apa semua pria itu memang diciptakan tak peka? Wanita itu terdiam. Tak mengucapkan apapun sembari menatap suaminya intens, menunggu kepekaan sang suami.
"Mas ih!" katanya lagi pasrah. Bibirnya yang telah maju mengerucut gemas.
"Allahu, Sayang. Apa lagi?" balas Farhan gemas, bahkan tangannya menjambak rambutnya sendiri.
Salah satu tingkah Syera yang menggemaskan sekaligus menjengkelkan. Yaitu memberi kode yang sama sekali tak bisa ia mengerti. Segini mengenaskankah rasanya memiliki istri lebih pantas disebut adiknya sendiri?
"Peluk lagi," kata Syera sembari merentangkan kedua tangannya.
Pria itu menepuk jidatnya. Tanpa basa-basi, Farhan menarik Syera dan meletakkan kepalanya di dadanya lagi. Merangkul erat menyalurkan segenap rasa cinta tulus kasihnya. Terkekeh dalam hati mendengar permintaan yang seharusnya tak memerlukan kode seperti itu.
"Usap rambut Syera lagi," kata Syera masih kurang terima.
Lagi-lagi Farhan tak membantah. Ia kembali mengelus surai istrinya dengan sayang, bahkan ia memberikan banyak kecupan di pucuk kepala Syera. "Udah dipeluk, udah dielus rambutnya, udah dicium. Sekarang minta apa lagi, hmm ...," katanya Farhan lembut, netranya menatap sang istri yang tengah menahan malu dengan mencoba bersembunyi diketiaknya. Farhan pun dengan senang hati membuka tangan kanannya memberi akses sang istri menghirup aroma ketiaknya, lalu menjepit kepala sang istri di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Umi untuk Putraku
RomancePART LENGKAP Farhan Ghazali tidak menyangka akan jatuh cinta pada wanita yang baru menginjak usia 21 tahun di umurnya yang sudah berkepala tiga. Ia yang bertemu dengan wanita itu secara tak sengaja membuatnya tak bisa menampik bahwa ia memang jatuh...