09. UUP

71.6K 5.4K 58
                                    

Gerakannya tertahan, kala ia merasa sesuatu yang berat melingkar di pinggangnya. Suaranya tercekat saat kelopak matanya terbuka, wajah polos pria di hadapannya membuat jantungnya berpacu cepat serta melebarkan penglihatannya. Namun sejenak, ia mengganti ekspresinya menjadi lebih tenang. Ditatapnya wajah sang suami yang ketampanannya bertambah kali lipat saat dari dekat.

Dia Farhan. Imam yang selalu ia langitkan namanya pada Sang Illahi. Tak menyangka ia telah resmi menjadi istrinya, tak ada rasa penyesalan dalam hatinya. Karena ia, telah jatuh cinta pada pria yang telah Allah beri untuknya setelah sang suami menghadap ayahnya dan mengucap ijab kabul dengan satu tarikan napas.

Syera bergerak membenarkan tatanan kepalanya, mencari tempat nyaman di dalam dekapan sang suami. Ia meringis, saat kepalanya yang tak ditutup oleh khimar menyadari bahwa ia tidur tak beralaskan bantal, tetapi lengan besar sang suami.

Pasti sakit, pikir Syera membatin.

Ia memilih diam, pergerakannya benar-benar dibatasi akan dekapan Farhan yang teramat kencang. Karena tak mau mengusik serta menambah nyeri di lengan sang suami, Syera memutuskan untuk diam. Memilih memandangi wajah tampan Farhan.

Menjelang subuh atau ketika azan berkumandang adalah waktu yang menjadi alasan Syera terbangun, padahal ia baru terlelap dalam hitungan dua jam. Bukan kali pertama Syera terbangun karena waktu subuh tiba, tapi hampir setiap hari. Mungkin, karena sang bunda selalu membiasakan dirinya terbangun kala azan subuh.

"Suamimu memang tampan, tapi akan lebih tampan saat air wudhu di waktu subuh membasahi wajahku pasti semakin membuatku tampan. Jadi, kalau mau menatapku lama, tunggu aku wudhu saja. Pasti kamu nggak akan berpaling dari Mas," beber Farhan dengan suara khas orang selepas bangun tidur dengan kelopak mata yang masih setia terpejam.

Farhan mengaduh, matanya sontak membuka saat perutnya merasakan sengatan kecil dari tangan sang istri. "Udah berani cubit-cubit, hm ...," godanya.

Tak ada pembicaraan setelahnya, Farhan yang terlena akan wajah natural Syera membuatnya mampu mengunci pandangan Syera. Keduanya saling tatap. Pemandangan yang Farhan angankan sedari melihat wanita yang telah menjadi istrinya.

"Tangan Mas sakit?" tanya Syera, teringat akan kepalanya yang berbantal lengan Farhan.

Farhan menggeleng pelan, mencoba untuk menghilangkan rasa khawatir istrinya. "Sedikit, Sayang. Tapi nggak apa-apa kok, aku malah seneng kalo kayak gini," katanya lembut.

"Mas mau ke masjid?" tanya Syera lagi. Mencoba melepaskan pelukan Farhan dan duduk.

Farhan menggeleng, bangkit dari tidurnya dengan sedikit menahan rasa sakit di lengannya, mengikuti pergerakan Syera yang tengah duduk dan memeluk tubuh mungil sang istri dari samping lalu berujar, "Tidak, Mas mau sholat sama kamu."

Syera mengangguk. Meraih ikat rambutnya dari atas nakas, dan mengikat rambutnya. "Mas wudhu dulu, Syera siapkan perlengkapan untuk salat," katanya, lalu menyibak selimut dan beranjak berdiri, mendekati koper milik Farhan dan mencari baju koko serta sarung. Sedang, Farhan memasuki kamar mandi.

Selang beberapa waktu, Farhan muncul dari balik pintu kamar mandi dengan raut yang telah cerah. Benar katanya tadi, wajahnya terlihat bertambah tampan karena siraman air wudhu.

"Mandanginnya selepas salat aja, ya. Sekarang kamu wudhu," tegur Farhan dengan sedikit kekehan.

Syera menunduk mendengar perkataan itu, sembari menyodorkan baju koko serta sarung lengkap dengan pecinya kepada Farhan. Kemudian berjalan cepat menuju kamar tanpa membalas perkataan suaminya.

Suara merdu Farhan terdengar menenangkan di pendengaran Syera. Kedua pasangan suami istri itu saling duduk berhadapan setelah menunaikan salat subuh, dengan Farhan yang duduk bersila dan memegang Al-Qur'an di tangannya, sedang Syera hanya terdiam kagum melihat suaminya yang mengagungkan nama-Nya melalui murottal yang keluar dari mulutnya.

Al-Quran. Kitab terakhir penyempurna kitab sebelumnya yang diturunkan kepada Rasulullah, sebuah mukjizat terbesar Nabi Muhammad penawar rasa gelisah serta penenang jiwa.

Sebagaimana surah Ara-ra’d pada ayat 28, “Orang-orang yang beriman akan memiliki hati yang tenang dan tenteram jika selalu ingat dengan Allah SWT, maka ingatlah karena hanya dengan mengingat-Nya, hatimu menjadi tenteram.” Dimana Al-Quran selalu mengingatkan para umat pada Allah. Sebab satu hal rasa gelisah seseorang itu timbul, yaitu karena Allah merindukan umatnya, menjadikan seseorang gelisah hingga menemui-Nya disetiap sujud salatnya. Allah Maha Pencemburu.

Syera terdiam. Untuk kali ini bukan mengagumi suara indah suaminya, tapi karena rasa insecure yang entah sejak kapan menyelimuti hatinya. Ia tak pandai mengaji, pikiran itu seolah merobohkan rasa bahagianya bersanding dengan Habib ber-akhlak mulia seperti Farhan. Lagi-lagi, pikirannya terarahkan pada almarhum Laila yang teramat pantas memiliki suami seperti Farhan. Syera sangat berbanding 180 derajat dengan almarhum Laila.

Suara Farhan tak lagi terdengar, tapi masih belum Syera sadari. Setelah meletakkan Al-Quran di rak, pria itu mengangkat wajah Syera dengan menangkup kedua pipinya. Tatapan menjanggal Syera sangat terlihat. "Kenapa, Sayang? Kamu memikirkan sesuatu?" tanya Farhan, sesekali mengusap pipi ranum sang istri.

Pertanyaan Farhan hanya dibalas dengan gelangan dan seutas senyum tipis oleh Syera, tak mampu menghilangkan gurat anehnya.

"Jangan berpikir yang tidak-tidak. Aku bersedia mengajarimu mengaji sampai pandai ber-murottal,"  tangkas Farhan seolah paham akan jalan pikir sang istri, disusul dengan sentilan kecil di hidung Syera. Sungguh, setiap tingkah serta ekspresi  wanita itu menjadi hiburan barunya.

"Mas ...."

"Kenapa, Sayang?" jawab Farhan cepat, menarik tubuh Syera yang masih terbalut mukena ke dalam pelukannya.

Nyaman. Farhan menyukai moment seperti ini, berada di dekapan wanita terkasihnya. Syera seolah menjadi candunya, hingga ia ingin terus didekat wanita itu.

"Kamu tidak menyesal menikahiku?" tanya Syera pelan.

Farhan menghela napas, sedikit merasa geram akan perkataan istrinya. "Harus kuberi bukti apa agar kamu percaya bahwa aku tak akan pernah menyesal menikahimu," kata Farhan gemas.

"Dengar, Humaira .... Aku menikahimu karena ketulusan serta perlakuan lembutmu, bukan karena hal lain," jelas Farhan.

Tak seharusnya insecure atau rasa tak percaya diri timbul dalam benak seseorang. Sebab, Allah telah mencukupi segala hal yang diperlukan umatnya. Seperti yang tertera ada surah Al-Ibrahim ayat 34 “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”. Dan sesungguhnya insecure salah satu perasaan tanda kurang bersyukur atas nikmat-Nya.

"Nanti kamu beberes ya, ikut Mas ke rumah umi," sambung Farhan. Sedikit melonggarkan pelukan tapi tidak melepaskannya. Menatap wajah sang istri lekat.

Syera terdiam. Ia tak siap jika berjauhan dengan bunda dan ayahnya, tapi Ningrum yang telah memberinya wejangan membuatnya harus menerima apapun perkataan suaminya.

"Syera akan mengikuti setiap perintahmu," ujar Syera menjawab. Disusul dengan senyum kecil.

"Hizam di rumah umi juga kan, Mas?" lanjutnya bertanya dan diangguki Farhan.

"Syera nggak sabar ketemu Hizam," kata Syera tanpa disadarinya dengan nada antusias.

-Bersambung

Umi untuk PutrakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang