25. UUP

76.2K 5.6K 73
                                        

Kabar itu mendatangkan seruan haru bagi kedua belah pihak keluarga. Hal yang pernah gagal menjadi kebahagian kini telah Allah amanahkan kembali pada pasangan suami istri itu.

Kehilangan buah hati adalah kabar buruk yang teramat menyesakkan---untuk siapapun yang telah merasakan---apalagi belum sempat melihat sang anak terbentuk dengan sempurna. Namun, jauh-jauh dari itu, Allah selalu menekankan bahwa Dia tak akan pernah mengecewakan umatnya yang bertakwa.

Allah. Memiliki rencana yang kadang tak dimengerti banyak orang. Termasuk melahirkan rasa kecewa serta sakit hati ketika dirasa-Nya tak baik untuk umatnya sendiri.

Allah Maha Baik. Tak ada makhluk yang mampu menandinginya.

Allah Maha Segalanya. Dia tempat ternyaman untuk berkeluh kesah.

Allah Maha Pengampun. Seringkali orang merasa marah ketika ada orang lain datang padanya saat butuh saja. Tanpa sadar bahwa ia juga datang pada-Nya ketika bersedih saja.

Wanita yang berjalan beriringan dengan suaminya mengernyitkan dahi, mobil putih serta motor bebek di halaman rumah sangat tak asing di penglihatannya.

"Mas, itu mobil ayah sama motor bunda. Mereka di sini?" tanya Syera sembari mendorong pintu utama.

Farhan terdiam. Tanpa berniatan menjawab, memilih mengucap salam dengan nada bahagia. "Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam," pekik dua wanita paruh baya dengan sorot manik berbinar.

"Ayah habis pulang dinas?" tanya Syera setelah menyalami orang tua serta mertuanya, sembari duduk di sebelah Burhan.

Burhan masih berpakain lengkap ala polisi. Pria paruh baya itu duduk di sebalah besannya; Lukman. Keduanya tampak begitu akrab dengan hal yang keduanya bicarakan.

Kabar Farhan tadi membuat kedua belah pihak itu berkumpul di sini; ruang tamu keluarga Ghazali. Aminah serta Lukman memilih untuk pulang ke rumah setelah satu jam baru sampai di pesantren demi mendengar kabar baik itu sebelum akhirnya kembali pergi mengurus pesantren. Bahkan, Sasa memaksa umi serta abinya agar mengizinkannya pulang demi merasakan kebahagian itu. Inayah juga tak kalah heboh ketika mendapat kabar dari uminya, hingga ia harus merecoki suaminya yang tengah bekerja di kantor agar bisa pulang lebih awal dan datang ke rumah abinya.

"Belum. Tapi bundamu itu terlalu heboh pas denger kabar mau punya cucu lagi," celetuk Burhan setengah melirik Ningrum, "bundamu telepon 15 menit cuma mau teriak-teriak girang sampe Ayah jengah. Padahal tinggal ngasih tau intinya aja," lanjutnya mengadu.

Di sofa seberang. Seorang anak laki-laki terdiam kaku kala ayah istri abinya mengatakan hal itu. Sebuah pengakuan tersirat yang sedikit menenangkan kalbunya, 'punya cucu lagi.'

Syera terkekeh pelan. Sungguh, pemandangan yang sangat menyejukkan ketika melihat ayah serta bundanya. Burhan yang memiliki sikap kalem serta tegas disandingkan dengan Ningrum yang memiliki jiwa ekspresif, tak terlebih lagi sedikit membuat wibawa Burhan lenyap kala bergandengan dengan istrinya sendiri. Untung saja ia mencintai Ningrum, jika tidak ... entahlah, mungkin Syera telah memiliki bunda baru saat ini.

Syera telah merasakan bahagia yang setara ketika diistimewakan dengan seorang pria seperti bundanya. Suaminya. Farhan tak kalah romantis serta manis dengan ayahnya.

"Positif?" tanya Aminah harap-harap cemas.

Semua orang terdiam. Memasang telinga tajam serta mengarahkan netra mereka pada pasangan suami istri di sebelah Burhan dengan tangan Farhan yang menggelayut manja di lengan istrinya. Senyum manis Farhan pada sang istri tak lepas dari bidikan Sasa yang saat ini juga berteriak mengagetkan semua orang.

Umi untuk PutrakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang