Selepas subuh tadi, kamar Burhan serta Ningrum telah dipenuhi tangis. Syera lah penyebabnya. Ia mendatangi ayah serta bundanya, mengucap banyak kata maaf serta terima kasih, dengan derai air mata yang tak mampu dibendung.
Tak terasa statusnya yang menjadi putri Irawan sebantar lagi akan merubah marganya menjadi 'Ghazali'. Menjadi istri dari seorang Habib duda anak satu yang diidam-idamkan banyak kaum hawa.
Hari yang dinanti telah tiba. Suara bising sedari tadi menjadikan kediaman Irawan begitu ramai dan terang dari rumah-rumah lainnya.
Saat ini, Syera duduk di depan meja rias di kamarnya. Membiarkan perias suruhan Inayah merias wajahnya. Ditemani dengan Aisah---sahabat karibnya. Sedang, Ningrum dan Burhan juga tengah mempersiapkan diri di kamar mereka.
Sebenarnya, Syera menolak hal itu. Semasa hidup, ia tak pernah memoles wajahnya seperti ini. Paling mentok, sekedar menabur bedak bayi serta memoles bibirnya dengan lipgloss. Namun, ia tak bisa menolak. Mengingat Inayah tadi membawa perias itu dan mengampirinya seraya berkata, 'Apa kau tak mau membuat suamimu bahagia? Apa kamu tidak mau jika Farhan melihat istrinya terlihat cantik di hari pernikahan kalian?" Inayah memang pandai membujuk Syera.
Syera sedikit banyak meminta kepada sang perias yang akan merias wajahnya, membuat Aisah tertawa akan hal itu. Bagaimana tidak? Syera menolak ketika bibirnya akan dipoles oleh lipstik dan meminta agar memakai lipstik berwarna nude yang ia punya.
Perfek. Satu kata yang mampu menggambarkan kondisi Syera saat ini. Perias membuat wajahnya seperti yang ia minta. Tak menambah bulu mata, soflen, lipstik merah muda, serta menggambar alis atau mencukurnya. Sesuai HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu'anhu. 'Allah melaknat wanita yang men-tato dan wanita yang minta ditato, yang mencukur alis dan yang minta dicukur alisnya, serta yang merenggangkan giginya untuk kecantikan, yang merubah ciptaan Allah.'
Syera beranjak dari kursi, menuju cermin besar di samping tempat tidur memperlihatkan desain kebaya syar'i buatan Inayah. Semakin mempesona kala Syera memakainya. Beberapa kali ia mengerjapkan matanya tak percaya akan yang ia lihat. Boleh kah ia kagum dengan penampilannya saat ini?
"Masya Allah. Cantik banget, Sye!" pekik Aisah girang.
"Alhamulillah," balasnya, "jangan lupa nyusul," lanjutnya menggoda Aisah.
"Pasti! Aku lagi nyari duda yang kayak Habib Farhan," jawabnya semangat. Mengundang gelak tawa untuk perias yang sedang menata barang-barangnya.
Keduanya terdiam seketika. Saling memandang menyalurkan rasa tak menyangka. Aisah dan Syera teramat dekat, hubungan sahabat karib mereka termat didamakan semua orang. Kini, salah satu dari mereka akan melepas status lajangnya. "Jaga diri baik-baik, ya. Patuh sama suami, inget! Jadi ibu yang baik buat Hizam. Buktiin ke semua orang kalau ibu sambung itu nggak semuanya buruk," tutur Aisah, diakhiri dengan senyum tipis disusul dengan pelukan hangat.
Aisah mengurai pelukannya. Kembali tersenyum menatap sang sahabat. "Akad nikah jam 7, berarti setengah jam lagi akan dimulai," kata Aisah dan diangguki Syera.
Aisah tersenyum geli melihat temannya yang hanya diam, tanda Syera sedang menahan agar tak menangis. "Jangan menangis, make up-mu nanti luntur. Kasihan Habib Farhan yang telah membayar mahal perias tadi," godanya.
"Aku keluar dulu, biar bunda yang nemenin kamu," lanjutnya lalu pergi.
Syera mendudukkan pantatnya di tepi tempat tidur. Matanya menelisik setiap kamarnya yang telah di dekorasi sedemikian rupa. Tak menyangka, bahwa tempat yang selalu ia huni sendiri, sekarang akan diisi oleh calon suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Umi untuk Putraku
Lãng mạnPART LENGKAP Farhan Ghazali tidak menyangka akan jatuh cinta pada wanita yang baru menginjak usia 21 tahun di umurnya yang sudah berkepala tiga. Ia yang bertemu dengan wanita itu secara tak sengaja membuatnya tak bisa menampik bahwa ia memang jatuh...