Farhan tersenyum manis. Tangannya melingkar pas di pinggang sang istri dari belakang, kepalanya ia letakkan di pundak Syera yang tengah berdiri di depan cermin besar. Senyum keduanya merekah, Farhan tak bisa berhenti kagum kepada istrinya saat ini. Gaun putih gading serta khimar senada melekat apik di tubuh Syera dengan mahkota sebagai penghias di atas kepalanya. Kecantikannya semakin terpancar kala wajahnya dirias sesuai keinginannya, ditambah tangannya memperlihatkan ukiran cantik dari henna putih.
"Cantik banget istrinya Mas." Farhan mengecup pipi Syera dari samping. Entah berapa kali pria itu terus mengatakan hal yang sama dengan posisi yang masih memeluk istrinya dari belakang.
Syera membalikkan badannya, membuat Farhan mengurai pelukan. Wanita itu menatap sang suami yang tersenyum manis seraya menundukkan kepala, senyum Farhan serta penampilannya membuat Syera malu untuk menatap sang suami lebih lama. Ia merasa degub jantungnya bertambah keras dari sebelumnya.
Sudah beberapa hari ini, ia dibuat uring-uringan dengan Farhan dan Hizam yang selalu membicarakan sesuatu yang tak ia mengerti. Semua terjawab setelah usai zuhur tadi suaminya membawanya ke hotel.
Resepsi.
Farhan mengabulkan permintaan Syera selepas resepsi di rumah mertuanya. Resepsi kedua diadakan selepas Hizam menerima sang istri. Farhan telah menyiapkan semuanya dengan matang selama sejak dirinya berada di Gorontalo, dengan bantuan mertua serta orang tuanya. Semua selesai dalam waktu dua minggu. Desain klasik berdominasi warna putih memenuhi gedung besar yang telah disewa Farhan. Bahkan, Farhan meminta keluarga besar Ghazali dan Irawan untuk memakai pakaian berdesain sama.
Farhan memberitahu semuanya pada Syera dengan raut semangat dan berbinar. Setelahnya, ia membiarkan sang istri yang terus meminta melihat suasana gedung resepsi terkurung di hotel.
"Mas Farhan ganteng," cicit Syera masih bisa menembus indra pendengaran Farhan.
Tak ada dusta dari bibir Syera. Gamis pengantin pria sepanjang lutut, peci imamah dan sorban sedikit corak cokelat yang dilipat rapi bertengger di pundak kirinya. Semua yang dikenakannya berwarna serba putih.
Manik Farhan berbinar. Pertama kali mendengar pujian Syera mengenai fisik pertama kali. Membuatnya yang hampir berkepala empat merasa tersanjung bukan kepalang. Bagaimana tidak? Ia mendapat pujian dari wanita muda nan cantik yang tak lain adalah istrinya sendiri. Salah satu tangan kekarnya bergerak merangkul pinggang langsing Syera, sedang tangan satunya ia gunakan untuk mengangkat dagu Syera. "Dipuji sama kamu rasanya kayak mau terbang," kekeh Farhan membuat Syera melayangkan pukulan pelan ke dada Farhan.
Hanya ada mereka di dalam ruangan ini. Perias yang dikirimkan Inayah setelah isya' tadi kini telah pergi setelah menyelesaikan tugasnya.
"Kenapa Syera baru dikasih tau?" tanya Syera mengeluarkan rasa penasarannya.
Farhan hanya tersenyum tipis, menelusuri setiap inci iras cantik di hadapannya yang selalu saja membuatnya tanpa henti terkagum. "Karena ... kalau kamu tahu pasti ngomong kayak gini, 'jangan berlebihan, sayang uangnya. Di luar sana masih banyak yang membutuhkan uang'," balas Farhan sembari menirukan gaya berbicara sang istri.
Syera menatap suaminya penuh arti. Bisa ia tebak, acara yang telah disiapkan dan tak ia ketahui seperti apa itu sangat mewah. Jemari Syera mengelus lengan Farhan yang tertutupi gamis model pria dengan lembut. "Mas ... bisa ngerasain berdiri sama kamu dan Hizam di pelaminan aja Syera udah seneng, Syera nggak mau yang aneh-aneh. Apalagi sampai Mas ngeluarin uang banyak. Sayang uangnya, pasti banyak banget yang Mas kel--"
Farhan menempelkan dahinya pada dahi Syera, memotong perkataan sang istri yang sudah ia tebak. "Mas cuma mau bikin acara yang bisa kita kenang seumur hidup. Mas mau pernikahan pertama kamu dan terakhir kita banyak mengeluarkan kesan. Nggak ada yang membahagiakan selain liat kamu berdandan cantik dan berdiri di samping Mas bersama Hizam." Farhan menatap manik sang istri yang tidak terdapat bulu mata atau soflen. Terlihat sangat natural.
KAMU SEDANG MEMBACA
Umi untuk Putraku
RomancePART LENGKAP Farhan Ghazali tidak menyangka akan jatuh cinta pada wanita yang baru menginjak usia 21 tahun di umurnya yang sudah berkepala tiga. Ia yang bertemu dengan wanita itu secara tak sengaja membuatnya tak bisa menampik bahwa ia memang jatuh...