08. UUP

76.3K 5.7K 112
                                    

Sarayu dalam shyam menusuk hingga membelah bulu kuduk. Keheningan malam mempersilakan para manusia merenung atas segala kesalahannya hari ini. Terlahir sebagai pengalaman dan menjadikan sosok yang lebih baik untuk hari esok. Aamiin.

Tak ada yang salah dalam malam. Hanya saja, ilustrasi hati serta pikiran tentang hal gaib lah yang melenyapkan keindahan malam sang raja penguasa keindahan bintang dan bulan. Malam adalah teman terbaik, hanya pada saat itu lah hati serta masalah dapat tercurah cuma-cuma. Tanpa perlu takut dihina atas masalah yang selalu dianggap lelucon oleh keturunan adam.

Salah satu rumah berlantai dua di sebuah komplek yang telah sunyi sedari kemarin tak membuat orang-orang berhenti melakukan kegiatannya. Padahal, waktu telah menunjukkan pukul 01.45 WIB dini.

Seorang wanita yang tengah duduk bersandar di kepala tempat tidur dengan selimut tebal yang menutupi kaki hingga pahanya serta kacamata antiradiasi dengan frame berwarna pink itu menatap serius sebuah buku bersampul pink dengan judul 'Nikmatnya Pacaran setelah Pernikahan'

Hampir 3 jam ia berkelut dengan buku islami, menghilangkan rasa bosan di dalam kamar. Sungguh, ia teramat ingin menikmati suasana ramai di bawah sana. Bukan untuk memperlihatkan bahwa ia sang pengantin, tetapi ia ingin melihat wajah-wajah dari para tamu yang turut merayakan hari bahagianya. Meski, Syera yakin tak akan bisa menahan rasa tak nyaman diantara keramaian.

"Sayang, apa buku itu lebih menarik dariku?"

Suara bariton itu mengisi keheningan di dalam kamar. Sontak, Syera meletakkan kacamata serta bukunya di atas nakas dan menatap sang suami merasa bersalah. Ia benar-benar tak sadar jika Farhan telah di depannya.

"Maaf." Hanya itu yang dikatakan Syera.

"Temannu sudah pulang semua?" lanjutnya bertanya. Kakinya telah menginjak lantai, melangkah mendekati Farhan yang terlihat lelah.

"Sudah, dari setengah dua belas tadi. Tapi, teman ayahmu nggak tahu kapan pulangnya. Aku tinggal deh, kasihan istriku sendirian di kamar," jawab Farhan panjang lebar.

"Maaf ya, aku telat menemui," sesal Farhan. Tangan besarnya membingkai wajah Syera, menikmati ciptaan-Nya yang teramat mempesona.

"Nggak apa-apa, Mas," ujar Syera tulus, kedua tangannya memegang lengan Farhan," bersihkan badanmu, aku akan membuatkanmu teh," lanjutnya.

Syera menjauhkan tangan besar sang suami. Tersenyum manis lalu kembali berjuar, "Mas bawa pakaian, kan?"

Farhan mengangguk, mengecup kening Syera sekilas dan mendekati koper kecil di sebelah lemari bercat putih yang berisi dengan pakaian Syera. Gerakannya yang akan membuka ristsleting koper tertunda, kala sebuah tangan menyentuh kulit tangannya. "Izinkan aku yang menyipakan, bersihkan badanmu sana," sergah Syera.

"Dibalik sifat pemalumu, kamu perhatian juga, ya. Jadi tambah sayang," ledek Farhan sembari mengedipkan mata kirinya lalu beranjak dan terbirit ke dalam kamar mandi, sebelum ia melihat istrinya menahan malu.

***

Tak ada hal istimewa yang dapat mendefinisikan sebuah kamar tidur berdominasi warna putih itu. Pernak-pernik sederhana di sisi kanan tempat tidur terdapat sebuah figura lumayan besar yang memperlihatkan seorang wanita shalihah yang tengah tertawa candid dengan background sebuah pantai.

Jika kamar mandi di kamarnya hanya wanita itu seorang yang menempati, kali ini berbeda. Ia melihat sosok lain yang mulai saat ini akan menjadi pemandangan baru setiap harinya.

Umi untuk PutrakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang