23. UUP

70.6K 5.8K 72
                                    

"Selamat pagi Mas Farhan," sapa Syera.

Wanita itu menubruk dada bidang suaminya, menghidup dalam-dalam aroma pewangi pakaian Farhan. Tak pernah bosan keduanya melakukan hal seperti ini ketika usai salat subuh. Farhan menempati janji awalnya, mengajari Syera mengaji. Dan saling berpelukan tanpa berkata apapun ketika usai.

Syera yang selalu berusaha menjadi istri serta umi yang baik untuk putranya, membuat naluri Farhan tergerak dengan sendirinya. Ia selalu berusaha membuat istrinya bahagia serta mewujudkan mimpi Syera. Salah satunya mengajari mengaji, setidaknya hingga wanita itu bisa ber-murottal.

Jika Syera bisa menerimanya serta sang putra lahir batin mengapa ia tak bisa? Toh membimbing Syera bukan lah perkara yang teramat yang sulit kan? Apalagi isrinya tipe wanita yang hampir tak pernah menolak perkataannya.

Farhan mengusak pucuk rambut sang istri yang tertutupi mukena. Sedang tangan kanannya mengelus pipi ranum Syera. Terhitung 4 bulan sudah pernikahan keduanya. Banyak hal telah mereka lalui termasuk kehilangan janin yang belum keduanya ketahui keberadaannya. "Bacaan kamu makin bagus, Yang. Mas suka, biar Mas aja ya yang boleh dengerin kamu mengaji. Orang lain jangan," kata Farhan pelan tetapi terdengar keras dalam keheningan dini hari.

"Apa kamu masih merasakan sakit di perutmu?" lanjutnya bertanya dan digelengi Syera.

"Udah 1 bulan berlalu, Mas. InsyaAllah perut Syera udah nggak sakit," ujar Syera masih nyaman dengan dekapan sang suami.

"Pagi ini, kamu lebih manja dari hari sebelumnya. Pasti mau sesuatu," seloroh Farhan gemas dan dihadiahi kekehan oleh Syera, "mau apa?" lanjutnya to the point.

Syera tersenyum malu. Ia mendongak, menatap wajah sang suami yang lebih tinggi darinya. Tampan. Itulah satu kata kala hazel coklatnya menelisik mahakarya Allah itu. "Nanti Syera mau keluar, Mas," kata Syera memberitahu.

"Kemana?"

"Nggak tahu," balas Syera cepat.

"Mau bohong sama Mas, ya? Nggak Mas izinin," kata Farhan datar. Hal itupun membuat bibir Syera mengerucut lucu, apalagi Farhan melepaskan dekapannya. Suatu hal yang menjadi kelemahan Syera di rumah tangganya. Yaitu mendengar Farhan berbicara padanya tanpa menggunakan panggilan 'sayang', serta mendengar suara datar sang suami.

"Syera bener-bener nggak tahu, Mas. Syera mungkin bakal dateng ke banyak toko, makanya Syera bales kayak gitu," jelas Syera memelas. Kembali meletakkan kepalanya ada dada Farhan.

"Syera mau beli sesuatu. Kan nggak mungkin satu toko punya semua barang yang Syera cari," lanjutnya.

Farhan terdiam. Tak sesungguhnya ia tak sungguhan berkata datar seperti itu, hanya saja itu salah satu senjatanya untuk bisa membuat sang istri sedikit takut. Pria itu kembali mendekap sang istri dengan eratnya. "Mau beli apa?" tanyanya.

"Rahasia," balas Syera gembira. Sembari menatap wajah tampan sang suami dan mengedipkan mata kanannya.

"Suka banget sih godaian Mas," cibir Farhan dan disambut kekehan oleh Syera.

"Mas izinin. Tapi, kalau udah sampai di tempat tujuanmu, kasih tau Mas dimana letak tokonya," peringat Farhan dan diangguki Syera, "nanti Mas transfer," lanjutnya.

Netra Syera melotot. "Nggak!" tolaknya.

"Syera masih ada uang, Mas. InsyaAllah cukup beli barang yang Syera cari," paparnya.

"Nggak--"

"Kalau Mas ngotot transfer. Selama seminggu tidur di sofa, jangan tidur sama Syera," potong Syera dengan galaknya.

Farhan tergelak. Tangan kanannya dengan bebas mencubit indra penciuman sang istri gemas lalu melepaskannya. "Marah 3 hari aja dosa loh, apalagi seminggu. Nambah dosanya kalo ngelakuin itu sama suami," peringat Farhan menakuti.

Umi untuk PutrakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang