Iqomah azan isya usai beberapa menit yang lalu, para jama'ah juga telah keluar meninggalkan masjid yang terletak di seberang rumah sakit kota. Namun, ada juga yang memilih untuk bertahan di tempat mereka, melepas segala kepenatan serta bercerita keluh kesah pada Illahi.
Langit gelap mengguyur bumi dengan rahmat Ilahi begitu derasnya, sebagai pembukaan awal bulan serta musim penghujan. Seorang pria tampan berkoko putih lengan panjang dengan sarung kotak-kotak dilengkapi peci putih berlari menyeberang dengan menjadikan sajadahnya sebagai pelindung kepala.
Sampainya di depan rumah sakit. Tangan kanannya digunakan untuk mengusap wajahnya, lalu beralih mengibas bagian bawah baju kokonya yang basah, sedang tangan kirinya ia gunakan untuk memegang sajadah. Sebuah sajadah berwarna biru gelap milik istrinya, benda yang sedikit mampu mengurangi rasa rindunya, salah satu alasannya semakin lama dalam menghadap sang Ilahi. Setiap sujudnya, aroma khas sang istri menusuk tajam ke dalam indra penciumannya. Membuat tangisnya kadang tak terkontrol.
Alas kakinya yang basah karena air hujan digerakkan di atas mencaruk bertuliskan 'welcome' yang diletakkan di tengah pintu masuk lobi rumah sakit, lalu berjalan masuk menuju tempat tujuannya.
Lagi. Wajahnya kembali meredup ketika mengingat sebuah kenyataan. Ia sama sekali belum melihat sang istri sejak kejadian itu. Dadanya membusung, menarik napas dalam-dalam dan dikeluarkan setelahnya. Ia dudukkan tubuhnya pada kursi yang tersedia di depan ruang inap. Menatap dinding seakan menjadi pemandangan baru baginya, dinding itu seolah menayangkan banyak kejadian tentang penderitaan sang istri yang mampu membuatnya membangun banyak perkataan menyesal.
Selepas ashar tadi, Dokter yang menangani istrinya berkata bahwa Syera telah melewati masa kritis, membuatnya kini perpindah di ruang inap, bukan ruang ICU lagi. Meski begitu, tetap saja ia masih dilarang sang mertua menemui sang istri. Padahal rindunya telah meluap bak bendungan yang telah kewalahan menahan air.
Beberapa kali ia menatap pintu ruangan yang memisahkannya dengan sang istri, selalu menatap penuh harap jika bunda atau ayahnya yang keluar. Ia tak pernah tahu akan sampai kapan seperti ini, yang jelas ia akan tetap berusaha di dekat istrinya.
Helaan napas kembali keluar. Hatinya terlalu sesak hingga ia terus-menerus melakukan hal itu. Pria itu tak banyak bicara selama seminggu ini, ia hanya akan berbicara ketika perlu saja. Ia pun jarang pulang karena alasan tak mau jauh dari sang istri. Hari-hari yang selalu ia gunakan untuk pergi ke pesantren atau mengisi pengajian kini beralih merenung di depan salah satu ruangan rumah sakit dengan membawa banyak harapan.
"Masuk."
Farhan menoleh ke sisi kanan cepat, membenarkan posisi duduknya menjadi lebih tegap dan menatap sang ayah mertua yang memperlihatkan raut datar. Namun, tak lama, lamunannya membuyar kala sang mertua melemparkan sebuah koko bercorak lengan pendek dan celana kain hitam panjang tepat dipangkuannya. Belum sempat berucap terima kasih, pria paruh baya itu telah lebih dulu memasuki ruangan inap.
Senyum Farhan terbit, hanya sedikit. Ia beranjak dari duduknya, berjalan cepat menuju toilet dan mengganti pakaiannya yang basah dengan pakaian yang diberikan sang mertua.
***
"Mas."
Tubuh tegap itu seakan membeku di tempat. Matanya secepat kilat berembun tanpa disuruh, ditatapnya wanita surganya yang terbaring di atas brankan yang beraut pucat. Suara itu tak ada yang berubah, masih lembut, tapi sedikit terdengar kurang bertenaga.
Pria itu masih bergeming di ambang pintu, hingga suara itu kembali memanggilnya yang membuat kakinya seolah bergerak maju dengan sendirinya.
Ia mendudukkan tubuhnya di kursi sebelah kanan brankar, saat itu juga setetes buliran bening yang tak diinginkan kehadirannya merembas keluar dibarengi senyum yang sepekan ini ia rindukan. Sekelebat, bayangannya mengarah pada kejadian yang akan terjadi ke depan. Kejadian yang sulit diterima ... apalagi oleh sang korban. Apa yang akan terjadi jika tahu Syera tahu bahwa dirinya keguguran?
![](https://img.wattpad.com/cover/212386075-288-k112758.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Umi untuk Putraku
RomancePART LENGKAP Farhan Ghazali tidak menyangka akan jatuh cinta pada wanita yang baru menginjak usia 21 tahun di umurnya yang sudah berkepala tiga. Ia yang bertemu dengan wanita itu secara tak sengaja membuatnya tak bisa menampik bahwa ia memang jatuh...