Ocha membuka kedua bola matanya perlahan, ia melihat sekeliling kamar yang asing baginya. Ocha mengkerutkan keningnya dia berada dikamar siapa.
Ocha ingat bahwa dia semalam bersama Seonghwa. Ocha langsung bangkit dari tidurnya, ia baru mengingat semalam ia ngantuk berat dan ini adalah kamar milik Seonghwa.
Ocha turun dari atas ranjang dibarengi dengan suara pintu kamar yang terbuka. Ocha menatap Seonghwa yang baru membuka pintunya. "Kamu udah bangun?" Tanyanya.
Ocha mengangguk. "Aku ketiduran, maaf ya?" Ujar Ocha tidak enak.
Seonghwa mengangguk. "Iya gak papa, Rin"
"Hm aku ijin pulang" ujar Ocha membuat dahi Seonghwa mengernyit.
"Mau kemana? Ini masih pagi loh"
"Aku mau fiting baju sama Devan jam sebelas" ujar Ocha mulai panik.
Seonghwa melirik jam yang tersimpan diatas nakasnya. "Baru jam sepuluh"
"Satu jam lagi, aku belum siap-siap. Aku pulang dulu ya?" Pamit Ocha buru-buru.
Seonghwa mengangguk walau hatinya tidak ikhlas. Belum sempat melangkah keluar kamar, Seonghwa menarik tangan Ocha membuat sang empunya berhenti kemudian menoleh.
"Kenapa?" Tanya Ocha
Seonghwa membalikan badannya dan menatap Ocha. "Aku cuman mau bilang"
"Apa?"
Seonghwa menatap lamat manik mata gadis ini untuk mencari dirinya. "Aku sakit hati, Rin" lirihnya pilu membuat Ocha tersentak.
"Sakit hati kenapa?" Tanya Ocha dengan dahi mengerut.
Seonghwa menundukkan kepalanya. "Aku sakit hati sama kamu, kalau kamu suatu hari nanti ingatan kamu kembali gak tahu kapan, dan kamu tahu kalau aku sakit hati sama kamu" ujar Seonghwa membuat Ocha semakin mengkerutkan keningnya.
"Kamu gak jelas deh, Vin"
Seonghwa menghela napasnya. "Udah sana pulang, nanti Devan marah kalau telat"
Ocha mengangguk dan ia pun berlari keluar dari kamar Seonghwa. Seonghwa mengikuti Ocha yang sudah pergi dari apartmentnya. "Setidaknya kamu tahu hati aku sakit banget, Cha" gumamnya.
Seonghwa menghela napasnya, ia masuk kedalam kamar Hongjoong untuk melanjutkan rencananya. Seonghwa duduk dibangku, ia melihat Laptop berisi foto dirinya dan Ocha yang tidur bersama.
Seonghwa berniat akan mengirimkannya lewat email kepada Yunho agar pernikahannya batal.
Ini tinggal mengirim, Seonghwa hanya tinggal mengklik tombol send, tapi ia ragu. Apakah yang ia lakukan ini terlalu jahat?
Seonghwa kembali mengingat cerita Yeosang bahwa Ocha hampir bunuh diri karena cintanya dengan Yunho tidak disetujui oleh keluarga Yunho. Sebegitu cintanyakah Ocha kepada Yunho? Sampai ia nekad melakukan hal itu?
Ya benar, Ocha sangat mencintai Yunho. Jika Ocha tidak mencintai Yunho maka tidak mungkin ia menikah dengan Yunho.
Seonghwa tidak bergeming, ia larut dalam pikirannya memikirkan yang akan dilakukannya ini.
Menghancurkan pernikahan Ocha, lalu Ocha akan kembali bersamanya. Begitu pikirannya.
Tapi jika itu kebalikan dari semuanya bagaimana? Bagaimana jika Ocha membenci Seonghwa karena telah menghancurkan pernikahannya?
Seonghwa memejamkan matanya. Ia mengacak rambutnya frustasi. "Gak boleh! Lo gak boleh lakuin ini, Vin. Gak boleh!" Ujarnya tersadar.
"Cinta itu gak harus memiliki, Vin. Yang sebenarnya cinta adalah bahagia melihat orang yang kita cintai bahagia dengan orang lain"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Promises [Park Seonghwa]
General Fiction"Janjimu terlalu indah untuk diucapkan dan terlalu menyakitkan untuk diungkiri" Never Give Up Before God Says "NeverMind" "BEAUTIFUL PROMISES" "Comeback because i love you and i will keep my beautiful promises" Jangan buat aku...