Chapter 29. Full time

147 43 10
                                    

Seonghwa terus menatap jam dinding yang terpampang didinding kamarnya. Ia terus menatap jam yang masih pukul 22:35. Setengah jam lagi, seonghwa pasti bisa menahan kantuk yang terus datang menghampirinya.

Seonghwa merasa kesal karena matanya yang berat sekali untuk melek, dengan rasa kesal, ia bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka agar rasa kantuknya hilang.

Setelah mencuci wajahnya, seonghwa keluar dari kamar mandi. Ia melirik jarum pendek jam masih menunjukkan angka 10 pukul 40. Seonghwa menghela napasnya masih satu setengah jam lagi menuju angka 12.

Mata seonghwa kembali mengantuk. Ia melirik lagi jam yang sekarang pukul 11 malam itu berarti satu jam lagi menuju angka 12. Ayo seonghwa semangat!

Seonghwa berdecak, rasa kantuknya menguasai matanya. Seonghwa paling lemah dalam hal menahan rasa kantuk. Ia tidak bisa menahannya karna tidur adalah surga menurutnya. Apalagi tidur dikelas, pikirnya.

Tidak seperti lelaki pada umumnya yang suka bergadang, seonghwa tidak kuat menahan rasa kantuk saat jam menunjukkan pukul 10 malam.

seonghwa menjentikan jarinya mendapat ide untuk menahan rasa mengantuknya yang sudah akut ini.

Kopi.

Satu minuman yang terlintas dipikirannya saat ini. Dengan senyum yang mengembang, ia berjalan membuka pintu kamarnya. Saat ia akan memutar knop pintu kamarnya, ia menghentikannya. "Pasti bi twice udah tidur" gumamnya mengingat bahwa ini sudah malam. Semua orang yang ada dirumah pasti sudah terlelap dalam tidurnya, kecuali satpam tentunya.

Seonghwa kembali berjalan ke atas kasurnya. Ia merebahkan tubuhnya dan melihat jam kini sudah menunjukkan pukul 23:15. Yes! 45 menit lagi seonghwa pasti berhasil.

Dengan rasa sabarnya, akhirnya jam panjang menujukkan angka 6. Seonghwa berpikir menelpon dan mengucapkan lebih awal lebih bagus bukan? Ia takut keburu orang lain yang mengucapkan sebelum dia.

Seonghwa menekan tombol hijau untuk menelepon seseorang. Dengan rasa yang bergemuruh dihatinya, akhirnya teleponnya diangkat juga.

"Happy birthday to you... Happy brithday to you.... happy birthday happy birthday happy birthday sayang!" Nyanyi seonghwa dengan nada riangnya.

Seseorang yang disebrang sana tersenyum senang meskipun ia mengantuk "makasih" balasnya disebrang sana dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Sama sama sayang. Wishnya semoga yang disemogakan sama kamu, semoga tersemogakan"

Terdengar suara tertawa dari sebrang sana membuat seonghwa ikut tertawa. "Doa yang aneh, tapi aminn makasih" ocha mengubah posisinya menjadi duduk dan kepalanya menyender dikepala kasur.

"Sama sama sayang. Semoga juga kamu sama aku sama sama terus ya, yang?"

"Iya sayang. Aminn" ocha tersenyum, seonghwa selalu mengucapkan selamat ulang tahun untuknya selama tiga tahun berturut turut, pemuda itu tidak pernah lupa sama sekali. Ocha saja yang pemilik hari ulang tahun itu lupa bahwa hari ini ia sedang ulang tahun.

"Hmm aku gak telat kan? Gak ada yang ngucapin duluan selain aku kan?"

Ocha terkekeh "gak ada. Kamu orang pertama yang ngucapin, vin" jawabnya membuat seonghwa menghela napasnya lega dan tersenyum senang. Selama ini ia selalu yang pertama mengucapkan selamat ulang tahun untuk gadis ini.

"Aku selalu yang pertama dong!" Ucap seonghwa bangga

"Ya jelas kamu selalu yang pertama kan kamu ngucapinnya jam setengah dua belas, bukan jam dua belas pas"

Beautiful Promises [Park Seonghwa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang