Lisa melihat jam tangannya sebelum turun dari taxi yang ia tumpangi. Wajahnya terlihat menahan kesal. Sudah hampir jam sepuluh malam.
"Kok lo sendiri?" tanya seseorang yang sedang duduk di bangku depan televisi ketika Lisa melewati ruangan di mana tv berada.
Jennie menatapnya penuh keheranan, tubuhnya yang sedang menyender di bangku sofa mendadak tegap. "Abang mana?"
Lisa membuang napasnya pelan. "Gatau, gua ke kamar dulu ya mau mandi." Ia tidak mau menunjukkan kekesalannya kepada Jennie. Karena jika Jennie mengetahui jika abangnya meninggalkannya sendirian di mall, gadis itu pasti akan marah dan mengadu ke orang tuanya. Itu akan merepotkan dan Lisa bisa kena semprot Hanbin.
Di tempatnya Jennie membuka ponselnya. Ia langsung menghubungi kakak laki-lakinya itu.
****
Ia benar-benar membenci dirinya sendiri saat ini, bodoh sekali karena ia melupakan apa yang sudah ia beli entah di mana. Di tempat ia menunggu atau di taxi, ia bahlan tidak ingat.
Lisa menepuk kepalanya kesal.
"Bego-bego." Ponselnya sudah mati total kehabisan baterai sedari kemarin. Orang tuanya pasti menghubunginya terus.kenapa ia bisa sebodoh ini. Mau tidak mau Lisa keluar dari kamar menuju kamar Jennie untuk meminjam chargeran. Semoga saja Jennie sedang tidak menggunakannya.
Ketika membuka pintu ia terkejut melihat seorang laki-laki berdiri di depan pintu kamarnya. Lisa langsung memberinya tatapan sengit mengetahui itu adalah Hanbin.
"Lo udah pulang?" tanyanya.
Lisa melirik jam di dinding terdekat. Jarum jam menunjukkan pukul 11:30 malam. "Menurut lo?" tanya Lisa kesal. Pria itu bahkan masih memakai jaket yang sama seperti ketika mereka pergi, yang artinya pria ini baru saja pulang ke rumah.
"Gak usah marah, lo udah gede. Gak usah manja. Bisa pulang sendiri dengan aman kan."
WHAT?????
Lisa menatap Hanbin penuh keheranan, bukannya meminta maaf justru pria bermata tajam ini malah memarahinya balik.
Apa pria ini sudah gila? Lisa menunggunya hampir tiga jam, barang yang ia beli bahkam ketinggalan entah di mana, dan sekarang pria ini malah mengatakan ia tidak boleh marah? Dan jangan manja??
GILA. HANBIN MEMANG GILA.
"Terserah lo lah!" Lisa pergi dari hadapan Hanbin. Langkahnya menuju kamar Jennie.
"Gak usah ngadu!"
What? Haruskah Lisa menahan emosinya yang sudah diujung kepala?
Lisa membuang napas kasarnya lagi. Ia benar-benar membenci Hanbin saat ini. Tidak mau meladeni, ia memilih untuk mengetuk pintu kamar Jennie. Lisa masih menahan emosinya yang hampir meledak.
Tak perlu menunggu waktu lama Jennie keluar dari kamarnya dengan wajah yang sedang mengenakan masker.
Gadis itu tidak dapat berbicara karena wajahnya yang beku.
"Gue pinjem kabel charger lo dong," kata Lisa.
Jennie sempat keheranan mengapa Lisa meminjam, bukankah gadis ini baru saja pulang membelinya, tapi sungguh ia tidak mau berbicara karena waktu maskerannya belum selesai, jika tidak akan retak dan itu akan sia-sia.
Lisa membalikkan tubuh Jennie dengan tangannya agar segera masuk ke kamar Jennie. Usai mengambil dan memberikannya kepada Lisa, Jennie keluar lagi menemani Lisa.
Jennie menunjukkan tatapan sengit ke abangnya yang masih di luar kamar entah sedang apa, Jennie menunjuk dua matanya dengan dan melanjutkan ritual malamnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hanlice - Memory
FanfictionMemory itu terus kembali. Memory yang sangat ingin ia hilangkan dari kepalanya. Ingin menjauh ia justru terus berdekatan dengan Hanbin yang terus menatapnya tak acuh. Ia seharusnya membenci pria itu. Tapi otak dan hatinya tidak bisa bekerja sama. Li...