Sudah seminggu tapi Lisa masih bimbang apa saja yang akan ia ajukan untuk persyaratan sebelum tinggal bersama Hanbin. Yang lebih penting lagi, ia belum bertanya pada Bintang.
Entahlah ia takut akan jawaban yang akan diberikan Bintang.Ia ingin sekali Bintang menolak hal ini, tapi sekarang ia juga berpikir tentang keuntungan yang ia dapatkan. Ini hanya akan terjadi dalam waktu 6 bulan, Lisa pasti bisa melewatinya.
Lisa juga takut Bintang akan langsung menjawab ia, itu akan menyakiti hatinya. Bintang menolak keras untuk tinggal bersamanya dua bulan lalu, apa ia menerima Hanbin? Atau bagaimana?
Aih, Lisa jadi pusing sendiri memikirkan hal itu. Belum lagi tekanan dari orang tuanya dan orang tua Hanbin membuat Lisa semakin stres.
"Aku mau bertanya," tanya Lisa saat mereka sedang makan malam.
Bintang tidak merespon, tapi ia terlihat menunggu pertanyaan yang akan diajukan Lisa.
"Apa kau mau tinggal dengannya?" tanya Lisa hati-hati.
"Siapa?" tanya Bintang. Bintang hanya pura-pura bertanya hal itu, ia tahu siapa orang yang dimaksud Ibunya itu. Ia hanya ingin mendengar langsung agar bisa menebak sesuatu.
"Pria itu. Hanbin."
Bintang yang sudah selesai dengan makannya kini menghadap ke arah Lisa. "Ayahku?" tanya Bintang mengangkat alisnya.
"Bukan!" Lisa kesal sekali, kenapa Bintang harus menyebutkan kata itu dengan mudahnya.
"Lalu siapa?"
"Iya dia."
"Kau akan mengirimku kepadanya? Apa kau sudah tidak sanggup menghidupiku?"
"Tidak! Bukan begitu."
"Kau tidak jelas," kata Bintang kesal.
"Dia menawarkan untuk kita tinggal bersama. Layaknya keluarga."
"Terserah kau," Bintang tidak akan memilih. Ia tidak mau ikut campur urusan orang dewasa. Ia tidak mengerti jalan pikiran orang tuanya. Kenapa baru sekarang? Apa ada maksud lain?
Jawaban Bintang di luar dugaan Lisa.
"Aku tidak mau se--.""Lalu kenapa bertanya?" Bintang berdiri dari bangkunya, ia mengangkat piringnya sendiri ke tempat cuci piring untuk mencucinya sendiri.
Ia tau, Ibunya itu bertanya karena penasaran apa ia akan memilih ayahnya atau tidak. Jika disuruh memilih, lebih baik tidak memilih keduanya. Bintang benci keduanya.
"Kau itu egois. Padahal kau dengannya sama saja. Kau jangan merasa spesial, karena kau mendatangiku waktunya tidak jauh berbeda dengannya. Kalian sama-sama orang tua yang buruk."
****
Hanbin membaca baik-baik point demi point yang diajukan Lisa kepadanya saat tinggal bersama nanti.
Point pertama Lisa adalah ia mau tidur di kamar sendiri, jika tidak tersedia ia akan tidur bersama Bintang.
"Hanya ada satu kamar."
"Jangan gila!" jawab Lisa kesal. Lisa tidak yakin akan hal itu. Mengingat apartment Hanbin lebih luas dari apartmentnya, Lisa memang tidak pernah benar-benar masuk. Tapi itu semua dapat terlihat dari luarnya saja, bahkan dari Lobby apartment itu bisa terlihat jika tempat itu tidaklah kecil.
Hanbin membaca point selanjutnya. Tidak ada hubungan suami istri. Hanbin mengangguk setuju. Lalu Tidak ada orang ketiga atau perselingkuhan.
"Gimana kalau lo yang selingkuh?" tanya Hanbin kepada Lisa
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanlice - Memory
FanficMemory itu terus kembali. Memory yang sangat ingin ia hilangkan dari kepalanya. Ingin menjauh ia justru terus berdekatan dengan Hanbin yang terus menatapnya tak acuh. Ia seharusnya membenci pria itu. Tapi otak dan hatinya tidak bisa bekerja sama. Li...