Hanbin masih menunggu di parkiran sampai mobil di kantor Natael tersisa mobilnya dan mobil milik Lisa saja. Ini sudah jam 7 malam, tapi Hanbin masih berniat menunggu Lisa. Tak lama seorang satpam menghampiri dan mengatakan jika gerbang kantor akan segera ditutup, yang artinya sudah tidak ada lagi siapa pun di sana.Ia memang mendengar suara ambulans memasuki kantor berhenti di depan Lobby sore tadi, tapi ia tidak tahu apakah Lisa ikut masuk ke sana atau tidak. Sepertinya pikiran yang terus Hanbin sangkal adalah kebenaran, berarti Lisa benar mengantar Natael ke rumah sakit naik ambulans.
Hanbin menelepon bawahannya meminta untuk dijadikan sopir, karena ia tidak sanggup menyetir mobil sendirian malam ini, tubuhnya terasa lemas.
Rasanya sangat menyakitkan, tapi ia tidak tahu harus menyalahkan siapa selain dirinya sendiri. Ia merasa jika ini adalah karma karena dulu membuat Lisa sakit hati. Apakah Lisa juga merasakan sesakit ini atau lebih parah?
Hanbin tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya jika sakit hati yang Lisa alami lebih dari pada yang ia rasakan sekarang.
Sampai di rumah, Hanbin terduduk dengan lemas di sofa, ia mau menunggu Lisa di sini.
Matanya melihat ke arah pergelangan tangannya yang terluka, tadi Natael sepertinya menggunakan benda tajam untuk membalas Hanbin atau mungkin Hanbin terkena beda tajam itu tanpa sengaja. Kejadiannya terlalu cepat hingga Hanbin tidak sadar jika ia memiliki luka yang cukup dalam. Ia terlalu kalut tadi.
Tapi percayalah, Hanbin tidak merasakan kesakitan pada luka di pergelangan tangannya yang sudah sedikit mengering ini. Sakit di hatinya terlalu mendominasi.
Hanbin membuka ponselnya. Ternyata pesan masuk dari Lisa sejak sore tadi yang belum ia buka.
Lisa : Lo balik duluan, kita ngobrol di rumah.
Sekarang sudah jam 8 malam lewat 10 menit, dan Lisa belum juga kembali.
Ia kembali menunggu satu jam lebih, bahkan ia hampir saja tertidur di sofa. Lalu suara mobil di depan rumahnya menyadarkan Hanbin, Hanbin berusaha untuk bangkit melihat dari jendela apakah itu Lisa.
Hanbin kembali duduk di tempatnya setelah melihat mobil yang mengantar Lisa bukan mobilnya sendiri. Hanbin memijat pelipisnya yang terasa sakit. Berkali-kali ia membuang napas beratnya.
Akhirnya wanita yang ia tunggu muncul dibalik pintu rumah.
Hanbin bahkan berpikir hal yang tidak masuk akal, jika Lisa tidak akan kembali ke rumah ini. Hanbin merasakan sesak di dadanya ketika melihat Lisa, ia tersadar jika Lisa baru saja kembali dari rumah sakit mengantar Natael dan di antar pulang oleh mobil milik pria itu, tapi Hanbin memberikan senyuman tulusnya agar ia tidak emosi menghadapi Lisa, begitu pula sebaliknya, ia berharap Lisa tidak memulai pertengkaran saat ini. Hanbin hanya ingin penjelasan dari Lisa.
"Lo apa-apaan sih! Apa harus pakai keributan?? Lo tau? Natael sampai harus dijahit karena luka di pelipisnya!!" teriak Lisa membuat Hanbin yang baru berdiri dari duduknya terkejut, senyumannya luntur begitu saja. "Lo kasar tau gak! Gue gak suka sama orang yang kasar!!"
Lisa menyalahkan Hanbin? Apa Lisa marah karena ia memukul Natael dengan kasar? "Apa gue gak boleh marah karena tau lo dilamar mantan lo?" Hanbin berusaha tidak memberikan nada tinggi pada pertanyaannya, padahal ia sangatlah emosi.
"Gak gitu caranya!! Lo gak harus pakai kekerasan!! Dan lo tau? Perbuatan lo itu ilegal karena nyadap kantor orang!! Lo bisa dituntut!"
"Iya..." Hanbin mengangguk kecewa, ia berharap setidaknya Lisa akan bertanya tentang keadaannya terlebih dahulu tapi Lisa justru memarahinya. Hanbin mengambil tas kerjanya di atas meja. "gue minta maaf, gue salah." Lalu Hanbin memilih melangkah ke dalam untuk masuk ke kamarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hanlice - Memory
ספרות חובביםMemory itu terus kembali. Memory yang sangat ingin ia hilangkan dari kepalanya. Ingin menjauh ia justru terus berdekatan dengan Hanbin yang terus menatapnya tak acuh. Ia seharusnya membenci pria itu. Tapi otak dan hatinya tidak bisa bekerja sama. Li...