Lisa keluar dari kamarnya bersamaan dengan Hanbin yang juga keluar dari kamar. Pria itu seperti ingin mengatakan sesuatu kepada Lisa. Tapi sebelum hal itu terjadi Lisa kembali masuk ke kamarnya dan menutup pintu.
Jika diingat-ingat, kejadian terakhir di kampus saat itu ia belum mengatakan apa-apa lagi kepada Hanbin. Hanbin pasti bertanya-tanya kenapa Lisa malah menciumnya dan tidak mengizinkannya mendengar apa yang Angel katakan. Ia tidak siap. Ia bahkan merasa malu melihat wajah pria itu. Bisa-bisanya ia mencium Hanbin.
Gila.
Lisa bersender pada pintu, ia menutup matanya gelisah. Tapi yang terpikirkan malah ketika ia mencium bibir Hanbin.
TOK
TOK
TOK
Bahunya terpelonjat kaget, matanya sedikit membulat.
Apakah itu Hanbin?
Pintunya diketuk lagi. Lisa membuang napasnya terlebih dahulu barulah berbalik untuk membuka pintu.
"Eh, tante. Ada apa?" Bukan Hanbin, melainkan ibu dari pria yang beberapa detik lalu ia pikirkan.
"Tante mau bicara sesuatu." Lisa mengangguk dan mempersilahkan Tante Risa masuk ke kamarnya. Sebelum menutup pintu ia melihat ke pintu sebrang dengan tatapan sendu.
"Andai saja hari itu ia tidak bertemu Hanbin." Aish. Percuma menyesalinya. Ia bahkan sudah melakukannya seribu kali.
Lisa berjalan mengampiri tante Risa yang sudah duduk di atas tempat tidur usai menutup pintu. Tante Risa menepuk tempat di sebelahnya agar Lisa ikut duduk.
Wanita paruh baya mengembuskan napas beratnya, ia memegang tangan Lisa. "Kamu pasti kesulitan kan selama ini."
Sangat.
Lisa diam tidak menjawab. "Maafin tante, Lisa."
Mendengar perkataan serius Tante Risa membuat Lisa menggigit bibirnya sendiri untuk menahan rasa sakit yang kembali muncul. Air matanya seakan menyeruak minta dikeluarkan.
"Kamu siap?"
"Kenapa kita gak berhenti aja? Kita lupain semuanya. Hanbin gak akan inget kalau Lisa gak ada dan gak ada ingetin." Lisa sudah pernah mengatakan hal ini berulang kali. Ia bahkan sudah menyerah dengan keadaan ini.
"Gak boleh, kamu gak boleh ngerasain sakit sendirian lagi. Bagaimanapun kamu sama Hanbin udah resmi jadi suami istri."
****
Kini sasaran Hanbin adalah Angel. Kebetulan sekali gadis itu sedang berada di fakultasnya.
"Gue mau ngomong," ujar Hanbin menghampiri Angel.
Angel memberikan smirk kepada Hanbin. Teman-teman Angel menatap keduanya penasaran. Mereka tidak ada yang tahu jika Angel dan Hanbin dulunya adalah sepasang kekasih. "Gak bisa, gue sibuk."
"Kalo gitu langsung di sini aja. Kenapa lo pindah sekolah?" Hanbin langsung pada intinya. Angel membulatkan mata, ia tidak mungkin mengatakan hal itu kepada Hanbin apalagi di depan teman-temannya.
"Dari sekian banyak kita ketemu, lo baru nanya hal itu sekarang?" tanya Angel heran. Angel juga tau semuanya. Bahkan ia harus merelakan orang yang disukainya karena kejadian laknat itu.
Angel akhirnya berdiri dari bangku area taman kampus fakultas kesenian.
"Gue permisi sebentar," kata Angel kepada teman-temannya. Ia tidak mungkin berbicara dengan Hanbin di tempat ramai ini. Bahkan pagi ini gosip Hanbin dicium seorang mahasiswi baru masih hangat diperbincangkan. Bisa-bisanya pria ini sesantai itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanlice - Memory
FanfictionMemory itu terus kembali. Memory yang sangat ingin ia hilangkan dari kepalanya. Ingin menjauh ia justru terus berdekatan dengan Hanbin yang terus menatapnya tak acuh. Ia seharusnya membenci pria itu. Tapi otak dan hatinya tidak bisa bekerja sama. Li...