"Gimana kalau lo saat itu beneran mati?""Lo bakal seneng?"
"Kenapa gak bilang aja sih kalo dulu lo suka sama gue?"
Hanbin menunduk. Ia juga sangat teramat menyesalinya. Bahkan ketika Hanbin mengingat semuanya ia masih berusaha agar Lisa membenci dirinya dengan bersikap kasar.
Tadinya Hanbin berpikir jika akan lebih baik jika Lisa membenci dirinya saja. Tapi setelah melihat Bintang yang perlahan tumbuh, ia sangat ingin menjadi ayah untuk anaknya itu ia juga ingin menjadi kepala keluarga dengan Lisa sebagai pendamping hidupnya.
"Gue merasa gak pantes kalo lo maafin gue dengan gampang."
****
Sore itu ketika sedang berbicara dengan Jay, pria itu memberikan informasi yang membuat Lisa masih sulit untuk mempercayainya.
"Lo beneran mau pisah sama Hanbin?" Lisa tidak paham, tapi sepertinya Lisa mengerti jika Jay tahu tentang video yang tersebar itu. Video itu sudah ditake down dari seluruh Internet sekarang, Hanbin yang memintanya.
"Hah?"
"Gue sebenarnya kasian sama lo, tapi si kunyuk itu juga kasian sih. Dia baru aja dapetin lo setelah sekian lama, tapi baru beberapa bulan udah selesai."
"Setelah sekian lama?" tanya Lisa bingung.
"Sejak SMA! Lo gak inget?"
"Hah?" Lisa semakin tidak paham. Teori dari mama Hanbin menyukainya sejak SMA, jelas Hanbin baru mengatakan jika ia sepertinya menyukai Lisa beberapa hari lalu.
"Eh?" Jay membuka matanya lebar ketika melihat ekspresi Lisa. "Jangan bilang lo emang gak tau dia suka sama lo dari dulu?"
"Dia emang gak suka sama gue. Gak mungkin lah." Lisa tidak percaya apa yang dikatakan pria itu.
Jay tertawa, lalu Lisa menggeleng karena tidak percaya. Bukannya menjelaskan, Jay berdiri dari bangkunya menuju salah satu kios di kantin untuk memesan makanan.
Tak lama ia kembali dan duduk di depan Lisa. Sembari makan ia kembali bercerita. "Lo dulu jadi bahan taruhan anak-anak tongkrongan karena suka sama Hanbin terang-terangan. Biasalah anak SMA," katanya selesai memesan. "Dia berusaha keliatan benci ke elo, biar lo gak digangguin."
"Gak mungkin."
"Malam itu lo inget? Malam semuanya dimulai." Jay menarik napasnya sebentar sebelum menjelaskan. "lagi kumpul di Bar ulang tahun si Deon. Kenal gak lo? Anak sekolah sebelah musuhnya Hanbin. Malem itu habis pada minum-minum, lo dijadiin bahan taruhan. Yang menang boleh depetin lo, tapi Hanbin kalah akhirnya dia marah, karena si Deon gak mau ribut akhirnya dia nyuruh Hanbin minum minuman yang udah dikasih sesuatu' sebagai gantinya. Sialnya atau emang takdir dia malah ketemu lo. Kalo Angel jemput Hanbin malam itu, mungkin mereka yang bakal jadi keluarga."
Lisa menyimak dengan seksama apa yang dikatakan Jay.
"Gak juga sih, mereka pacaran juga gak serius. Tapi ya malah ketemu lo, takdir lo berdua sih emang. Sabar ya,"
Lisa sungguh baru mendengar hal ini setelah sekian lama. Kakinya mendadak lemas. Ia berusaha berpikir untuk tidak mempercayai semua yang dikatakan pria itu tapi rasanya terlalu tidak mungkin jika Jay berbohong.
"Oiya, gue kecewa dikit sih sama lo tapi ya itu wajar kalo emang lo udah ga suka Hanbin. Tapi video itu gue kecewa liat lo, pdhal jelas bgt Hanbin ditusuk pakai pecahan vas bunga tapi lo malah lebih khawatir sama orang lain."
****
Mereka sudah pulang dari rumah sakit setelah seminggu lebih Hanbin dirawat. Entah kenapa kembali ke rumah rasanya semakin didekatkan dengan perpisahan yang akan terjadi. Hanbin tidak suka itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanlice - Memory
أدب الهواةMemory itu terus kembali. Memory yang sangat ingin ia hilangkan dari kepalanya. Ingin menjauh ia justru terus berdekatan dengan Hanbin yang terus menatapnya tak acuh. Ia seharusnya membenci pria itu. Tapi otak dan hatinya tidak bisa bekerja sama. Li...