Setelah dua bulan meyakinkan Bintang akhirnya mereka pindah. Lisa menyewa apartemen baru untuk ditinggalkan bersama Bintang. Urusan pekerjaan Lisa dipindahkan ke kantor pusat, ia tidak bisa menolak jika tidak mau kehilangan pekerjaannya. Akhirnya kini ia kembali ke kota yang sama dengan keluarga Hanbin. Kota di mana ia memulai kehidupannya, kota di mana banyak hal menimpa dirinya.
Awalnya Lisa ragu untuk pindah ke kota ini, ia lebih baik untuk tinggal di kota yang sama dengan orang tuanya. Tetapi pekerjaannya malah membawanya kembali ke kota ini.
Bintang mulai memasuki SMP tahun ini, jadi anak itu tidak akan sulit beradaptasi karena akan memulai semuanya dari awal.
Lisa juga benar-benar akan memulai semuanya dari awal. Ia akan menjadi ibu yang baik untuk Bintang.
Mereka baru saja sampai pada hunian dengan dua kamar yang tersedia. Apartment ini tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil. Lisa rasa pas untuk ditinggali bersama Bintang. Lisa berharap hubungannya dengan Bintang akan membaik, dan ia bisa bertanggung jawab sebagai seorang Ibu untuk Bintang.
Anak itu sedari tadi diam saja, Lisa juga tidak mengajaknya berbicara karena merasa masih canggung dan bingung apa yang harus dibicarakan.
Barang-barang di apartemen ini sudah ada yang tersedia beberapa seperti ranjang tempat tidur, dan lemari pakaian. Lisa masih perlu membeli beberapa barang untuk melengkapinya.
"Di mana kamarku?" tanya Bintang bersuara dengan nada dingin.
Lisa melangkah terlebih dahulu membantu Bintang membawa koper besar yang lain. "Sebelah kiri, yang ini," kata Lisa. Tangannya meraih kenop pintu dan membukanya.
Ia masuk terlebih dahulu ke kamar Bintang. Menaruh koper Bintang yang ia bawa di samping ranjang tempat tidur yang belum beralas sprei.
Mereka akhirnya membereskan hunian baru mereka berdua. Tidak terlalu banyak bawaan yang mereka bawa, tapi cukup melelahkan juga merapihkannya. Orang tua Lisa tidak ikut. Mereka sengaja membiarkan Lisa dan Bintang bersama terlebih dahulu. Minggu depan mereka baru akan berkunjung katanya.
Ketika membereskan barang-barang Bintang sama sekali tidak mau dibantu untuk membereskan kamarnya. Anak itu merapihkan semuanya sendiri, mulai dari baju-bajunya, tempat tidur, buku pelajarannya dan lainnya. Lisa sedikit merasa sedih akan hal itu, ia merasa tidak berguna.
****
Keesokannya pagi hari, Lisa yang baru saja selesai membersihkan area balkon apartemen kedatangan seorang tamu. Lisa sangat heran, karena orang tuanya bilang akan datang minggu depan. Lalu siapa yang datang pagi-pagi.
Setelah mencuci tangan, Lisa menuju pintu apartment. Sebelumnya ia melihat dari layar monitor, matanya membulat melihat siapa yang datang.
"Jennie!" ujar Lisa terkejut. Ia segera membukakan pintu.
"Lisaa!!!" Jennie masuk menaruh barang bawaannya di lantai lalu ia langsung berhambur ke pelukan Lisa. "Sumpah gue kangen banget!" ujar Jennie manja.
"Hai Lis!" sapa yang lainnya.
Lisa semakin terkejut, karena bukan hanya seorang tamu yang datang. Jennie melepaskan pelukannya, membiarkan Lisa menyambut kedatangan temannya yang lain.
Rosé dan Jisoo, teman kuliahnya dulu yang sudah sangat lama tidak bertemu. Jangankan bertemu, berkomunikasi lewat media sosial saja tidak. Karena Lisa benar-benar hilang seperti ditelan bumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanlice - Memory
FanfictionMemory itu terus kembali. Memory yang sangat ingin ia hilangkan dari kepalanya. Ingin menjauh ia justru terus berdekatan dengan Hanbin yang terus menatapnya tak acuh. Ia seharusnya membenci pria itu. Tapi otak dan hatinya tidak bisa bekerja sama. Li...