14 : Bintang

1.2K 146 8
                                    

4 tahun kemudian

Hari ini ulang tahun Bintang tahun yang ke tujuh. Anak itu sudah tumbuh menjadi anak berbakti kepada kakek dan neneknya. Tidak mudah merawat Bintang, anak itu sering bertanya siapa ayah dan ibunya.

"Ini hadiah dari Ibu kamu."

Bintang terus cemberut menatap hadiahnya, ia sudah mengerti tentang apa itu orang tua sekarang. Setiap ia ulang tahun, akan ada hadiah kiriman dari dua orang yang katanya adalah orang tuanya. Jelas saja ia mempertanyakannya, bagaimana bisa disebut orang tua jika mereka tidak pernah merawat atau pun menunjukkan diri di depannya.

"Bintang gak mau hadiah." Anak kecil itu mengatakannya di depan nenek, kakek, opa, omanya. Iya, orang tua Hanbin juga tidak pernah absen dalam ulang tahun cucu tersayangnya, tapi Hanbin tidak pernah hadir. Pria itu tidak berani menampakkan dirinya di depan anaknya sendiri.

Hanbin sudah pernah bertemu Bintang sebelumnya, beberapa kali. Hanya saja saat itu Bintang masih kecil.

Bintang yang berumur 7 tahun tidak lagi suka acara ulang tahun. Karena orang tuanya tidak pernah hadir seperti yang sering dijanjikan.

Hanbin sekarang sudah bekerja sebagai karyawan di perusahaan ayahnya. Pria itu sekarang sibuk membangun kariernya. Ia juga sedikit membangun rencana untuk kehidupannya nanti.

Lisa sampai saat ini belum kembali. Padahal sudah terhitung hampir 5 tahun dari kepergiannya. Tidak ada yang tau pasti kabarnya selain orang tua Lisa, tapi yang pasti Lisa sekarang sudah bekerja dia tidak pernah absen mengirimkan uang bulanan kepada orang tuanya.

Jennie yang baru saja datang masuk ke dalam rumah. Ia membawa hadiah dalam kotak besar. "Aunty bawa hadiah buat Bintang."

Jennie juga tidak pernah absen dalam ulang tahun ponakan satu-satunya itu. Bintang tidak terlalu antusias dengan kedatangan tantenya, padahal Jennie sudah sangat bersemangat. "Ini yang Bintang pesen, Aunty cari berhari-hari demi kamu."

"Mainan Bintang udah banyak Aunty," kata Bintang cemberut. Nada berbicaranya terlalu mengemaskan.

Jennie tidak menyerah. Ia mendekatkan kotak berukuran lumayan besar itu kepada Bintang. "Ayo buka, ini hadiah spesial."

"Gak mau."

"Bintang," Ibu Lisa sebagai neneknya pun mengingatkan.

"Bintang gak mau," tolak bocah kecil itu.

"Ini mobil--"

"Bintang maunya ada Ayah sama Bunda Bintang! Aunty bilang kalau aku rajin Bunda sama Ayah bakal hadir. Mana Aunty?" ucapan Jennie teropong oleh Bintang. Jennie menggaruk kepalanya bingung. Ini salahnya juga, sedari dulu sering menjanjikan ucapan itu.

Jennie yang paling sering bercerita tentang Lisa dan Hanbin kepada Bintang. Bahkan Jennie menceritakannya dengan panggilan 'Ayah dan Bunda Bintang' padahal panggilan itu belum pernah dipanggil langsung oleh Bintang kepada kedua orang tuanya. Bintang sendiri tidak mengenali kedua orang tuanya selain dari foto-foto yang sering ditunjukkan oleh Jennie.

****

Hanbin melihat layar laptop di depannya. Menunjukkan, beberapa orang sedang mengadakan pesta kecil-kecilan untuk seorang anak kecil. Iya, Hanbin dari kantornya menonton acara ulang tahun Bintang yang direkam oleh ayahnya.

Ia memijit pelipisnya. Ini sudah tahun kelima ia mengenal Bintang. Seperti seorang pengecut ia masih tidak berani berhadapan langsung dengan anaknya itu. Ayah dan Ibunya sudah sering mengomel bertahan-tahun sampai mereka semua lelah sendiri dan pasrah.

Hanlice - MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang