Lisa meminum minumannya lagi sembari menunggu Hanbin berbicara. Kakinya bergerak gelisah di bawah meja.Mereka duduk berhadapan di sebuah kafe dekat kampus. Hanbin membawanya paksa dengan menarik tangannya. Padahal Lisa tidak mau. Lisa melirik ke arah Hanbin yang menatapnya dengan intens. Membuat Lisa semakin panik saja.
"Apa?" tanya Lisa pada akhirnya memecah keheningan. Ia tidak sanggup menunggu Hanbin berbicara lagi. Keadaan mereka sungguh sangat canggung karena tidak ada yang memulai untuk berbicara.
Hanbin menatapnya dengan tatapan dingin kali ini. Kesal sekali Lisa melihatnya. Pria ini benar-benar seperti tidak memiliki beban apa pun. Padahal seharusnya--aih. Lisa bahkan lelah terus mengeluh sendirian.
"Lo mau ngomongin apa?"
"Skandal apa yang buat lo pindah sekolah?" tanya Hanbin langsung.
Lisa membawa jari-jari tangannya ke pangkuan di bawah meja. Ia memijitnya dengan gelisah. "Gue ikut orang tua gue pindah."
"Skandal apa?" tanya Hanbin lagi.
Karena ucapan Angel kemarin pasti Hanbin akan terus bertanya-tanya maksud perkataan Angel itu. "Gak ada apa-apa."
"Ga perlu bohong."
Tidak perlu bohong? Lisa memberikan senyum miringnya. Ia telah melakukan banyak kebohongan sedari dulu, kenapa Hanbin memintanya untuk jujur baru sekarang? Lisa bahkan sudah lelah berdebat dengan dirinya sendiri.
"Gue gak mau jawab pertanyaan lo, kalo lo gak inget apa-apa.""Maksud lo?"
"Lo masuk rumah sakit. Ingatan lo hilang sebagian. Gue gak bakal jelasin apapun sampe lo inget." Pada akhirnya Lisa memberitahu hal itu. Hanbin yang melupakan sebagian ingatannya.
Hanbin terkejut mendengarnya. Hilang ingatan? Apa maksudnya Amnesia? Kenapa?
"Cuma sebagian yang lo lupain," jelas Lisa lagi. Dan itu semua kejadian penting. Lisa seakan menjawab isi kepala Hanbin yang bertanya-tanya.
Lalu Hanbin menggeleng. "Kenapa gue bisa lupa?" tanya Hanbin tidak mengerti.
Lisa menundukkan kepalanya. "Kalo lo inget, kita gak akan duduk berdua kaya saat ini," katanya dalam hati.
"Kenapa?" tanya Hanbin lagi karena Lisa tak kunjung menjawabnya.
"Gue gak bisa jelasin."
"Iya kenapa??" Hanbin meninggikan nada suaranya. Hanbin sudah cukup bingung. Ia terus bertanya-tanya apa yang ia lupakan. Kenapa ia bisa lupa. Dan kenapa orang-orang tidak ada yang memberitahunya.
Lisa membuang napasnya. Seakan hal buruk membebaninya. "Lo bakal ngerti itu nanti," ujar Lisa sambil menyeruput mimumannya. Ia mengeluarkan lembar uang berwarna biru dari tasnya, ia menaruhnya di meja. Lalu ia berdiri sambil membenarkan tas yang dibawanya. "Gue masih ada kelas."
Tidak langsung membiarkan Lisa pergi, Hanbin menahan tangan gadis itu. "Kenapa gak ada yang pernah bilang?"
"Lo gak akan pernah percaya."
Lagi. Ucapan Lisa seakan membuatnya teringat pada suatu kejadian yang ia tidak bisa ingat. Lisa sudah meninggalkannya.
"Lo gak akan pernah percaya."
Hanya bayangan hitam yang ada di kepalanya beserta suara Lisa yang mungkin pernah ia dengar sebelumnya. Hanbin menutup matanya. Ia mencoba untuk terus mengingat. Tapi bukannya mendapatkan ingatan dari kata-kata itu, ia justru merasa kepalanya akan pecah saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hanlice - Memory
FanficMemory itu terus kembali. Memory yang sangat ingin ia hilangkan dari kepalanya. Ingin menjauh ia justru terus berdekatan dengan Hanbin yang terus menatapnya tak acuh. Ia seharusnya membenci pria itu. Tapi otak dan hatinya tidak bisa bekerja sama. Li...