Ucapan Bintang dan Hanbin terngiang-ngiang di kepalanya. Ia jadi semakin berpikir bagaimana jika yang dikatakan Hanbin benar? Bagaimana jika Bintang yang malah akan memilih Hanbin nantinya.
Lalu ia bagaimana?? Kembali tinggal sendirian?
Ponsel Lisa bergetar, ia yang sedang berada di kantor menengok ke arah benda persegi panjang itu. Tertera nama Hanbin di sana. Dengan dahi berkerut Lisa mengambil benda itu, lalu menggeser tombol hijau untuk mengangkat telepon.
"Hah? Di kantor," kata Lisa heran karena Hanbin langsung menanyakan keberadaannya saat ini. Jelas saja Lisa sekarang berada di kantor.
"Lo lagi sendiri gak?"
"Iya."
"Lagi apa? Gue bisa ketemu lo sekarang gak?"
Lisa melihat ke arah depannya dengan tatapan ragu. "Hah? Gue lagi ngurusin berkas-berkas sekarang. Ada apa emangnya?" tanya Lisa heran, tumben sekali Hanbin memintanya bertemu di saat jam kerja sedang berlangsung.
"Lo sibuk?"
"Sedikit," jawab Lisa ragu.
"Yaudah gak jadi. Nanti aja di rumah."
"Oke." Lalu sambungan terputus tanpa Lisa penasaran apa yang sebenarnya akan Hanbin bicarakan sampai meminta untuk bertemu.
Lisa kembali menaruh ponselnya di atas meja."Siapa?" tanya pria yang duduk di seberang Lisa. "Dia?"
"Iya," jawab Lisa karena paham siapa yang dimaksud dengan "Dia".
"Kamu tadi tanya apa? Takut Bintang pilih dia?" Lisa mengangguk, kerisauannya sejak semalam membuatnya tidak fokus melakukan apa-apa hari ini. "Bintang pasti akan pilih kamu. Kamu Ibunya, kamu yang datang pertama."
Natael yang duduk di sofa sebrang Lisa sendiri membuka berkas yang Lisa bawa untuk ia tanda tangani langsungndi ruangan kerjanya. Padahal seharusnya berkas itu diberikan kepada sekretaris Natael, tapi Lisa membawanya langsung. Natael menyadari sesuatu terjadi pada Lisa sejak pagi mereka bertemu, pada akhirnya Lisa menceritakannya kepada Natael.
Selesai istirahat siang tadi, Lisa langsung ke ruangan Natael membawa beberapa berkas penting yang harus diperiksa Natael sebagai atasan Lisa. "Berapa bulan lagi?" tanya Natael.
"Sebentar lagi, dua bulan kurang lagi."
"Kamu harus menunjukkan kesungguhanmu untuk anakmu," saran dari Natael.
Apakah Lisa kurang menunjukkannya? Ia selalu memasak makanan untuk Bintang, ia selalu mengantar Bintang sekolah, ia juga selalu berusaha mengajak Bintang berbicara dengannya. Walau awalnya Bintang selalu menjawab Lisa singkat dan terkadang mengeluarkan kata sinisnya, perlahan Bintang tidak seperti itu lagi. Ia sedikit merasa Bintang mulai berubah.
Apa Lisa harus menuruti perkataan Hanbin? "Apa aku harus berhenti kerja agar memiliki waktu dengan Bintang?" tanya Lisa.
"Jika kamu resign sekarang, kamu juga harus menunggu sampai mendapatkan pengganti baru bisa berhenti."
Lisa mengangguk, ia paham hal itu. Bisa sia-sia jika resign sekarang, karena mendapat karyawan pengganti yang sesuai tidak semudah dan secepat itu. Lisa menatap ke arah Natael bimbang. "Aku harus apa?"
"Jadilah istriku, aku akan membawa Bintang untukmu."
Lisa sedikit terkejut mendengar ucapan pria itu. Natael sedang melamar dirinya?
BRUKKK
Suara pintu dibuka dengan kasar terdengar dari arah pintu ruang kerja Natael, lalu terdengar suara bising keributan di luar. Lisa semakin melebarkan bola matanya melihat sosok Hanbin berdiri di ambang pintu sana dengan ekspresi marahnya melihat ke arah Natael.
![](https://img.wattpad.com/cover/212622504-288-k75683.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanlice - Memory
FanfictionMemory itu terus kembali. Memory yang sangat ingin ia hilangkan dari kepalanya. Ingin menjauh ia justru terus berdekatan dengan Hanbin yang terus menatapnya tak acuh. Ia seharusnya membenci pria itu. Tapi otak dan hatinya tidak bisa bekerja sama. Li...