19 : Dia

1.1K 148 62
                                    

Hari ini Lisa akan mendaftarkan Bintang ke sekolah yang tak jauh dari tempat mereka tinggal. Ia pergi bersama anaknya itu dengan mobil miliknya yang baru saja ia beli hasil jerih payahnya selama ini.

Mereka saat ini dalam perjalanan. Keadaan tentu selalu canggung. Lisa yang sedang menyetir sesekali melirik ke arah anaknya. Entah mengapa otak bodohnya malah mengingat perjalanan dulu ia ke kampus bersama Hanbin yang selalu dalam keadaan diam seperti ini. Menyadari pikirannya itu Lisa menggeleng, ia mencoba untuk fokus.

"Kau tau? Aku besar di kota ini dulu." Lisa mencoba mencairkan suasana, dengan membicarakan masa lalunya saat kecil. "Aku satu sekolah dengan Aunty Jennie du——."

"Aku tidak bertanya," ujar Bintang menghentikan ucapan Lisa.

Lisa tersenyum getir masih dengan fokus ke arah jalan raya. "Aku akan mengantar-jemputmu setiap hari saat sekolah."

"Tidak perlu."

"Itu bukan tawaran," kata Lisa. Ia sudah berencana melakukan hal itu setiap harinya. Setelah mengantar Bintang ia akan pergi bekerja, lalu saat istirahat siang ia akan menjemput Bintang pulang dari sekolah.

Tiba-tiba ponselnya dari dalam tas berbunyi. Dengan lihai Lisa mengambil benda persegi panjang itu. Lisa menggigit bawahnya cemas melihat nama pada layar ponselnya. Ia menimang-nimang apa harus mengangkatnya atau tidak perlu. Tapi pada akhirnya ia mengangkat panggilan itu, lalu menempelkan benda itu di telinga. Kebetulan sekali lampu merah sedang menahan mobil mereka.

"Hallo," sapa Lisa hati-hati. Bintang di sampingnya melirik heran, tapi anak itu kembali fokus pada PSP miliknya.

"Lisa, bisa kita ketemu?" tanya suara dari sebrang.

Mendengar hal itu Lisa menelan ludahnya. Ia tidak menjawab.

"Bunda mau ketemu kamu sama Bintang. Kangen, udah lama gak ketemu." Itu adalah Tante Risa, Bundanya Hanbin dan Jennie.

"Maaf, Lisa disuruh ke kantor hari ini," tolak Lisa halus. Memang benar, sehabis ia ke sekolah Bintang ia akan mengantar Bintang pulang lalu pergi bekerja. Lisa sudah izin ke kantornya untuk masuk siang.

"Yah, Bunda kangen kamu padahal. Kamu seminggu di sini belum ketemu Bunda. Jennie bilang kamu udah berubah makin cantik."

Lisa tersenyum getir mendengar penuturan hal itu. Tangannya kembali fokus untuk menyetir karena lampu merah telah berubah warna jadi hijau. 

"Bintang ada?"

Mendengar pertanyaan itu membuat Lisa refleks menengok ke arah Bintang yang masih fokus dengan PSP di tangannya.

"Ada," jawab Lisa.

"Bunda mau ketemu Bintang boleh?" tanyanya.

Lisa tidak mungkin menolak, karena ia tahu hubungan orang tua Hanbin dan orang tuanya baik-baik saja. Orang tua Hanbin juga sering mengunjungi Bintang.

"Bunda pengen kamu bisa ikut juga. Hanbin mau ketemu Bintang katanya." Mendengar hal itu Lisa jadi tidak fokus. Ia tanpa sengaja hampir saja menabrak kucing yang mau lewat. Lisa meminggirkan mobilnya ke tepi jalan. Bintang melihatnya heran. Masih sambil menerima telepon Lisa turun dari mobilnya. Ia mengecek sesuatu, ternyata kucing itu sudah jauh dan dalam keadaan baik-baik saja. Lisa cukup panik, ia mengelus dadanya lega. "Ada apa Lisa?" tanya Bunda Hanbin mengetahui ada sesuatu yang tidak beres dari tempat Lisa.

Lisa masuk kembali ke dalam mobilnya. "Ga apa-apa tante."

"Bunda Lisa, bukan tante."

Lisa tersenyum paksa. "Iya... Bunda." 

Hanlice - MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang