Pesanan yang Angel pesan telah tiba di meja mereka, dan Angel benar-benar tidak kembali."Angel pulang. Gue mau pulang juga."
"Lisa!" panggilan Hanbin menghentikan gerak Lisa yang mau berdiri dari meja.
Lisa memberanikan diri menatap ke arah Hanbin. Ia memberikan tatapan bertanya berusaha sesantai mungkin, padahal jantung bodohnya sudah berdebar tidak karuan melihat wajah Hanbin dengan benar.
"Gue mau ngomong."
Perut Lisa mendadak mules mendengar kalimat itu, ia merasa jari-jari tangannya jadi keringat dingin. "Gue gak ada waktu." Lisa berdiri dari bangkunya. Ia tidak mau berlama-lama di tempat ini, apalagi bersama Hanbin. Tapi Hanbin ikut berdiri dan mencegahnya.
"Gue bisa ke rumah Angel."
"Oke." Lisa akhirnya duduk kembali. Ia seharusnya sudah tau jika Hanbin mengetahui rumah Angel.
Bisa saja Hanbin langsung ke sana saat ini dibanding bertemu susah-susah di kafe. Tapi ia tidak mau membuat Lisa semakin tidak nyaman. "Lo apa kabar?" Hanbin membuka percakapan.
"Seperti yang lo lihat." Lisa berusaha sedingin mungkin menjawab Hanbin.
"Orang tua lo titip salam."
Lisa tersenyum miring. "Lo mana mungkin berani ketemu orang tua gue."
"Iya." Hanbin mengakui itu. Mendengar Hanbin mengakuinya membuat Lisa sedikit aneh. "Kaya yang Angel bilang. Kita ini sama-sama pengecut."
Lisa menelan ludahnya. Ia tidak bisa membantah hal itu karena memang benar adanya.
Hanbin mengetukkan jarinya pada dengkul kaki atasnya karena gelisah, kepalanya mulai merangkai kata-kata yang tepat untuk dikeluarkan.
"Gue mau ngomong."
Mendengar hal itu Lisa menaikkan alisnya, Hanbin seakan sedang berbicara serius. Seperti anak ABG yang mau menembak pacarnya. "Apa?" tanya Lisa.
"Kita selesain ini semua, dan gue mau bertanggung jawab sebagai Ayah Bintang."
Lisa melebarkan pupilnya, otaknya mencerna kata-kata Hanbin. Lalu ia berdiri dari bangkunya karena mendadak emosi. Bagaimana bisa Hanbin mengatakan hal itu dengan mudah, selesaikan semuanya? Dan akan bertanggung jawab sebagai ayah Bintang?? Apa Lisa tidak salah dengar, pria ini mau menyelesaikan semuanya dan mengambil Bintang? Bahkan dia tidak mengeluarkan kata-kata permintaan maaf. "Gak akan! Gue gak akan ngizinin lo jadi ayahnya! Jangan gila!"
"Dengerin--."
"GAK AKAN! GAK! GUE GAK BAKAL KASIH BINTANG KE LO! CUKUP SELESAIN SEMUA, LO GAK PERLU JADI AYAHNYA!" Ucapan Hanbin langsung dipotong Lisa yang berteriak emosi dengan menggelengkan kepala. Pengunjung kafe menatap mereka dengan heran karena membuat keributan. Lisa langsung lari keluar. Air matanya mengalir. Ia menggeleng keras tidak terima.
Apa itu? Mengambil Bintang? Gak akan. Lisa gak akan kasih Bintang.
Lisa langsung menghubungi orang tuanya saat itu juga. Ia mengatakan jika keluarga Hanbin ingin mengambil Bintang jangan pernah diberikan. Lisa seperti orang rasukan, tapi tidak tau harus berbuat apa sementara ia sendiri tidak bisa melindungi anaknya.
Padahal keluarga Hanbin tidak ada niatan seperti itu. Jika mereka ingin mengambil Bintang pasti sudah sedari dulu mereka lakukan. Orang tua Lisa mengiyakan saja. Ia sudah tahu jika anaknya itu sehabis bertemu Hanbin. Pasti Lisa salah paham.
****
"Lo salah paham Lalisa!" jelas Angel menahan emosinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hanlice - Memory
FanfictionMemory itu terus kembali. Memory yang sangat ingin ia hilangkan dari kepalanya. Ingin menjauh ia justru terus berdekatan dengan Hanbin yang terus menatapnya tak acuh. Ia seharusnya membenci pria itu. Tapi otak dan hatinya tidak bisa bekerja sama. Li...