Gatau sih ini 18+ atau enggak. Tapi kayaknya iya(?) atau 15+ (?)
Gatau deh😅Jangan baca pas puasa mungkin (?)
Entahlah, tp pokoknya ini b aja sih sebenernya. Haha😂Happy reading!
*****
Pecahan kaca pada bingkai yang berserakan itu digeser dengan tangan Hanbin sendiri. Beberapa pecahan kecil tersangkut di telapak tangannya. Perih terkena beling itu sudah tidak terasa lagi walau tangannya kini jadi berdarah. Hanbin dengan kasar mengambil lembaran foto itu lalu ia bangkit dan berjalan keluar dari kamar.
Pikirannya sangat kalut. Ia tidak percaya dengan foto dirinya bersama Lisa ini. Foto mengenakan gaun dan tuxedo serba putih, tidak ada senyuman pada foto itu. Seakan dua orang di sana tidak menginginkannya.
Bundanya yang ada di luar kamar sedari tadi terlihat menjatuhkan air mata. Hanbin tidak berniat untuk bertanya pada bundanya. Langkahnya terus berjalan ke arah kamar di sebrangnya. Kamar gadis yang ada di dalam foto ini.
"Hanbin dengerin Bunda."
Ia tidak mau mendengarkan lagi, tangannya yang bebas meraih knop pintu kamar Lisa dan membukanya dengan kasar. Ia masuk sendirian dan langsung mengunci pintu kamar membiarkan bundanya di luar.
Lisa yang sedang duduk di depan meja riasnya terpelonjat kaget melihat Hanbin masuk tiba-tiba. Lisa memberikan tatapan bertanya. Lalu matanya beralih melihat tangan Hanbin yang berdarah memegang selembar foto. Lisa menggigit bibirnya, ia melihat mata Hanbin yang menatapnya tajam. Sama persis seperti beberapa tahun lalu. Sama persis ketika Hanbin marah mengetahui jika Lisa membantunya.
"Lo edit foto ini?" tanya Hanbin penuh harap. Ia memang bodoh bertanya hal itu, tapi ia berharap foto ini tidaklah nyata.
Lisa tidak bisa menjawab dan hanya menunduk ketakutan. Ia tau pria ini sedang marah besar.
"JAWAB!" teriaknya kasar.
Pintu kamarnya diketuk-ketuk. Suara Tante Risa memanggil nama anaknya terdengar dari luar.
Hanbin mendekatkan wajahnya kepada Lisa. "JAWAB!"
"Itu foto asli! Iya! Itu foto perinakahan! Kita udah nikah!" Lisa mencoba balas menatap tajam mata Hanbin, tapi matanya malah mengeluarkan air mata. Dadanya seperti ditusuk ribuan jarum mendengar pertanyaan Hanbin yang tidak masuk akal demi menyangkal.
"Gak usah bercanda!" Hanbin menarik kerah baju Lisa kasar. Pria itu seakan marah mendengarkan jawaban Lisa.
Lisa menahan tangan Hanbin agar tidak sampai mencekik lehernya. Ia tidak tau harus merespon apa agar pria ini menghentikan. Tarikan kasar Hanbin tidak terasa menyakiti lehernya, tapi hatinya terasa sangat sakit. Pria ini memang tidak akan menerima hal itu sedari dulu.
Hanbin tidak berhenti menatapnya tajam. Tubuh Lisa di dorong mundur ke belakang sampai menabrak meja riasnya. Beberapa peralatan di atas sana terjatuh.
"Gak mungkin itu terjadi!"
"Gue harap juga gak mungkin." Lisa sudah bilang kan, Hanbin tidak akan menerima hal itu. Membantu pria itu untuk mengingat segalanya sama sekali tidak mengamankan posisinya. "Lepas!" kata Lisa karena Hanbin mulai menarik kerah lehernya kuat membuat Lisa merasa tercekik. "Hanbin lepas!!"
Kata-kata Lisa yang terdengar familiar di telinga Hanbin kembali membawanya ke suatu tempat.
"Lepas!" suara lirihan gadis itu terdengar sangat nyata. "Hanbin gue mohon lepasin gue!" Lisa yang sudah terpojok ditembok kamar menahan dada Hanbin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanlice - Memory
FanfictionMemory itu terus kembali. Memory yang sangat ingin ia hilangkan dari kepalanya. Ingin menjauh ia justru terus berdekatan dengan Hanbin yang terus menatapnya tak acuh. Ia seharusnya membenci pria itu. Tapi otak dan hatinya tidak bisa bekerja sama. Li...