Hanbin bangun dari tempat tidurnya setelah mendengar ketukan dan suara teriakan bundanya berulang kali. Kepalanya sedikit pusing, mungkin efek ia baru tidur dua jam yang lalu dan hari ini harus bangun pagi. Ia duduk menyenderkan kepalanya pada dinding tempat tidur.
Semalaman ia terus berusaha mengingat kata-kata yang ia ucapkan kepada Lisa malam itu.
"Lo gak berhak marah."
Rasanya seperti de javu. Hanbin menggelengkan kepalanya, tidak-tidak itu bukan hanya sekedar ia merasa pernah mengatakan hal itu di masa lampau. Tapi segelintir bayangan melintas di kepalanya setiap ia mengingat kata-kata itu. Terlalu gelap untuk mengingatnya hingga Hanbin jadi pusing sendiri.
"Apa gue sama Lisa pernah ketemu di masa sebelumnya?"
"Gak mungkin. Gue gak percaya begituan," katanya menjawab pertanyaan yang ia ajukan sendiri.
TOK
TOK
TOK
"HANBIN BANGUN!"
"Iya!" Ia meninggikan suaranya agar terdengar oleh bundanya di luar kamar.
Hanbin harus bangun pagi hari ini karena ia diminta jadi panitia dadakan lagi untuk jurusannya di kampus.
****
Jennie menuju kamar Lisa sebelum mereka turun ke bawah untuk sarapan. Kemarin usai pulang dari kampus, Lisa diam dan tidak mau mengatakan apa pun. Jennie jadi merasa bersalah akan sesuatu. Bahkan ketika makan malam bersama pun Lisa terlihat tidak bersemangat.
Ia mengetuk pintu sebelum masuk. "Ini gue Jennie."
"Iya masuk."
Jennie membuka pintu kamar Lisa begitu mendapat sahutan. Ia melihat Lisa sedang merapihkan rambutnya yang lurus menjuntai di depan cermin.
"Sorry," kata Jennie.
"Buat?" Lisa menaruh sisir berwarna pinknya di atas meja rias.
"Lo kaya marah."
"Enggak."
"Lo mau nanya sesuatu kan?" tanya Jennie.
Lisa nampak berpikir. Ia melihat ke arah Jennie, lalu membuang napas beratnya. "Lo beneran gak tau dia kuliah di sana juga?"
Lisa mendekat ke arah Jennie yang mengangguk dengan sungguh-sungguh. "Serius. Kalo gue tau, gue juga gak akan milih kuliah di sana. Bunda juga gak akan setuju abang daftar kuliah di sana."
"Hanbin beneran ...."
Lisa memilih untuk tidak melanjutkan kata-katanya, dan Jennie yang mengerti menganggukkan kepala lagi untuk meyakinkan Lisa.
"Semoga semuanya baik-baik aja."
Jennie memeluk Lisa, ia dapat merasakan kesedihan gadis itu. Seharusnya semua akan berjalan baik-baik saja, tapi mengetahui Angel satu kampus dengan mereka. Entahlah, mereka tidak bisa memprediksikan hal itu.
****
Lisa bergabung dengan teman fakultasnnya ketika para senior menyuruh mereka. Kelompok yang tadinya diacak kini disatukan berdasarkan fakultas masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanlice - Memory
FanficMemory itu terus kembali. Memory yang sangat ingin ia hilangkan dari kepalanya. Ingin menjauh ia justru terus berdekatan dengan Hanbin yang terus menatapnya tak acuh. Ia seharusnya membenci pria itu. Tapi otak dan hatinya tidak bisa bekerja sama. Li...