Lisa mengabaikan ponselnya yang terus berdering. Hari semakin larut, matahari sebentar lagi akan terbenam dan Lisa masih bimbang untuk pulang bersama atasannya yang sudah menunggu atau menginap saja dan kembali besok pagi.Angel jelas sudah melarangnya menginap tapi sampai detik ini ia belum bangkit untuk bersiap pulang.
Tanpa melihat lagi, tangan Lisa terulur untuk mengangkat telepon masuk yang masih berbunyi di atas meja. Ia menempelkan benda persegi panjang itu di telinganya. "Aku akan pulang sendiri, kalian duluan."
"Lo nginep?" tanya suara dari sebrang.
Lisa yang sedang dalam posisi rebahan di atas sofa langsung bangkit mendengar suara orang lain. Ia mengecek nama yang tertera pada ponselnya, benar saja itu bukan panggilan dari atasannya Natael melainkan dari Hanbin. "Eh? Enggak..." Lisa sebenarnya ingin pulang, hanya saja ia malas. "...gak tau," lanjutnya.
"Gue jemput."
"Hah? Ngapain? Gue masih di rumah Angel."
"Lo gak mau balik sama Natael kan?"
"Kata siapa? Gue mau." Hanbin ini sok tahu sekali.
"Gue yang gak mau! Gue udah deket."
"Ngaco! Gue udah mau pulang sama yang lain juga ini." Lisa hanya berbohong agar Hanbin tidak serius dengan ucapannya. Untuk apa Hanbin menjemputnya?
"Tunggu gue. Gue tutup teleponnya."
Lisa mengerutkan alisnya heran. Mana mungkin Hanbin sudah dekat.
Tapi tak lama, sepuluh detik kemudian suara klakson mobil berbunyi. Tidak mungkin Hanbin kan??Angel yang sedang berkutat di dapur, bergegas keluar rumahnya untuk melihat siapa yang datang. Suara pintu gerbang dibuka membuat Lisa khawatir. Lisa tidak mau menyusul Angel. Sampai sebuah suara mengintrupsi.
"Lisa! Tamu lo tuh, sana buruan!" kata Angel masih dengan celemek di tubuhnya.
"Siapa?" tanya Lisa.
"Siapa lagi?" Nadanya terkesan tidak suka akan kehadiran tamu di rumahnya. Angel meninggalkan Lisa dan kembali ke dapur. Wanita itu kembali melanjutkan apa yang ia tunda tadi. Angel sedang memasak untuk makan malam.
Lisa akhirnya bangkit berdiri, dari ruang tv ia keluar ke arah teras rumah. Apa benar Hanbin? Lisa membulatkan matanya heran melihat seorang pria berdiri di depan teras rumah, pantas saja Angel bernada sinis tadi.
"Kenapa ke sini? Bagaimana dengan Dimas dan Renata?" tanya Lisa. Dimas dan Renata adalah dua rekan kantornya yang lain.
"Mereka berdua sudah pulang naik kereta. Tentu saja aku menjemputmu, ayo kita pulang." Natael mengucapkannya seakan-akan ia adalah ibu yang sedang menjemput anaknya bermain di rumah tetangga.
Belum menjawab sebuah mobil kembali masuk ke pekarangan rumah Angel. Baik Lisa maupun Natael teralihkan ke arah mobil itu.
Jantung Lisa berdetak cepat melihat mobil yang sangat ia kenali. Itu mobil Hanbin. Hanbin benar-benar datang? Untuk apa? Hanbin dan Natael datang bersamaan????
Entah kenapa ucapan Hanbin tadi pagi terlintas di kepalanya. "Hati-hati! Jangan selingkuh." Ia merasa seperti sedang tertangkap basah sekarang. Padahal ia tidak melakukan apa pun. Ia sungguh tidak sedang selingkuh.
Hanbin turun dari mobilnya dan mendekat ke arah mereka. Jantung Lisa semakin berdebar tidak karuan. Ia tidak tahu harus menjawab apa jika Hanbin bertanya apa yang Natael lakukan di sini, ia juga tidak tahu harus bagaimana kepada Natael jika Hanbin langsung mengajaknya pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanlice - Memory
Fiksi PenggemarMemory itu terus kembali. Memory yang sangat ingin ia hilangkan dari kepalanya. Ingin menjauh ia justru terus berdekatan dengan Hanbin yang terus menatapnya tak acuh. Ia seharusnya membenci pria itu. Tapi otak dan hatinya tidak bisa bekerja sama. Li...