Selama Lisa bertemu dengan Hanbin, Angel yang menginap sehari masih di rumah Lisa saat ini. Ia akan pulang ke kotanya menunggu Lisa kembali.Angel pergi ke kamar Bintang untuk lihat-lihat. Padahal anak itu sudah marah dan memintanya untuk keluar kamar. Benar-benar anak yang dingin.
"Mau tau gak cerita ayah dan bunda kamu dulu?" tanya Angel, ia melihat bingkai foto di dinding kamar Bintang. Terdapat foto anak itu bersama nenek kakeknya sedari kecil. Ada foto dua keluarga di sana, hanya saja tanpa Lisa dan Hanbin. Membuat Angel tersenyum miring. Bagaimana bisa ada orang tua seperti mereka.
"Tidak," jawab Bintang menolak langsung.
"Jangan terlalu dingin, kamu jadi makin mirip sama ayahmu."
"Aku gak punya ayah!" Bintang di atas meja belajarnya masih sibuk dengan PSP yang ia mainkan.
Angel mengangguk. Setidaknya bukan hanya Lisa yang diperlakukan seperti itu oleh anaknya. "Kamu harus tau, dulu Bunda kamu itu tinggal sama aku cukup lama. Kamu tau? Dia selalu mikirin kamu setiap hari." Angel tersenyum mengingat hal itu. Ia kagum dengan Lisa yang sejak gaji pertamanya turun, sudah menabungkan uang untuk biaya kehidupan Bintang.
"Seharusnya dia pulang jika mengingatku."
Angel mengangguk setuju. "Seharusnya, tapi Bundamu itu pengecut."
Bintang mengangkat kepalanya melihat ke arah Angel. Ia heran, sebenarnya wanita itu di pihak siapa, kenapa setelahnya malah mengatakan Lisa pengecut?
"Maaf-maaf." Angel tahu, Bintang tidak terima ia mengatai Lisa seperti itu. Padahal Lisa sudah sering mendengar hal itu darinya. "Tapi bunda kamu kerja keras itu semua dia lakuin buat kamu, buat sekarang kalian tinggal bareng."
"Aku tidak memanggilnya Bunda! Jangan sebut itu!"
Angel tidak peduli, is tidak mungkin menyebutkan nama Lisa sebagai Lisa. Angel kembali bercerita. "Kamu tau gak? Masa SMA bunda kamu itu menyedihkan, dia juga gak bisa lulus kuliah. Masalahnya terlalu besar."
"Apa aku masalahnya?"
"Jelas bukan. Ayahmu. Mereka berdua terlalu rumit."
"Kenapa?" tanya Bintang mulai penasaran.
Angel duduk di ujung tempat tidur Bintang menghadap ke arah anak itu. Ia tersenyum dalam hati karena sekarang Bintang terima saja dengan panggilan yang diucapkan Angel untuk Lisa dan Hanbin, Bunda-Ayah. "Ayahmu terlalu tidak berperasaan. Bundamu selalu menangis karena dia."
"Kenapa?"
"Aku gak mau menjelekkan ayahmu. Aku cuma mau menceritakan Bundamu. Bundamu udah terlalu sering nangis, jadi jangan buat dia sedih lagi."
Mendengar itu Bintang jadi ikut sedih, ia malah teringat kejadian malam itu. Ketika ia diantar Omanya untuk pulang. Ia membuat Lisa menangis karena khawatir akan dirinya. Bintang tau ibunya itu menangis diam-diam.
"Ibumu itu masih menyimpan luka yang besar dan belum kering di hatinya. Kamu malah ikut membasahi luka itu."
"Aku tidak mau dengar lagi," kata Bintang. Anak itu semakin merasa bersalah, ia memang benci Ibunya tapi mendengar Lisa menangis karenanya ia juga sangat membenci hal itu.
"Mungkin luka bunda kamu akan kembali terbuka nanti, atau lebih melebar lukanya. Jadi kamu jangan pernah meninggalkan Bundamu."
Angel tidak tau, anak seusia Bintang mengerti akan ucapannya atau tidak. Tapi ia berharap Bintang mengerti.
****
Hari ini hari pertama Bintang sekolah di Sekolah Menengah Pertama. Lisa sangat excited akan hal itu. Ia merasa seperti ibu sungguhan yang akan mengantar anaknya. Bintang sudah mengenakan seragam sekolah dasarnya duduk di meja makan untuk sarapan. Anak itu akan memulai kegiatan MOS hari ini, jadi masih mengenakan seragam SD.
Lisa berkutik di dapur masih menyiapkan kotak bekal untuk dibawa Bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanlice - Memory
FanficMemory itu terus kembali. Memory yang sangat ingin ia hilangkan dari kepalanya. Ingin menjauh ia justru terus berdekatan dengan Hanbin yang terus menatapnya tak acuh. Ia seharusnya membenci pria itu. Tapi otak dan hatinya tidak bisa bekerja sama. Li...