six

864 55 0
                                    

Azka duduk dan meluruskan kakinya yang baru saja lari memutari taman. "Bukannya lari nih anak, malah makan," Azka menjitak kepala Shireen.

"Ihhh, gue laper tahu," ucap Shireen mengunyah siomaynya.

Naufal mendengarkan alunan musik dengan earphone yang menyumpal ditelinganya. Dengan lari-lari kecil membuat keringatnya bercucuran membasahi wajah dan tubuhnya. Ia hanya diikuti oleh Adit, karena Azka sudah beristirahat terlebih dahulu.

Setelah beberapa kali mengelilingi taman akhirnya mereka beristirahat di tempat Azka, Syifa dan Shireen memakan siomay.

Shireen menyodorkan satu botol air mineral ke Naufal, "Nih buat lo."

"Makasih," ucap Naufal yang nyaris tak terdengar.

"Kalo bilang makasih tuh ikhlas dikit napa, mending tuh buat gue aja Reen," celetuk Azka pula.

Naufal yang sedang membuka tutup botol langsung memberikannya ke Azka, "Ambil."

Shireen merebut air mineral tersebut dari genggaman Azka dan langsung memberikannya lagi ke Naufal, "Eh, eh, eh, ini buat Naufal. Kalo lo mau beli sendiri."

"Jahat banget," jawab Azka dengan wajah cemberut.

"Bodoamat."

***

Bintang-bintang berkelap-kelip di atas langit, melihatkan indahnya cahaya yang terpancar. Malam ini sangat sejuk, dengan cuaca yang mendukung. Reyhan, Rian dan Vino duduk di sofa yang terletak di pinggir kolam renang rumah Reyhan.

"Oh jadi tadi lo ngga sengaja tabrakan sama cewek yang kata lo cantik?" kata Rian memastikan penjelasan dari Reyhan.

"Hm," Reyhan hanya bergumam sambil menghembuskan asap rokok yang keluar dari hidungnya.

Vino menarik nafasnya, "Gue cuma mau ngingetin lo doang Rey, jangan liat cewek itu hanya dari fisik karena dia cantik lah. lo ingetkan kelakuan mantan pacar lo, yang udah khianatin lo sama sahabat lo sendiri. Lo bebas sebenarnya mau cari yang cantik, imut atau sejenisnya la. Lo juga kan ganteng, kaya, pasti banyak yang ngincer. Tapi kalo lo bener-bener mau cari yang cantik lo harus liat juga hatinya cantik atau ngga."

"Aduh terhura gue dengernya," Rian masih sempat-sempatnya bercanda dengan menunjukkan muka terharunya.

Vino memukul kepala Rian, "Terharu bego."

"Kenapa harus ngingetin ke masa lalu sih? Lagian gue belum tentu suka juga sama cewek tadi," ucap Reyhan kembali walaupun ia membohongi perasaannya sendiri. Ia mematikan rokoknya dan membuang puntung rokok tersebut kedalam asbak yang ada di atas meja. Reyhan mengingat kejadian kemarin, di saat itu amarahnya sangat meluap.

Flashback on

"Apa-apaan ini!" bentak Reyhan ketika ia melihat pacarnya Intan berpelukan dengan sahabatnya Aldo.

Intan segera mengejar Reyhan dan berusaha menarik tangannya. Reyhan hanya menepis tangan Intan, ia tidak sudi perempuan itu memegangnya.

"Hm..hm..ini ngga seperti yang kamu liat Rey," ucap Intan gemetar.

"Apa?! Lo mau masih ngelak, hah?! Gue udah liat pake mata kepala gue sendiri. Jadi bener ya kata Rian sama Vino, lo tuh ngga sebaik yang gue kira, lo sering main di belakang gue. Hah?! Dasar cewek brengsek!" upat Reyhan pula.

Reyhan sangat marah, emosinya naik seketika, matanya terasa panas, hatinya terasa tertusuk, kenapa ia harus mempercayai cewek yang ia anggap baik selama ini?

NAUSYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang