seventeen

618 40 2
                                    

Ceklek

"Reyhan?"

"Iya pa?" tanya Reyhan kepada ayahnya yang terlihat sedang duduk di sofa ruang tengah. Ia segera duduk di samping ayahnya.

"Papa bangga sama kamu! Kamu bisa jadi anak yang nurut dan jadi lebih baik," ucap ayahnya menepuk pundak Reyhan.

"Hmm.. Oh iya pa, besok kan aku udah mau berangkat ke London. Ini buat papa," Reyhan menyodorkan sebuah kotak kecil ke ayahnya.

"Apa ini?" ayahnya langsung menyambut dan membuka kotak kecil itu. "Wah jam tangan, makasih ya nak! Oh iya papa sudah transfer ke rekening kamu uang, setiap bulan papa akan transfer."

Reyhan langsung memeluk ayahnya, "Makasih pa."

Sudah lama Roy Harison yaitu ayah Reyhan tidak merasakan pelukan dari seorang anaknya yang kini sudah berubah menjadi anak yang baik. Ia tidak tega akan melepaskan anaknya ke negara orang, walaupun anaknya itu akan tinggal di rumah tantenya sendiri di London. Itu semua demi Reyhan, karena sejak kecil Reyhan bercita-cita akan melanjutkan kuliahnya di Universitas yang ada di London.

"Papa bangga sama kamu, nak!"

"Makasih pa, oh iya Naufal mana?"

"Biasa ada di dalam kamar."

"Aku ke atas dulu pa, ke kamar Naufal," pamit Reyhan kepada ayahnya dan ayahnya menjawab dengan anggukan.

Reyhan berjalan menuju ke kamar Naufal. Ia sudah menjinjing papper bag yang cukup besar berisikan hadiah yang akan ia berikan kepada Naufal.

"Bro..!!" Reyhan segera duduk di kasur Naufal dan menepuk pundaknya. Terlihat Naufal yang tengah bermain game di ponselnya dan memakai earphone di telinganya.

"Hm.."

"Yaelah lo sombong amat! Gue mau pergi nih ke London besok!" Reyhan segera merebut ponsel yang berada di tangan Naufal.

"Ya udah pergi aja, balikin," Naufal berusaha mengambil ponsel yang berada di belakang tubuh Reyhan.

"Astaghfirullah," Reyhan mengelus dadanya. "Ngusir bang?"

Naufal menghembuskan nafasnya kasar, "To the point, mau ngapain ke sini?"

"Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, dan tujuh.. woah lo hebat!"

Naufal hanya mengernyitkan alisnya, kakaknya ini sangat aneh pikirnya.

"Lo tadi barusan ngomong sampai tujuh kata, biasanya kan maksimal cuma tiga kata haha."

"Ga penting," Naufal berjalan ke arah naskah, mengambil kotak yang berukuran sedang dan membukanya. Ternyata yang ia cari sudah habis, ia segera meletakkan kembali kotak itu di atas naskah dan berjalan duduk di kasurnya kembali seperti semula.

"Lo mau ini ya?" Reyhan mengeluarkan tiga bungkus permen karet dari papper bag yang ia bawa tadi.

"Ga."

"Yaelah gengsi lo! Nih ambil!"

Kesurupan apa? Tumben banget -Naufal membatin melirik Reyhan tajam.

"Gue ikhlas! Ambil nih, kalo ngga mau gue kasih ke bibi."

Naufal segera meraih tiga bungkus permen karet dan membuka satu bungkus lalu memakannya, "Makasih."

"Canggung amat, kayak orang asing aja yang ngasih. Ini abang lo sendiri!"

Naufal tidak menghiraukan perkataan Reyhan, ia hanya fokus mengunyah permen karet yang ada di mulutnya.

NAUSYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang