thirty nine

602 33 6
                                    

Naufal berlari kesana kemari mencari keberadaan Syifa. Nafasnya sudah tidak teratur saat ia tiba di bandara dan langsung berlari dengan tergesa-gesa. Ia berhenti saat melihat Syifa sudah berjalan masuk ke dalam pesawat. Ia melambai-lambaikan tangannya memberi isyarat jika Syifa melihatnya. Tetapi itu hal yang percuma, Syifa sama sekali tidak melihat ke arahnya. Naufal mengeluarkan ponselnya menelpon nomor Syifa berkali-kali walaupun nomor Syifa tidak bisa di hubungi.

"Argh!" Naufal menjambak rambutnya frustasi.

Ia bingung apa yang harus ia lakukan sekarang. Menyusulnya ke London? Mungkin itu hal yang terbaik.

Ia kembali ke parkiran mengambil motornya dan langsung melajukan motornya kembali ke rumah.

***

Syifa sudah berada di dalam pesawat. Ia melihat ibunya yang sudah menguap beberapa kali di sampingnya. Syifa mengeluarkan buku kecil dan juga pena di dalam tas selempangnya. Ia tersenyum melihat pena yang ia pegang. Pena milik Naufal yang tidak sengaja terbawa olehnya saat ia mengikuti olimpiade bersama dengan Naufal. Ia mulai menuliskan satu persatu tulisan di buku kecilnya.

Aku..adalah orang yang pernah mencintai seseorang tetapi cinta itu bertepuk sebelah tangan. Bagiamana rasanya? Sakit bukan? Ya, itu lah cinta. Aku yang selalu berjuang demi mendapatkan cinta itu, tetapi hari ini aku menyerah. Aku sudah bosan dengan air mata yang keluar saat kamu bersama orang lain, bahkan saat kamu mengabaikan kehadiranku. Sangat lucu, kamu bahkan bukan siapa-siapa ku, tetapi aku sakit hati dengan semuanya. Bagaimana caranya aku bisa menyerah? Tolong ajarkan aku caranya melupakan tanpa harus membenci. Sepertinya aku harus mengingat sampai bosan, mungkin itu cara terbaik untuk melupakan. Tetapi keajaiban yang luar biasa jika aku bisa melupakan mu. Jika aku tidak bisa melupakan mu, maka aku harus perlahan menghilangkan rasa ini. Walaupun itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Bahagia selalu, kamu.

Ia tersenyum saat mengulang membaca tulisan yang ia tulis. Sejak kapan ia bisa mengarang dengan hitungan detik? Karena 99% jika seseorang merasa sakit hati, maka orang tersebut bisa meluapkan isi hatinya dengan secepat kilat.

Ia mengeluarkan handphone nya dari tas yang berada di sampingnya. Mencari benda kecil di dalam case handphone nya. Dimana ia menaruh kartu SIM handphonenya.

"Argh, pasti jatuh" Gumam Syifa kesal.

"Kenapa sayang?" Tanya Anna bingung.

"Kartu SIM Syifa hilang ma, tadi pas mama mau ngetes kartu SIM mama di handphone Syifa, kartu nya syifa di taruh dalam case handphone. Tapi sekarang ngga ada, jatuh dimana ya?" Jawab Syifa sembari mencari-cari di sekelilingnya. Anna juga turut mencari kartu SIM Syifa di sekelilingnya. Benda yang sangat kecil itu sangat sukar untuk ditemukan

"Ya udah deh ma kalo ngga ada, nanti Syifa ganti nomor baru aja pas udah sampai di London, Syifa bakal pakai nomor London aja"

"Tapi? Nomor-nomor temen kamu kan ada di kartu itu?"

"Ngga apa-apa ma, nanti Syifa bisa chat lewat sosial media aja buat minta nomor temen-temen Syifa"

"Oh..ya udah kamu istirahat sana, tadi habis balik dari acara perpisahan pasti capek kan"

"Banget!! Huaa..." Syifa merenggangkan otot-ototnya yang terasa pegal.

***

"Fal papa mau ngomong sama kamu" Ucap ayah Naufal saat Naufal baru saja sampai di rumahnya.

NAUSYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang