Jam menunjukkan pukul 20.00 malam. Syifa dan ibunya makan bersama di meja makan.
"Besok pagi mama langsung ke Bandung," ucap Ana yang masih mengunyah makanannya.
"Ke Bandung lagi?" jawab Syifa dengan nada sedikit kecewa.
"Iya sayang, maafin mama ya. Akhir-akhir ini mama sibuk dengan pekerjaan mama."
"Iya ma, ngga apa-apa kok. Oh iya berapa lama?" jawab Syifa membalas pelukan hangat Ana.
"Sekitar satu mingguan, oh iya mama masih bingung gimana cara kamu sekolah karena pak Budi ngga kerja disini lagi."
Syifa berhenti mengunyah makanannya, "Mama ngga usah bingung dan khawatir ya, Syifa bisa kok naik angkot atau sama temen Syifa."
"Ya udah mama percaya sama kamu," Ana mengecup singkat kening anaknya dan berjalan ke arah dapur menaruh piring kotor.
***
Subuh-subuh sekali Syifa sudah beranjak dari tempat tidurnya. Ia berencana akan masak makanan kesukaan mamanya.
"Shh aw," ringis Syifa ketika tidak sengaja memegang wajan yang masih panas. Ia mengibaskan tangannya kesana-kemari dan mencucinya dengan air, "Untung cuma sedikit."
Sesekali ia menguap menahan rasa kantuk. Karena tadi malam ia bergadang semalaman mengerjakan pekerjaan rumah yang belum ia selesaikan. Ditambah ia bangun pagi-pagi sekali hari ini.
"Ah, akhirnya selesai," Syifa menutup rapat wadah makan yang ia siapkan untuk ibunya.
Ibunya sudah siap dengan koper yang cukup besar. Ia menunggu jemputan temannya di ruang tamu.
"Syifa!!!" teriak ibunya.
"Iya ma, tunggu sebentar," Syifa berlari menuju ibunya yang tengah berdiri karena temannya sudah tiba. "Mama bawa ini ya, Syifa tadi masak ini. Ah Syifa bakal kangen sama mama," ia memeluk ibunya erat dan mencium singkat punggung tangan ibunya.
"Iya mama bakal makan ini, mama juga bakal kangen sama kamu. Mama ke Bandung cuma sebentar kok, jaga diri kamu baik-baik ya. Mama sayang kamu, muach," Ana langsung mengecup kening anaknya dan melambaikan tangan ke arah Syifa. "Dada, love you!"
"LOVE YOU TOO MA!!!" teriak Syifa melambaikan tangannya pula.
***
"Jadi lo paham kan?" kata Shireen yang tengah mengobrol dengan Adit.
Ya, Shireen menceritakan tentang Pak Budi yang sudah tidak bekerja lagi di rumah Syifa dan mamanya yang sibuk dengan pekerjaan. Dengan itu Syifa sekolah harus naik angkot sekarang.
Adit hanya mengangguk mengiyakan, "Tapi.. gimana sama Kak Rey?"
"Yaelah elu, Kak Rey mah udah dianggap kakak nya sendiri. Ngga lebih kok."
Lagi-lagi Adit hanya mengangguk dengan ucapan Shireen.
"Bicarain apa sih, serius amat," ucap Syifa tiba-tiba dari arah belakang mereka.
"Oh itu ceritain.. ehh apa.. kucing tetangga gua lahiran," jawab Shireen cengengesan.
Syifa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, "Oh iya gue keluar bentar ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
NAUSY
Teen FictionSungguh cinta bertepuk sebelah tangan itu sangat menyakitkan. Kau seperti tidak pernah memperdulikan kehadiranku. Aku terus berjuang untuk mendapatkan cintamu, mungkin aku masih bisa menunggu kehadiran cintamu. Tapi jika aku telah lelah, mungkin itu...