thirty seven

634 35 7
                                    

"Selamat buat angkatan 21 kalian lulus semua!" Ucap kepala sekolah saat memberikan sambutan di tengah lapangan.

"Wahhh!!!" Ricuh semua murid angkatan 21, terlihat raut wajah mereka sangat gembira sekali.

"Akhirnya gue lulus!" Seru Shireen senang "Berpelukan!" Shireen langsung memeluk Syifa yang berada di sampingnya.

"Aku ngga dipeluk juga nih?" Sahut Azka menggoda Shireen.

Shireen menatapnya, refleks ia nyaris memeluk Azka yang berada di belakang mereka.

Tangan Syifa langsung menghalanginya "Bukan muhrim!"

Shireen langsung tersadar "Astaghfirullah" Ia mengelus dadanya "Nyaris aja, setan apa yang merasuki ku"

"Ih Syifa mah" Kesal Azka.

"Apa?" Ucap Syifa menatapnya dengan tatapan maut yang mengerikan.

"Eh engga engga" Jawab Azka menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Oh iya, gue hari ini mau cari baju buat acara perpisahan sekolah lusa nanti. Lo mau sekalian cari juga ngga?" Tanya Shireen kepada Syifa.

"Kayaknya engga, soalnya mama udah beliin. Tapi kalo lo mau gue yang temenin, boleh juga tuh. Asalkan pulangnya beli eskrim?" Goda Syifa.

"Iye iye gue udah paham, ya udah ntar jam 2.30 gue jemput lo"

"Aku?" Sahut Azka kembali setelah menguping percakapan antara pacar dan sahabatnya.

"Ada yang ngajakin lo gitu?" Tanya Syifa jutek.

"Heran, gue selalu salah di mata lo Fa" Jawab Azka menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ngomongin apa woi!?" Ucap Adit yang tiba-tiba berkumpul melingkar di lapangan bersama mereka.

"Kepo amat jambul ayam" Celetuk Azka.

"Jambul ayam apaan woi!" Jawab Adit tak terima.

"Bukannya rambut lo kayak jambul ayam tuh?" Ucap Azka menatap sinis rambut Adit.

Adit yang tak terima dengan pernyataan Azka, ia langsung menjitak kepala Azka kuat lalu berlari meninggalkannya. Azka yang juga tak terima kepalanya dijitak langsung pergi berlari mengejar Adit.

Syifa dan Shireen hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku kedua cowok itu.

***

"Syifa!!! Syifa!!!"

Tin tin

Shireen terus berteriak dari luar pagar rumah Syifa. Ia tidak bisa masuk karena pagarnya terkunci.

"Ah tumben banget kecebong ngunci pintu pagarnya" Gumam Shireen kesal. Keringat sudah hampir membasahi seluruh tubuhnya. Ia meletakkan motornya terlebih dahulu dan mencari tempat berteduh di dekatnya. Karena matahari sangat menyengat siang itu.

Ia menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya "Hm jam 2 ternyata, yaelah Shireen, Shireen, gue kan janjian jam 2.30" Gumamnya.

"Woi! Udah dateng aja" Ucap Syifa yang membuat kepala Shireen mendongak menatapnya.

"Darimana lo? Gila gue udah mandi keringat nungguin lo"

"Lo bilang jam 2.30 mau perginya, yah jadi gue pikir masih ada waktu buat nganter bik Sarmi"

"Bik Sarmi?"

NAUSYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang